PROLOG

142 15 0
                                    

"claudina varn hradnt.."

suara seperti lembut bagaikan unggas putih  yang bersuara.

Tatapan tajam dari wanita dengan baju putih yang usang dan rambut yang tak tertata.

Mata memerah dan tubuh yang rapuh.

Claudina Varn Hradnt.

Tertuduh melakukan pemberontakan dari negara utara membuatnya berakhir dengan penjara bawah tanah yang gelap gulita.

Tap.. Tap.. Tap...

Derapan sepatu yang mendekat kearahnya dengan tangan memegang botol yang berisi botol merah darah.

Pria tersebut memegang dagu yang memerah dan mengangkatnya dengan menekan membuatnya meringis.

"apa kau membenci ku?"

Dengan dada yang menggebu ia menghempaskan tangan panjang yang lentik tersebut dengan kasar, tatapan amarah yang terbendung membuatnya semakin membeci pria yang di depannya.

Tangan kecil yang tak berdaya mencengkeram kerah pria yang di hadapannya dengan kasar.

"kau akan menyesal melakukan ini matthias varn headnt! Akan ku pastikan membuat mu menyesal atas tuduhan yang merugikan ini!"

Tanpa aba-aba pria tersebut mencengkram pipi wanita yang bertubuh lemah dan menyisakan tulang saja.

Dengan cepat ia memasukan racun kedalam mulutnya dan memastikan wanita tersebut meminumnnya.

"maafkan aku tapi ini demi kita.."

Ia meninggalkan wanita yang terbaring lemah dengan mulut yang mengeluarkan darah segar yang begitu banyak.

"aku berjanji akan membuatmu bersingkuh dan ku pastikan aku akan kembali matthias!"


•~Repetition, And An Uncertain Ending~•

"claudina.."

"claudina?"

"claudina.."

Panggilan suara menbuat anak kecil dengan rambuthitam tersebut terbangun dengan kaget.

Menatap kebingungan ia menurunkan tubuh dan melihat dirinya di kaca yang besar.

Kecil, pendek, pipi merah.

'aku kembali?!'

Menoleh melihat kearah penjuru setiap kamar, benar ini adalah kamarnya.

Warna putih dan emas adalah kamarnya dahulu.

Tanpa sadar ia sedang diperhatikan oleh seseorang yang sedari tadi melihat tingkahnya.

Langkah pelan tersebut mendekat melihat putrinya seperti berfikir sesuatu.

Tangan putih dan lentik tersebut mendaratkan di bahu kecil putrinya.

"apa yang sedang kau fikirkan? Apa ada yang salah dengan kamar ini?"

Menggeleng dan menunduk.

Wajahnya memucat bagaikan hal yang mustahil.

Ia kembali di usinya yang ke 5 tahun.

Sedikit lemas ia mendogak dan menatap wanita yang berusia 25 tahun tersebut.

"ibu..kapan ibu akan melakukan pertunangan?"suara yang nyaring namun lemah.

Wanita tersebut tersenyum dan mengelus rambut hitam putrinya.

Menghembuskan nafas dengan pelan"kau akan betunangan di usia 10 tahun, apa kau tak sabar?"

Membalikkan bola mata, tak sabar? Tak sabar dengan kematian begitu? Benar-benar menyebalkan.

Menggeleng dengan pelan ia dengan tangan kecilnya memegang gaun ibunya dengan lembut.

Mata memerah dan mulai terasa perih, ada banyak hal yang ingin dia katakan namun mulut ini terasa kelu.

"aku tidak ingin menikah dengan duke matthias i-ibu,"bergetar dengan tubuh kecil yang sekarang sudah di serang oleh keringat dingin.

Wanita tersebut mengelus rambut hitam milik putri semata wayangnya. Keheningan yang begitu membuat gadis kecil ini bergetar takut akan sosok di hadapannya.

"claudina ini demi kita, agar kau tidak disentuh oleh dia"

Menggigit ujung bibirnya, ia mendongak melihat wajah cantik ibunya yang berwajah datar.

Muka tersebut mengatakan bahwa ia harus menerima perjodohan ini dengan luas.

Memuakkan.

Lebih baik berjodoh dengan anjing dari pada b*jingan tersebut.

Tangan kecil tersebut melepaskan gaun milik ibunya dan menghampiri jendela yang terbuka lebar.

Angin mulai bertiup ke wajahnya dengan lembut, seperti tidak ada apa-apa, damai dan tentram.

Melihat burung bertebangan dengan sayap kecilnya dan bersuara membuatnya tak percaya.

Ia kembali kedirinya yang kecil.

'aku harap semua hal ini berhenti dan menghilang'

End.

•~Repetition, And An Uncertain Ending~•

Repetition, And An Uncertain EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang