Indescribable Feeling - Part 1

9.2K 267 5
                                    

Anna POV

Kondisi Yogo semakin memprihatinkan. Tadi pagi, ia kembali memuntahkan semua isi perutnya dan sekarang hanya selang yang dimasukkan melalui kerongkongannya yang memberikannya asupan makanan. Sampai sesore ini, ia masih terbaring lemah dan tidak sadarkan diri. Mulutnya yang sedikit terbuka karena selang kecil diantaranya, disertai selang oksigen di hidung. 

Hasil pemeriksaanku belum juga keluar. Aku sangat khawatir, mengingat kondisi tubuhku yang sepertinya kurang membaik belakangan ini, sering merasa pusing yang membuatku sulit berdiri saking nyerinya, bahkan sesekali mual. Menurut analisa sementara dokter Bayu, aku anemia.

Aku meraih dan mengelus punggung tangan Yogo lembut.

"Kamu harus kuat Yogo. Kita sedang berusaha menyelamatkanmu. Besok hari pemeriksaanku akan keluar. Berdoalah, agar hasilnya cocok. Mengingat pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya cocok." kataku berbisik. Yang terdengar hanya suara monitor detak jantungnya yang normal. Tidak ada tanda-tanda ia merespon ucapanku.

Aku menyeka air mataku, "Kamu sudah berusaha sejauh ini Yogo. Kumohon, berusahalah bertahan, untukku."

Detik-detik selanjutnya kulalui hanya memperhatikan wajah tidurnya yang sangat tenang. Deru nafasnya terdengar normal. Sesekali aku tersenyum ketika menelusuri setiap sisi wajahnya. Wajah yang kubenci dulu, wajah yang memberi kesan sangat buruk padaku. Tapi sekarang, ia telah mencuri hatiku. Aku jadi tidak bisa melepasnya, tidak bisa mengabaikannya, apalagi dengan kondisinya sekarang.

Entahlah, aku sulit memilah perasaanku antara cinta atau kasihan untuk saat ini.

mataku mulai terasa berat. Kusandarkan kepalaku di atas punggung tangannya yang tidak terjamah jarum infus. Tenanglah Yogo, semua ini akan berlalu, sesegera mungkin.

Jika Tuhan menghendakinya.

~~~

Author POV

Siang itu, Anna bersama seorang suster menyusuri koridor rumah sakit menuju ruangan paling ujung. Ia meremas kedua tangannya, membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan keluar dari hasil pemeriksaan itu. Ia benar-benar gelisah. 

Setelah sampai di depan sebuah pintu ruangan berkaca dengan papan bertuliskan nama lengkap Bayu beserta gelar-gelarnya yang tersisip, suster mengetuknya.

"Masuk" terdengar suara khas Bayu. Anna menghembuskan nafas pelan lalu melangkahkan kakinya masuk. Mereka tinggal berdua ketika suster itu berlalu setelah melemparkan senyum pada Bayu dan Anna.

Ia menemukan Bayu baru saja melepas kacamatanya dan diletakkan di atas meja, kemudian menatap Anna dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca Anna.

'Apakah hasil pemeriksaannya negatif'?' Anna menggeleng cepat mengusir pikiran yang tidak diinginkannya itu. 

"Duduklah Anna." Bayu kemudian beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah rak di salah satu sudut, mengambil salah satu map kemudian kembali duduk di balik meja kerjanya, berhadapan dengan Anna yang sudah duduk sambil memilin kesepuluh jarinya hingga memutih. Kegelisahan dan tatapan penuh harap tertangkap jelas oleh Bayu. Membuat dokter muda dan tampan itu menghela nafas. Lagi.

Bayu membolak-balikkan map hijau yang ia ambil tadi, kemudian mencocok-cocokkannya dengan berkas-berkas di atas mejanya.

Ia menghela nafas untuk kali yang tidak sempat dihitung. 

"Anna."

Hening.

Tidak terdengar sebuah suarapun yang menjawabnya, sehingga Bayu memutuskan mendongakkan kepala. Dan wanita yang ada di hadapannya sedang menatapnya nanar. Terdapat kilatan ketakutan dan khawatir di sana. Matanya sudah berkaca-kaca dan terlihat ia dengan susah menelan ludahnya sendiri.

Responsibility of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang