Bab 9

422 36 1
                                    

Malam sudah semakin larut, api unggun yang mereka buat terlihat sudah menyisakan abu dan arang yang perlahan lahan mulai padam. Suara deburan ombak masih terdengar di keheningan malam. Mereka tak tertidur terlalu malam, mungkin sekitar pukul 01.00 mereka sudah terlelap di dalam tenda dan menyisakan beberapa botoh soju dan bekas membakar ikan yang mereka tinggalkan dan akan dibereskan esok paginya.

Beberapa tenda yang terpasang di samping mereka juga terlihat mulai sepi, mungkin hanya satu dua yang terlihat masih menikmati kesejukan angin malam. Di dalam tenda terlihat rose yang berada diantara jennie dan jisoo tidur dengan posisi memeluk jisoo, disana sangat dingin namun karna mereka berempat, mereka dapat saling memeluk untuk mengalirkan kehangatan.

Badannya bergerak, jennie membuka matanya dan menyadari jika tempat di sampingnya sudah kosong. Kemana lisa pergi?

Sedangkan di luar tenda, tepat di tepi pantai lisa duduk memeluk kedua kakinya sambil menatap langit yang kosong. Beberapa bintang berkelip disana menemani lisa, ditambah suara orang mengobrol di samping tenda mereka menemani kesendirian lisa. Entah sejak kapan lisa disana tapi ia terlihat nyaman dengan suasana pantai pagi ini.

Sebuah kehangatan tiba tiba menjalar di pundaknya ketika jennie meletakan sebuah selimut pada lisa.

"Apa setiap malam kau selalu seperti ini?" Jennie duduk di samping lisa merasakan pasir menyentuh kulitnya.

Pemilik penyakit gagal ginjal memang terkadang mengalami insomnia akut yang mengganggu kenyamanan malam mereka, namun jennie baru mengetahui jika itu akan separah ini bahkan setiap malam ia selalu melihat lisa masih berkeliaran di rumah sakit jika tidak ditemani mengobrol mungkin lisa tak akan tidur sampai pagi. Melihat hal itu jennie jadi teringat sang eomma yang juga pasti mengalami kesulitan tidur seperti lisa.

"Hm, tapi aku mimpi buruk tadi" jawab lisa.

"Aku kedinginan dan tidak ada seorangpun yang memelukku"

"Jadi aku menghangatkan tubuhku di api unggun" lisa berkata dan jennie mengerti.

"Sekarang kau bisa mengandalkanku lisa, igeo" lagi lagi jennie menyerahkan boneka kura kura itu pada lisa.

"Yaa, dokter. Apa sebaiknya kau mencuci ini"

"Ani, aku akan kehilangan sejarahnya jika itu di cuci. Jangan meledeknya, dan coba kau peluk saja" lisa menuruti perkataan jennie ia memeluk boneka itu hingga meletakan dagunya diatas boneka itu.

Keheningan sempat terjadi diantara mereka karena sibuk dengan keindahan yang mereka lihat di depan sana. Namun beberapa detik kemudian lisa menolehkan kepalanya melihat indahnya wajah dokter muda itu dari samping.

"Mengenai perkataan ku, apakah dokter masih tidak tertarik?"

Jennie mengerutkan keningnya lalu menatap pupil mata lisa, di tengah hempasan angin malam sesuatu menghangatkan hati jennie yang paling dalam. Jennie baru menyadari ada hal yang lebih indah indah dibanding pantai yang ia lihat, rasanya tenang ketika jennie menatap lisa.

"Aku tidak yakin akan sembuh dokter, jadi bisakah aku mendapatkan kesempatan untuk mencintaimu"

"Ya! Kenapa kau berkata seperti itu?!"

"Pesimis sekali" jennie kembali memalingkan wajahnya dari lisa dan menatap lautan yang ombaknya mulai tenang.

"Boleh aku bersandar?" Mendengar lisa berdehem jennie mulai menentengkan kepalanya dan mendarat di pundak kiri lisa.

Selimut yang sebelumnya jennie letakan di pundak lisa kini juga membungkus pundaknya, karna lisa kini memeluknya dengan hangat, tangan lisa pun kini bergerak mengusap kulit jennie.

blurry.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora