#15

135 12 14
                                    

Setelah pertarungan pertama, para ejen jadi lebih waspada pada ejen cabang 4 karena cara bertarung mereka yang begitu brutal, di akhir arena Lusy dan Ken di larikan ke ruang rawat darurat karena cedera yang mereka dapat lebih parah.

Tidak di beri waktu untuk menjenguk rekan mereka, para mentor malah memerintahkan untuk terus melanjutkan pelatihan arena, pertarungan kedua pun di mulai.

"Alicia, mana Ali?" tanya Iman.

"Entahlah." jawab Alicia datar.

"Tu dia," ucap Rudy sambil menunjuk ke belakang Iman.

"Kenapa ni?" tanya Ali bingung.

"Takpe, Ali datang mana?" tanya Iman.

"Upgrade Satria, dia ni macam belum singkron dengan aku." jawab Ali sambil menepuk Satria.

"Tapi masih boleh guna kan? Kalo tak boleh, baik kau duduk kat sana!" ucap Alicia seraya berjalan menjauh.

"Ck, mestilah boleh lawan. Cakap je lah, kau iri ngan gejet baru aku ni." ledek Ali.

Blazz!

Ali terkejut melihat anak panah di genggaman Satria, jika tidak ada Satria mungkin anak panah itu akan mengenai matanya.

"Huhh, kalau dia tak tangkap, habis lah kau." ucap Alicia tersenyum puas.

"Kau-"

"Dah! Arena dah mulai." putus Rudy sebelum Ali memprotes panjang.

"Kita kan satu geng, jadi tak boleh gaduh. Kau pun Ali, jangan rendahkan kawan sendiri." nasehat Iman sambil mengikuti Rudy.

"Iyelah, aku minta maaf." sesal Ali.

Tim 2 berjalan dalam keheningan menuju capture points lawan, dengan Alicia yang berada di paling depan dan Rudy dalam mode penyamaran, Ali berada di baris belakang.

Saat sedang sendirian, salah seorang dari mereka di hampiri oleh Rudy yang merupakan wujud penyamaran dari Isna, ejen dari tim 4.

"Iman, aku rasa kita mesti pegi sama-sama." ucap Rudy.

"Oh Rudy, kau kejutkan saya lah. Mana yang lain?" sahut Iman.

"Maaf, aku tak tau. Tapi aku tejumpa tim 4 kat sana, diorang nak ambil capture points kita." terang Rudy.

"Iye? Kita mesti hentikan diorang!" Iman berjalan mendahului Rudy.

Melihat punggung Iman yang tanpa penjagaan, Isna tersenyum tipis lalu tangan nya terulur berniat menepuk bahu Iman untuk menghipnotis nya.

"Ish-ish-ish, tak baik tipu orang tau." ucap Iman sambil tersenyum manis.

"Huh? Kenapa tangan aku tak boleh gerak ni?!" panik Isna yang berusaha menarik kembali tangannya.

"Mesti lah, kau salah memilih lawan." ledek Iman.

Isna mengangkat tangan nya yang satu lagi untuk menyerang Iman tapi, seketika terpasang sebuah gelang di pergelangan tangannya yang membuat Isna tersadar akan sesuatu.

"Kau bukan Iman!?" seru Isna panik.

"Oh, kau tau aku siapa?" tangannya menarik turun tudung jaket nya.

"Tak sangka kau berani menyamar jadi aku," ucap Rudy terkekeh geli.

"Mana aku tau, tak sangka kau menyamar jadi rekan sendiri." ucap Isna memandang rendah Rudy.

"Huhh! Buang masa layan kau. Iman!" ucap Rudy yang sedikit kesal dengan pandangan mata Isna.

"Apa?!" keterkejutan Isna terjawab dengan ayunan gejet Iman yang mengarah langsung padanya.

REUNI (Enam)Where stories live. Discover now