EPISODE 1 : Rumah Nuel

144 29 490
                                    

“Bisa kau ajari aku bagaimana caranya menerima keadaan tanpa harus membenci kehidupan?”
.
.
.
{Arion Imanuel Fernandeź}

------------------------o0o-----------------------
{Gween's Pov}
------------------------o0o-----------------------

Yeah! Disinilah aku berada saat ini, berdiri tegak seraya menatap sebuah bangunan rumah minimalis bertingkat dua tepat di depan mataku.

Rumah yang tenang!

Ingin ku gambarkan suasananya? Baik, akan kuberi tahukan pada kalian semua.

Rumah ini berada tepat di pinggiran Manhattan, yang terletak cukup jauh dari pusat kota New York. Dan ya, rumahnya berwarna hijau dan sudah mulai memudar akibat termakan waktu.

Pagar rumah tersebut juga terbuat dari pagar batu. Uh, lebih tepatnya lagi terbuat dari pagar semen berwarna coklat.

Kuedarkan kedua bola mataku dan menatap kearah sekitar rumah itu, banyak sekali pohon-pohon tinggi dengan daun-daunnya yang lebat berjejer rapih di sekitar pekarangan rumahnya yang luas itu.

Rumahnya benar-benar menyatu dengan alam!

Indah, sejuk, dan asri dalam waktu yang bersamaan.

Baru berdiri di luarnya saja sudah membuatku merasa tenang seperti ini, apalagi jika sudah masuk kedalamnya nanti? Oh Tuhan, bisa-bisa aku takkan ingin pulang dari sana.

Tunggu, masih ada satu lagi yang hampir terlewatkan. Di sekitar teras rumah itu, baik teras depan, samping dan belakang mungkin? Terdapat banyak sekali bunga-bunga indah yang disusun rapi oleh sang empunya rumah.

"Kau cukup rajin, rupanya!" Ucapku seraya menatap kearah laki-laki yang berdiri tepat bersebelahan denganku.

"Tidak juga, aku hanya menjaga apa yang telah mendiang ibuku rawat selama ini." Ujarnya dengan pelan. Sementara aku hanya menganggukan kepala seraya ber oh ria.

Namun, tak berselang lama kedua bola mataku membulat dengan begitu sempurna. Apa katanya tadi? Mendiang ibuku? Itu artinya ibunya telah meninggal?

"Ya, bagus sekali Gween!  Ini baru hari kedua kau berpacaran dengannya, dan tanpa sengaja kau telah membuat hatinya bersedih!"

Batinku mengumpati diriku sendiri.

"Maaf, aku tak bermak--," Ucapanku terpotong begitu saja ketika laki-laki itu dengan cepat menyelanya.

"Tak apa Gween, aku yang bersalah karena tak memberi tahumu dari awal." Ucapnya padaku, seraya tersenyum menenangkan.

Ouh, mengapa dia baik sekali?

"Ingin masuk sekarang?" Tanyanya padaku, sementara aku dengan cepat mengangguk dan spontan menggandeng tangannya.

Dia sedikit terperanjat, namun tak lama kemudian dia segera mengajakku untuk segera masuk kedalam rumahnya.

"Aku harap, kau tidak kapok untuk datang ke rumahku!" Ucapnya padaku pada saat kami berdua telah berhasil memasuki rumah.

"Nuel, sebelum kau mengatakan hal sperti itu, aku sudah terlanjur nyaman dengan suasana rumahmu!" Balasku seraya menatap dalam wajah tampannya, "Dan aku sangat betah disini, rasanya aku ingin sekali menetap dalam jangka waktu yang lama!" Imbuhku lagi, sembari tersenyum tipis.

Hei, ayolah dia menatapku dengan tatapan mematikannya! Tatapannya terlihat begitu dalam, dan membuatku merasakan gejolak aneh dalam hatiku.

Ya, sepertinya jiwaku telah menyatu lekat pada rumah ini.

Summertime Sadness { Just You And Me }Where stories live. Discover now