With---11: Perkataan Itu

31 10 43
                                    

Angel masih dengan posisi yang sama. Dia bahkan semakin melukai dirinya dengan menggoreskan tangannya sendiri ke keramik agar lukanya bertambah.

“Ya Allah, Ngel!” ucap Danu yang tiba-tiba sudah bersimpuh di samping Angel dan menghentikan aksinya. Lain dengan Brama. Dia akhirnya mengangguk dengan permintaan Krisna, lantas  ingin menghampiri Angel. Namun, langkahnya terhenti ketika mengetahui Danu sudah ada di sana. Brama pun memutuskan untuk berdiam menyaksikan saja.

“Ya Allah, kenapa hatiku sakit melihat Danu bersama Angel?” batin Brama, pasalnya Brama  merasa tidak suka. Apakah, dia cemburu?

“Kenapa kamu ke sini, Nu?” tanya Angel terkejut dengan kehadiran Danu yang tiba-tiba. Pertanyaan Angel tidak direspons oleh Danu. Sang empunya nama pun menatap lekat mata Angel yang masih ada airnya itu.

“Kamu mengapa menangis lagi?” tanya Danu bergegas mengambil sapu tangan dari tasnya dan mengelap luka Angel yang banyak darah tersebut. “Kamu bisa kehilangan banyak darah jika seperti ini.”

Memandang Danu membersihkan darahnya, Angel tertawa keras dan sinis. Tawa itu membuat Danu terkejut, sebab Danu baru pertama kali melihat Angel seperti ini; menangis dalam tawa yang mengerikan.

“Kamu kenapa, Ngel? Sadar! Istigfar,” pinta Danu. Dia panik, tetapi berusaha tenang. Danu pun telah selesai membalut luka Angel dengan sapu tangan.

Angel tidak menggubris perkataan Danu. Dia memberdirikan wolkernya dan beranjak berdiri. Namun, tiba-tiba kakinya tak bisa tegak. Alhasil, dia berdiri dengan kaki setengah bengkok. Rasa sakit dan kaku tiba-tiba menyerang begitu saja tak terkecuali jari-jari tangannya yang bengkok pula, sampai-sampai dia sendiri tidak bisa menggenggam. Dia jadi tak dapat berpegang pada wolker. Dalam persekian detik Angel pun menyerah. Dia ambruk bersimpuh di samping Danu. Danu yang melihat tangisan Angel semakin menjadi pun membawa tubuh Angel ke dalam dekapannya.

Dalam dekapan tersebut. Angel menangis. Dia meluapkan segala perasaannya.

“Sudah, ya. Jangan menangis. Nanti tambah bengkok dan sakit tangan kakinya. Cukup, ya?” pinta Danu sesekali mengelus rambut Angel dan mengelap air matanya. Danu tahu, Angel tidak baik-baik saja secara fisik dan perasaannya. Tandanya, raga Angel sudah berontak. Persis seperti saat Angel masih kelas enam SD dan hanya dia yang bisa menenangkannya.

“Aku lelah, Nu,” ucap Angel pelan dalam tangisannya.

“Aku tahu. Namun, nggak boleh gini, ya? Angel harus tetap kuat,” jawab Danu.

“Sampai kapan, Nu?” tanya Angel.

“Sampai kamu selesai bertugas sama Tuhan.”

Ucapan Danu membuat Angel sedikit tenang. Dalam ketenangan itu Angel dapat jawaban atas pernyataan Abit tadi. Abit memang tidak melukainya. Namun, dia hanya menyakiti. Secara garis besar, Abit menyerang perasaannya saja untuk memperkuat batinnya, sedangkan ke fisik dia tidak akan pernah melakukannya.

“Danu?” panggil Angel lirih.

“Iya, Ngel?” jawab Danu.

“Aku nggak bisa napas. Dadaku sesak dan sakit.” Setelah berkata demikian, akhirnya Angel pingsan dalam pelukan Danu.

Mengetahui hal tersebut, Danu bergegas membopong tubuh Angel, lantas menghampiri Brama. Brama pun panik, begitu pula Nadinia, Rayyan, Krisna dan Bu Kenanga.

“Bram, maaf. Aku minta tolong boleh?” pinta Danu.

“Apa, Nu?” tanya Brama.

“Tolong ulurkan kedua tanganmu,” pinta Danu.

Saat Brama mengulurkan kedua tangan, Danu bahkan meminta untuk melebarkannya. Danu memberikan Angel kepada Brama, kemudian dia pun terkejut. Namun, untung saja dia sigap. Kini, Angel sudah berada dalam bopongan Brama.

“Aku percaya denganmu, Bram. Aku ke ruang guru dulu, ya, teman-teman,” ucap Danu lalu pergi.

Melihat kepergian Danu, Nadinia menyusul. Setelah beberapa detik mereka berlalu, hidung Angel mengeluarkan darah, membuat Bu Kenanga ketar-ketir. Alhasil, Angel dibawa ke rumah sakit Cempaka di mana dokter Demian bertugas. Ibu Kenanga pergi bersama Rayyan untuk mendampingi adiknya. Brama dan Krisna pun ingin ikut. Namun, mobil Bu Bira tidak muat lalu akhirnya mereka mengalah tetap tinggal di sekolah.

*****

Ketika Waktu BersamamuWhere stories live. Discover now