Chapter 34 - Our Memories

14 4 4
                                    

🌧️

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

🌧️

Zida tertawa seraya menatap layar ponselnya, tentu membuat Willy menoleh pada gadis itu. Willy sedikit mengintip apa yang gadis itu lihat, ternyata yang pacarnya lihat adalah foto pap dari Abella. Willy menggeleng kecil melihatnya, lalu lelaki itu kembali menatap bukunya.

"Kapan belajarnya kalau main HP terus?"

Gadis itu tertegun mendengar ucapan Willy, Zida menaikan pandangannya, menatap Willy yang sedang fokus membaca. Tak lama kemudian, Zida tertawa kecil, gadis itu segera menyimpan ponselnya ke atas meja. Sekarang gadis itu berada di apartemen Willy, berniat untuk belajar bersama. "Aku belajar kok, Kak." Zida membuka bukunya.

Willy menghembuskan napasnya, "masih sering kontekan sama Abella?" Willy bertanya.

Zida mengangguk, "masih, Kak. Tapi jarang-jarang, kalau ada waktu kosong aja. Soalnya Abel sibuk banget, dia kan kuliahnya matematika. Pastinya banyak rumus yang harus dia hafal," jawab Zida.

Willy mengangguk mengerti, lelaki yang berumur dua puluh satu tahun itu menatap Zida. "Ayo belajar, jangan natap HP atau aku terus, kapan mau belajarnya?"

Zida tersenyum kecil mendengarnya, "Kak, temen-temen Kak Willy cantik-cantik ya?"

Willy mengernyit bingung, "yang mana?"

Zida tertegun mendengarnya, "yang mana? Berarti, Kak Willy mengakui mereka cantik?"

"Aku jarang punya teman lawan jenis, semuanya laki-laki. Kenapa?" Willy tersenyum jahil para Zida. "Takut aku berpaling ya?" tanya Willy.

Zida mengangguk jujur, "siapa yang nggak takut coba? Kak Willy kan ganteng, kaya, idaman banget, pinter, berprestasi, dan calon mahasiswa terbaik di sini. Siapa yang nggak tertarik sama Kak Willy?"

Willy terkekeh kecil, laki-laki itu menekan pelan pipi Zida yang sekarang semakin menggemaskan. "Aku nggak pernah tertarik sama siapapun, kecuali Zidana Joshua."

"Kak Willy sama aja kayak Abel ya! Nama aku Zidana Eshaal, bukan Zidana Joshua!" balas Zida seraya menepuk pelan bahu Willy.

"Aku lebih suka Zidana Joshua," sahut Willy.

Zida menggedikkan bahunya, gadis itu salah tingkah, ia menatap bukunya. Willy tersenyum, lelaki itu mengelus kepala Zida dengan lembut, sangat persis seperti yang dilakukan oleh Rain pada Abella. "Kenapa mendadak jadi Rain?" tanya Zida yang sekarang menatap Willy.

"Emang yang kayak gini Rain aja? Aku juga bisa," balas Willy.

"Kak Willy nggak pernah elus kepala aku, kok. Kak Willy ikutin Rain ya?"

RAINBELL (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora