Chapter 32 [ Belalang Ceracris ]

107 24 12
                                    

Di bawah pohon besar setinggi 9 m, Naeva mengadahkan kepalanya ke atas. Dia sedikit bingung sekarang. Kakinya yang tersangkut diatas, bagaimana cara mengambilnya?

Naeva menyentuh batang pohon tersebut. Mengamati tekstur dan hal-hal kecil lainnya. Keras dan licin. Sulit di panjat dan tidak mungkin Naeva menjatuhkan kakinya yang tersangkut itu dengan cara menendang batang pohon agar tercipta goncangan atau sesuatu semacam itu. Naeva sadar diri, secara fisik dia lemah. Dia mungkin lebih kuat dari gadis seusianya dan dibekali beberapa teknik yang sangat matang sehingga dia mampu mengalahkan orang dewasa yang lebih besar darinya.

Tapi ini dan itu berbeda. Naeva sekarang berada di Tower. Nalar tidak bisa digunakan disini. Dia harus memikirkan cara lain untuk hidup jika tidak mau terjebak dalam hal-hal yang merepotkan.

Untuk itu pertama-tama, dia harus mengumpulkan kembali apa yang semula ada padanya.

"Untung aku memakai rok, dengan dijahit sedikit, walau robek, masih bisa dipakai. Tapi sepatuku..."
Menoleh ke atas.

Naeva sangat tidak mau merasakan tekstur aneh di kakinya saat berjalan nanti. Dia harus mendapatkan sepatunya lagi apapun yang terjadi. Terlebih itu bukan sepatu biasa, sepatu Naeva sudah di lengkapi mata pisau untuk menyerang dari ujung sepatunya. Itu pasti akan sangat berguna kedepannya.

Disaat seperti ini, Naeva sungguh iri pada Liliel yang punya sayap.
"Apa aku tunggu anak itu menemukanku saja, ya?"

"....... Tidak."
Naeva melirik ke belakang. Novanya mungkin hilang, tapi inderanya sama sekali tidak menumpul.

"Aku harus segera pergi dari sini."

Karena tidak punya pilihan lain, Naeva memanjat pohon dengan bantuan 2 buah pisau yang tadinya dipasang pahanya.
"Hutan adalah habitat alami banyak jenis serangga, lebih cepat menyelesaikan ini akan lebih baik."

Meskipun licin dan sulit untuk dilalui, pada akhirnya Naeva tetap berhasil sampai di dahan yang menggantung kakinya. Naeva berpegangan pada batang pohon untuk meraih kakinya itu. Namun karena jaraknya terlalu jauh, dia tidak bisa meraihnya selama dia tidak mendekat.

"Apa boleh buat..." batin Naeva menyerah mencoba cara normal.

Setelah berusaha berdiri di dahan itu, Naeva melepaskan pegangannya dari batang pohon. Lalu dengan cepat berlari ke kakinya, mengambilnya dengan tangan, tepat sebelum kakinya tergelincir dan membuatnya jatuh ke tanah untuk kedua kalinya.

BRUUUUUGGHHH

Naeva lagi-lagi terbaring kaku di tanah dalam keadaan, kaki dan tangannya patah tulang serta luka benturan di punggung yang cukup parah.

"Sakit..." gerutunya.

"Huhh... Setidaknya aku mendapatkan kakiku," lirik Naeva ke tangan kanannya yang masih memegang erat kakinya.

Dalam sepersekian detik setelahnya, seluruh bagian tubuh Naeva yang patah tulang itu pulih kembali, menempatkan mereka ke posisi yang seharusnya. Begitupun dengan lukanya.

Naeva langsung bangkit setelah lukanya pulih seketika 1 menit kemudian. Tanpa menunggu lebih lama, Naeva melepaskan sepatu kiri dari kakinya (yang putus). Lalu memasang sepatu tersebut ke kaki kirinya (yang masih menyatu). Naeva juga mengambil sepatu kanannya dari kaki kanan dan memasangnya kembali.

"Sepatu sudah... Sekarang apa?"
Naeva melihat sekelilingnya.

Sejujurnya, agak aneh rasanya melihat darah menciprat dimana-mana dan bagian tubuh serta organ berceceran. Seperti baru terjadi pembantaian oleh pembunuh brutal. Aneh karena itu semua adalah miliknya sendiri. Sang gadis abadi sudah lama tau, bagian tubuhnya yang terlepas dari intinya, tidak akan mengalami keabadian. Seperti koneksi nya dengan "core" telah terputus.

The Unfettered Ice Princess [Vol 2]Where stories live. Discover now