Curahan Hati (20)

59 20 17
                                    

Cerita ini terinspirasi dan sedikit remake dari cerita lainnya yang juga sudah umum ada, juga hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!

.
.
.
.
.

"Hyung, kau sibuk?"

Jiyong mengintip dari balik pintu ruang rektor di mana kakaknya sedang bekerja. Kacamata bacanya tergantung di batang hidung Dong Hyuk ketika melihat adiknya muncul.

"Masuklah. Aku hanya sedang mengecek skripsi mahasiswa," jawab Dong Hyuk sambil menaikan kacamata bacanya lagi ke posisi nyaman.

Dengan mendapat izin dari Dong Hyuk, Jiyong masuk ke ruangan yang tergolong sepi. Ya, itu karena hanya ada kakaknya saja di sana.

"Sedang ada pikiran?" tanya Dong Hyuk bisa langsung menebak kedatangan Jiyong mencari kakaknya.

Sudah jadi kebiasaan Jiyong di saat sedang ada pikiran, maka dia akan mencari kakaknya.

Dong Hyuk melirik adiknya dari balik kacamata bacanya dan lanjut fokus pada skripsi di depannya sambil menjawab, "Aku sedang memeriksa skripsi mahasiswa bimbinganku. Ada apa, Jiyongie? Seperti ada yang mengganggumu."

Jiyong duduk di salah satu tempat duduk di dalam ruangan kakaknya. Ragu untuk mengatakanya karena takut mengganggu pekerjaan sang kakak. Akan tetapi, hatinya juga terus saja memintanya untuk melakukan sesi curahan hati. Merasa adiknya tidak merespon pertanyaannya, Dong Hyuk menyandarkan punggungnya di kursi dan meninggalkan sejenak pekerjaannya.

"Jiyongie, masalah Seungri atau Minji?"

"Hyung, aku mau Seungri jadi simpananku!" tutur Jiyong tanpa rasa dosa.

Sang kakak tentunya terkejut. Dia diam seribu bahasa karena masih mencerna perkataan Jiyong, juga sebenarnya ingin tertawa terbahak-bahak. Dong Hyuk berkedip dua kali lagi sebelum akhir dia melepas kacamatanya dan menaruhnya di atas meja.

"Jiyongie, dapat ide gila dari mana lagi sekarang?" tanya sang kakak.

"Aku tetap ingin bersama Seungri. Jadi, lebih baik dia kujadikan simpanan."

"Memangnya dia mau jika kau jadikan dia simpanan?"

"Harus mau!" ucap Jiyong terdengar agak memaksa.

Dong Hyuk berdeham, "Ekhem ... jika kulihat dari sifat Seungri, dia tidak akan mau. Seandainya dia menjadi simpananmu maka kau akan bisa menyakiti hatinya."

"Kenapa?"

Dong Hyuk bangun dari duduknya. Dia berjalan ke meja kecil di mana ada teh di sana. Dong Hyuk menuangkan secangkir teh untuk adiknya dan memasukan dua butir gula batu ke dalamnya. Kemudian Dong Hyuk bawa untuk disuguhkan pada Jiyong.

"Dia akan merasa sedih dan sakit perasaannya ketika kau bersama dengan istrimu nanti. Begitu juga dengan istrimu. Mungkin saja Minji bisa berbuat nekad untuk bisa menyakiti Seungri meski kau menyembunyikan dia. Jiyongie, sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat akan terjatuh juga. Begitu juga denganmu," jelas Dong Hyuk yang duduk di depan Jiyong. Memperhatikan adiknya minum teh dengan wajah galaunya.

"Ada hal lain yang sepertinya masih mengganggumu. Katakan!"

Dong Hyuk memang orang yang tepat untuk membaca isi kepala dan hati Jiyong. Bagi orang lain itu bukan hal mudah untuk bisa mengetahuinya. Jiyong pun tak perlu bersusah untuk mengatakannya.

"Minji," ucap Jiyong.

"Ada apa dengan Minji?"

Jiyong menatap Dong Hyuk sebentar, kemudian dia berkata, "Dia mengancamku untuk tidak berdekatan dengan siapapun."

The Unpredictable Love [End]Kde žijí příběhy. Začni objevovat