Chapter 14

0 0 0
                                    

Dengan lembut terdengarlah bunyi ketukan di pintu bilik Putri Shinta, lalu masuklah ia ke dalam telinga sang putri. Perlahan-lahan terbukalah mata sang putri, masih berat oleh kantuk yang belum hilang. Ia menggerakkan badannya dan mengusap matanya dengan halus sambil menyapa suara pagi yang segar.

Dengan senyum manis di bibirnya, Putri Shinta berkata, “Selamat pagi,” sambil memalingkan mukanya ke arah dunia yang baru saja ia sambut.

Suara Putri Shinta menggetarkan hati sang pelayan untuk bangun dan berkata, “Sudah tersedia teh untuk putri muda. Marilah kita menuju ke ruang santap.” Senandung itu memiliki irama yang menyejukkan yang mengiringi suaranya.

Namun, meski tersenyum, hati Putri Shinta berada di tempat lain. Pandangannya melihat ke luar tingkap saat ia mencoba mencari jawaban atas persoalan yang mengusiknya. Ia ingat bahwa ia bermimpi di taman kerajaan Astina pada malam kemarin, jadi bagaimana mungkin ia terjaga di tempat yang begitu ganjil?

Jejak kakinya yang halus saat ia berjalan menuju kamar air memecah kesunyian pagi itu. Aliran air yang lembut menyucikan pikirannya yang kusut. Namun, persoalan-persoalan yang mengganggu terus timbul di hatinya. Dia berusaha untuk melupakannya, tetapi ragu-ragu tetap ada dalam pikirannya.

Putri Shinta memandang cermin, mencari jawaban tentang mukanya sendiri. Bagaimana mungkin ia bisa tertidur di taman dan terjaga di tempat tidur yang ganjil? Persoalan-persoalan itu menusuk-nusuk hatinya seperti duri yang bandel.

Putri Shinta harus mencari jawabannya, meski di tengah kebingungannya. Dia tidak bisa membiarkan kebingungannya menguasai hatinya. Ia bersumpah pada dirinya sendiri, dengan tekad yang berkobar, untuk menyingkap rahasia yang menyelimutinya.

(Batas)

Dengan senyum yang lembut bagai embun pagi, Pangeran Wikanta menyapa Putri Sundari yang tengah merintih, lembut mengusap rambutnya yang terurai. “Selamat pagi, sahabatku,” ucapnya dengan suara yang hangat serupa sinar mentari yang tenang.

Rambut Putri Sundari yang berkibar bagai daun yang ditiup angin, ia merengut sejenak namun segera terbit senyum di raut wajahnya. Dengan usaha menahan tawa, ia berkata lembut, “Ya ampun, jangan kau rusak rambutku ini.”

Pangeran Wikanta tertawa, suaranya berderai bagai air terjun yang riang, “Tak akan rusak, percayalah padaku,” katanya seraya ia duduk di samping sang putri. Kehadiran mereka berdua sedikit mengusik ketenangan udara pagi yang masih muda, saat mereka berdua duduk bersama di meja perjamuan. Pangeran Wikanta, dengan pandangan penuh kasih ke arah tunangannya, mengucapkan rasa terima kasih kepada pelayan yang telah membawakan teh.

Putri Sundari, dengan wajah yang berseri-seri bagai bunga yang mekar di musim semi, bertanya sambil menyesap tehnya dengan perlahan, “Apa gerangan yang membawamu ke sini di waktu pagi yang masih muda ini?” tanyanya dengan rasa ingin tahu.

“Mengunjungimu, tentu saja,” balas Pangeran Wikanta dengan senyum. Putri Sundari dengan gembira menggoyang-goyangkan alisnya mendengar gurauan Pangeran yang menggelitik, “Tidakkah kau gembira bahwa engkau akan segera menjadi suami?”

“Tidak, tidak sama sekali, Nona manis. Hari ini terasa lebih indah,” sahut Pangeran Wikanta dengan nada yang terkejut, namun senyumnya tetap terukir di bibir, menghapus segala rasa kesal.

Mata mereka bertemu sejenak, dan tampak jelas kenyamanan serta kerjasama di antara mereka. Percakapan mereka selalu penuh dengan tawa dan keceriaan.

Namun, tiba-tiba suara nyaring Putri Gayatri memecah kehangatan mereka. “Demi Tuhan, kalian berdua akan menikah. Cobalah untuk sedikit lebih romantis,” ujarnya sambil menyesap tehnya dengan elegan.

Dengan jawaban yang ringan bagai hembusan angin sepoi, Putri Sundari berkata, “Percintaan dan kita tak selalu seiring, Kak, ,” namun raut wajahnya terpancar kehangatan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Puteri ShintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang