Kilas XCVIII: "Sebuah Arahan"

160 28 13
                                    

"Kau bilang aku pingsan terjebak di dalam sebuah perangkap?"

Sekali lagi Jisung menganggukkan kepalanya berusaha tidak kaku, tepat di hadapan Jaemin yang kini menaikan sebelah alis tidak yakin.

Betapa tidak?

Jaemin masih ingat betul tentang pertikaiannya bersama Jeno El Allerick, yangmana justru berakhir dengan dirinya diselamatkan oleh Pangeran Kedua Atlantis tersebut, sebelum entah bagaimana caranya ia kehilangan kesadarannya dalam sekejab.

Sungguh.

Lalu bagaimana sejarahnya kan Jisung bisa mengatakan kalau ia menemukan Jaemin pingsan terperangkap di dalam sebuah jebakan?

Atau jangan-jangan itu memang ulah Jeno, yang sengaja mengurungnya ke dalam sebuah perangkap setelah membuatnya tidak sadarkan diri secara diam-diam?

"Tapi untungnya Senior Jaemin baik-baik saja," timpal Sunhee begitu saja setelahnya, tanpa menyadari ekspresi Jaemin yang tampak masih bertanya-tanya.

"Junior Sunhee benar!" ucap Renjun seraya menyudahi Mu Vitakinesis miliknya yang baru saja ia gunakan untuk mengecek kondisi Jaemin. "Jadi tugas kita bisa dikatakan sukses tanpa kekurangan apapun!"

Mendengar kata "tugas" yang terlontar dari bibir Renjun, yang seolah-olah mengingatkan Jaemin pada suatu hal yang lebih krusial dari kebingungannya saat ini. Seketika Jaemin langsung mengalihkan pandangannya dari Jisung kepada Renjun, disertai bibirnya yang segera berkata.

"Tugas kita sukses?!" tanya Jaemin memastikan sambil menggenggam lengan Renjun kuat. "Maksudnya—"

"Iya!" balas Renjun cepat segera memotong ucapan Jaemin, lantaran mampu menebak kelanjutan dari perkataannya. "Lihatlah! Di sebelah sana! Kita berhasil menculik Pangeran Bungsu Atlantis!"

Dengan demikian, Jaemin segera melepaskan genggamannya pada Renjun, hanya untuk segera menoleh ke arah jari Dreamis Ketiga Lemuria itu tertunjuk.

Bertepatan dengan retina matanya yang menemukan sosok Mark tampak merengkuh sosok seseorang di pelukannya, di saat itulah Jaemin bergegas melangkahkan kaki menghampiri keduanya.

"Dia...?"

Tak seperti sebelumnya, Mark yang kali ini berhasil mengendalikan refleks tubuhnya agar tak begitu protektif pada Haechan pun, hanya bisa membiarkan Jaemin yang kini berjongkok di depannya untuk mengamati wajah pura-pura pingsan Haechan secara seksama.

"Hm..." ucap Jaemin sambil menyingkap sedikit tudung yang menyembunyikan wajah Haechan. "Kulit karamel, rambut madu, wajah mempesona," celetuknya melanjutkan. "Meski aku tidak bisa melihat warna bola matanya, aku rasa ini memang dia?"

"Ya..." balas Mark sambil membenahi tudung kepala Haechan. "Sebelum membiusnya, aku sempat memastikan kalau bola matanya berwarna hazel," lanjutnya merasa sedikit berdosa karena harus membohongi Jaemin. "Jadi sudah pasti kalau dia adalah Pangeran Bungsu Atlantis, Haechan El Allerick."

Tak ada senyum kepuasan maupun ekspresi muram di wajah Jaemin; segalanya datar. Oleh karena Jaemin yang tak bisa membohongi hatinya, apakah ia sepatutnya bersyukur atau tidak karena kelompok kecil mereka benar-benar berhasil menculik Permata Atlantis.

Padahal...

Jika saja Jaemin berhasil menahan Jeno dan membuatnya menggantikan Haechan.

Mungkin saja...

Tanpa menyelesaikan pikirannya, secara tiba-tiba Jaemin menggelengkan kepala cepat.

"Kenapa?" tanya Mark seketika sedikit khawatir.

"Tidak," balas Jaemin cepat seraya bangkit dari berjongkoknya. "Hanya penasaran kenapa ikatan tangan Pangeran Bungsu Atlantis ini sangat longgar?" lanjutnya segera mengalihkan topik. "Bahkan diikat dengan simpul pita?"

SoulmateWhere stories live. Discover now