#9

159 14 38
                                    

Siang harinya ketua teras ikut bergabung ke ruang berkumpul di susul oleh beberapa ejen mentor dan cabang 4 yang baru kembali dari UKS.

"Selamat siang semua ejen muda kebanggaan MATA. Hari ini kita telah berkumpul seperti yang sudah di rencanakan. Mula-mula biar saya kenalkan para ejen dari cawangan lain, terutama ejen dari cawangan 4 yang baru kalian jumpai hari ini."

Jenderal Rama menjeda kalimat nya sebelum lanjut berbicara, ia di tegur oleh seorang mentor pria yang di yakini ejen dari cabang 4.

"Maaf jenderal Rama, biar saya yang lanjutkan perkenalan ini, sebab ini adalah anak didikan saya." ucap si pria dengan angkuhnya berdiri di depan jendral Rama.

"Baiklah, silahkan ejen Ian." balas jendral Rama berusaha untuk tetap sopan menghadapi kesombongan ejen di depannya yang berjabat sama pentingnya seperti jenderal Rama.

"Perkenalkan, saya Ian, pemimpin dari akademi MATA cawangan 4, mula-mula saya nak tanya, siapa gerangan yang telah berani mencederai ejen muda saya?" ucap Ian dengan kedua tangan yang di letakkan ke belakang.

"Budak perempuan tu yang serang!" seru Jacob dari barisan sambil menunjuk Kim.

"Hmm, memalukan. Sampai anak didik saya sendiri yang bagitau, sepatutnya kau bertanggung jawab." ejen Ian melangkah perlahan mendekati Kim, sorot matanya mengintimidasi ejen cantik itu.

"Saya tak buat salah, budak tu yang mula dulu. Sebagai seorang pemimpin, tuan sepatutnya tau. Mana yang salah dan mana yang benar." ucap Kim membela diri dan dengan tenang membalas tatapan ejen Ian.

"Tapi nampaknya kau yang salah disini." tegas ejen Ian yang berusaha sekuat tenaga menahan emosinya menghadapi ketenangan Kim.

"Maaf, ejen Ian. Jacob dan Antonio yang memulai perkelahian itu." serobot Sam seraya melangkah maju kedepan Kim membuat Ejen Ian tersentak kaget dan menjauh.

"Oh, Sam rupanya. Dah lama tak nampak awak, sekarang makin berani agak nye." ucap Ejen Ian seraya berjalan kembali ketempat semula.

"Saya tak tau mana yang pasti dari cerita korang ni. Tapi, ingat! Saya tak suka sesama ejen saling melukai!" lanjut Ejen Ian yang mendapat tepuk tangan dari semua ejen cabang 4.

Rizka melirik kumpulan ejen cabang 4 yang berada di sisi depan mereka dengan sudut bibir yang terangkat, ia mendecih pelan lalu dengan berani Rizka mengangkat tangan nya.

"Iya, apa yang mau kamu tanya kan?" tanya Ejen Ian seraya menunjuk Rizka.

"Kapan kelas nya dimulai? kita hanya izin sampai mata pelajaran kedua saja, jadi bisakah Ejen Ian mempersingkat pidato nya. Ini buang-buang waktu. Bukankah anda tinggal bilang terus terang. *Jangan serang anak didik saya*. Kami berada di sini bukan untuk mendengar ocehan anda".

Dari beberapa barisan terdengar suara tawa yang sepertinya tidak bisa di sembunyikan lagi. Ejen mentor dari inti beserta Jendral Rama juga ikut tersenyum saat melihat raut wajah Ejen Ian yang memerah karena malu.

"Khem... baiklah. Saya serahkan kepada Jenderal Rama untuk melanjutkan apa yang semestinya disampaikan." ucap Ejen Ian sambil berjalan ke belakang barisan ejen mentor, tanpa ada yang sadar sorot mata Ejen Ian tidak lepas dari Rizka.

Jenderal Rama kembali menjelaskan semua agenda yang akan mereka jalani selama arena nanti, untuk sekarang mereka hanya akan berlatih bersama selama tiga hari agar bisa lebih mengenal satu sama lain.

Setelah pertemuan singkat itu, para ejen muda di persilahkan untuk ke kantin akademi karena ada pesta penyambutan di sana.

"Wahh! Banyak nya makanan!" seru Bulat dengan mata berbinar.

REUNI (Enam)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant