IOWY || 30

1.4K 166 42
                                    

Berita mengenai kegilaan Davika terhadap Freen menyebar begitu cepat di keluarga Armstrong. Semua orang begitu heboh-terutama Moon Ga Young dan Sohee yang tak berhenti mengutuk saudara jauh mereka itu.

Sudah satu minggu Freen dirawat secara insentif di rumah sakit. Gadis itu mengalami cidera yang cukup parah, terutama di bagian kepala. Untung saja, irisan Davika di leher Freen tidak terlalu dalam. Kalau sedikit saja Davika lebih menekan ujung pisaunya, bisa dipastikan Freen tak lagi bernapas saat ini.

Becca mengecupi punggung tangan Freen yang terasa begitu lemah. Sudah satu minggu berlalu, tetapi Freen masih belum juga sadar.

"Bangun, sayang." Gumam Becca. Ia mengusap kepala Freen lembut, lalu beralih ke pipi yang semakin lama semakin tirus itu.

"Dia udah mati. Aku yang pastiin sendiri. Aku lihat mayatnya di bakar sampai habis." Setiap hari ia selalu menceritakan hal yang sama pada Freen, berharap Freen akan bangun dan tersenyum lega karena psikopat itu tak akan pernah menampakkan diri lagi.

"Udah seminggu, kamu nggak bosen tidur terus?" Becca menatap Freen sendu. "Aku kangen kamu."

Carolina menatap sendu putri tunggalnya yang terus mengoceh di samping Freen. Ia sudah masuk sejak tadi, mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibir Becca. Hatinya berdenyut sakit melihat putrinya seperti ini.

"Becca.." Panggil Carolina. Becca hanya menoleh sekilas, lalu kembali menatap Freen. Ia terus mengecupi punggung tangan Freen, berharap hal itu dapat membangunkan gadis pujaannya.

"Freen nggak bangun bangun, Mom." Lirih Becca. "I miss her so much."

Carolina mengusap kepala putrinya. "Freen bakal bangun sebentar lagi."

"Sejak seminggu yang lalu, Mommy juga bilang gitu." Balas Becca. "Buktinya sampai sekarang, Freen belum bangun."

"Sabar, Nak."

Bertepatan dengan itu, Bernadine ikut masuk. Ia hanya menyembulkan kepalanya di pintu, mengkode istrinya untuk keluar. Sebentar lagi, mereka harus menghadiri undangan salah sstu kolega bisnis Bernadine.

"Mommy tinggal dulu. Jangan lupa makan." Carolina mengecup puncak kepala Becca, lalu berjalan keluar dari kamar.

***

Mata Freen terasa sangat berat. Rasanya ingin sekali ia membuka mata, tetapi kedua matanya benar benar lengket, seperti baru saja diolesi lem. Freen sedang berusaha di ambang sadar dan tidak sadar. Akhirnya setelah beberapa saat berjuang, Freen pun berhasil membuka matanya. Gadis itu menyipitkan mata karena cahaya lampu langsung menusuk indera penglihatannya. Pandangan Freen masih kabur, butuh waktu untuk menajamkannya kembali.

Freen mengedarkan pandangannya, berusaha mencari tahu di mana dirinya berada sekarang. Dari tata ruangannya, tempat itu mirip sekali dengan rumah sakit. Freen mengangkat pelan tangannya yang terasa kebas, dan mendapati jarum infus tertancap disana.

Otak Freen mulai mengais memori memori yang mulai terpendam, berusaha mengingat apa yang menyebabkan dirinya bisa berada disini. Setelah ia berhasil mengingatnya, kedua mata Freen langsung membulat, jantungnya berdegup sangat kencang.

Davika. Perempuan itulah yang menyebabkan dirinya berada disini sekarang. Freen tidak ingat persis bagaimana dirinya bisa lepas dari jeratan perempuan gila itu, tetapi Freen masih mengingat bagaimana Davika memukulinya secara brutal. Ekspresi wajah, gestur tubuh, hingga senyuman Freen benar benar sangat mengerikan.

Freen tersentak saat mendengar suara pintu kamar yang dibuka. Freen langsung menoleh, dan mendapati Becca yang berjalan cepat ke arahnya. Sedikit perasaan lega mulai menjalar dalam diri Freen.

I'm Obsessed With You - ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora