18.

180 10 0
                                    

Jeongin menatap kearah Bangchan yang mendadak menjadi lebih diam setelah Johnny menggoda mengenai kekasih Jimin. Semenjak masuk kedalam mobil, kemudian berkata pada supir untuk pergi ke bandara, Bangchan tidak berkata apapun lagi. Dan sekarang Jeongin yang menjadi kepikiran tapi untuk bertanya langsung pada Bangchan dia juga takut. Makanya Jeongin memilih untuk menggerakkan tubuhnya menuju pinggir jok, mendekat pada jendela dan menghela nafas dengan wajah sedih sambil melihat pemandangan di luar mobil. Sebenarnya bukan urusannya juga kan kalau misal kekhawatirannya di dalam hati terbukti. Dia ini hanya pemuas nafsu untuk 5 daddy yang membayar debutnya, yang memberikan uang jajan kepadanya, tapi yang memberinya perasaan tidak nyaman dan perasaan sakit di dalam hati ini kan bukan Jeongin juga. Jeongin tidak mau sampai jatuh cinta dan hanya berakhir dengan perasaan yang sakit karena tidak bisa memiliki. Dia menjadi agak menyesal juga setelah marah - marah pada Haechan karena diperebutkan oleh Taehyung daddy dan Mingyu daddy. Dia kini sedikit mengerti perasaan Taehyung dan Mingyu. Walaupun tetap saja aneh ketika ada orang yang sampai berebut Haechan. Berebut temannya yang terlalu hiperaktif itu.

Bangchan menolehkan kepala, menatap kearah Jeongin yang menggeser duduk hingga sampai ke bagian ujung. Tanpa bertanya pada Jeongin, Bangchan tahu jika laki - laki berwajah manis berusia 20 tahun itu marah atau mungkin kecewa karena dia abaikan. Seharusnya dia memang tidak boleh mengabaikan Jeongin seperti ini. Tidak ada yang suka diabaikan, siapapun itu.

“Jeongin sayang sini duduk di dekat daddy,” kata Bangchan dengam suara lembut yang tanpa dia ketahui, membuat supirnya bergidik ngeri. Seorang anak mafia yang terkenal kejam membuat suara manis dan lembut, justru menimbulkan kengerian.

“Gak mau…” Jeongin menggelengkan kepala dengan bibir manyun. Sekarang saja dipanggil, tadi dia sendirian di abaikan, tidak dipedulikan.

“Jangan manyun - manyun begitu, kau jadi seperti ikan mujaer tahu enggak,” sepertinya Bangchan salah memilih bercandaan, karena saat tangannya menggapai pada lengan Jeongin dengan cukup kasar tangannya di tepis oleh Jeongin, “Iya… iya… maaf daddy yang salah karena mengabaikanmu. Sudah jangan ngambek dong… kita mau jalan - jalan ini, masa saling diam - diaman seperti ini.”

Jeongin menatap pada Bangchan, mulutnya terbuka untuk menanyakan sesuatu tapi karena ragu dia menutup mulutnya lagi.

“Kau mau bilang apa? Katakan saja jangan takut,” kata Bangchan yang melihat keraguan di wajah Jeongin. Padahal tanyakan saja apapun itu, dia juga tidak akan marah kan.

“Tapi janji dulu kalau kau tidak akan marah,” ucap Jeongin.

Bangchan menjadi semakin curiga dengan pertanyaan Jeongin karena bahkan laki - laki disampingnya ini meminta agar dia tidak marah. Memangnya pertanyaan seperti apa sampai membuat Jeongin khawatir dia akan marah.

“Tenang saja aku tidak akan marah - marah hanya karena sebuah pertanyaan,” kata Bangchan.

“Janji dulu…” Jeongin menyodorkan jari kelingkingnya pada Bangchan.

“Memangnya perlu sampai membuat janji jari kelingking, kalau aku melanggar nanti aku harus memakan 1000 jarum lho,” ucap Bangchan.

“Ya makanya biar kau tidak marah dan tidak melanggar dan karena kau tidak mau memakan 1000 jarum makanya ayo berjanji dan jangan melanggar,” paksa Jeongin.

“Astaga… kepalaku pusing,” Bangchan akhirnya menyerah dan mengkaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Jeongin. Tapi tentu saja Bangchan tidak mau kalau hanya mengkaitkan jari seperti ini. Bangchan mendekatkan tubuhnya pada tubuh Jeongin dan mencium lembut pada bibir manis milik Jeongin.

Jeongin awalnya terkejut karena mendadak dicium oleh Bangchan, tapi pada akhirnya dia memejamkan mata dan membalas lembut pada lumatan bibir Bangchan. Dua bibir yang terpaut, bergerak dengan begitu indahnya, saling bergantian melumat, saling bergantian menghisap bibir bawah dan bibir atas. Hingga akhirnya ciuman mereka berdua terlepas.

IDOL 🔞🔞🔞Where stories live. Discover now