Part 1

112K 5.1K 138
                                    

IF you love somebody, let them go, for if they return, they were always yours, If they dont, they never were - Kahlih Gibran

***********

Hujan menyisakan rintiknya, membasahi bumi sejak tadi pagi. Malam semakin larut, menggoda setiap tubuh lelah segera berlindung dalam hangatnya balutan selimut. Dinginnya angin menghembus dedaunan, menciptakan suara yang membuat bulu kuduk berdiri.

Tubuhku masih belum beranjak dari kursi tua yang mulai rapuh. Satu-satunya penghias di halaman yang gersang. Pandanganku terarah pada keramaian di ujung jalan. Geliat kehidupan yang baru di mulai di saat sebagian besar manusia terlelap dalam buaian mimpi. Semua aroma dunia bercampur didalamnya dan menciptakan pandangan buruk di di setiap kepala yang melewatinya. Ya, disanalah dunia para kupu-kupu malam.

"Dama." Usapan lembut di bahu mengejutkan lamunanku.

Kepalaku mendongkak, menatap seraut wajah yang mulai di hiasi keriput halus. Senyuman tulus tersungging menghadirkan perasaan hangat. Wanita yang mengenakan jaket tebal itu duduk di sampingku. "Tidurlah, udara malam tidak bagus untuk tubuh. Lagi pula untuk apa kamu memperhatikan orang-orang itu? Di sana bukan tempatmu."

Senyumku miris, teringat lingkaran peristiwa yang tidak bisa di katakan bahagia. "Tenang saja Mih, akal sehatku masih berfungsi dengan baik. Hanya saja semua terasa menggelikan, keluarga yang seharusnya melindungi justru membuang Dama dan satu-satunya yang peduli hanya Mimih. Wanita yang di anggap kotor meskipun sudah meninggalkan dunia kelam itu sejak lama. Ironis bukan, orang yang Dama anggap bersih justru melakukan hal yang tidak lebih baik dari wanita-wanita itu."Kedua tanganku mengepal menahan amarah.

Mimih mengusap punggungku yang menegang. "Hidup semua orang tidak selalu sama. Berbaik sangkalah, klise memang tapi semua cerita pahit yang kamu jalani hari ini pasti ada hikmahnya."

"Andai saja Dama tau apa hikmah semua ini sekarang," keluhku sambil mengendorkan tenaga.

"Sebuah penyesalan tidak akan pernah datang jika terjadi di awal masalah. Percayalah bahwa Tuhan tidak akan memberi cobaan lebih dari yang mampu di tanggung umatnya." Hibur Mimih masih dengan menepuk lembut punggungku.

Aku menghela nafas berat. Melirik lirih ke arah wanita yang membantuku berdiri tegak hingga hari ini. "Lalu kenapa Mimih memilih jalan yang salah?"

Pandangan Mimih beralih pada langit tanpa bintang. "Setiap orang mempunyai pilihan dan terkadang tidak semua berujung pada kebaikan. Andai saja Mimih bisa memilih jalan lain tapi sayang masa lalu tidak mungkin terulang. Mimih hanya punya masa depan, waktu yang tersisa untuk kembali berjalan ke arah yang benar. Berusaha mengurangi dosa yang bertumpuk tanpa akhir."

Jemariku meremas tangan yang sering bekerja kasar. Mimih menggantungkan hidupnya dengan bekerja di sebuah pembuatan barang dari rotan rumahan. Kegiatan yang di adakan untuk wanita ingin keluar dari lembah hitam meskipun hasilnya tidak seberapa.

"Kalau begitu, biarkan Dama bekerja paruh waktu. Mimih tidak punya alasan untuk membiayai kuliah Dama. Harusnya Dama yang membayar semua biaya yang sudah Mimih keluarkan."

Wanita paruh baya itu menggeleng kuat. "Tidak boleh. Kamu harus tetap fokus pada kuliahmu. Tidak perlu memikirkan apa yang Mimih sudah keluarkan untuk kamu. Keberadaanmu sudah menjadi penghibur dan harapan yang Tuhan kabulkan. Anugerah yang tidak pernah Mimih sangka akan dapatkan dan salah satu alasan kembali hidup dengan benar."

"Bukannya beban. Hidup Mimih sendiri saja sudah sulit, sekarang ada tambahan Dama lagi."

"Semua masalah tidak akan selesai dengan mengeluh. Sekarang masuklah, besok kamu ada ujiankan?" Ingat Mimih sambil bangkit.

Jika (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang