Eleven, Hatchim!

9 0 0
                                    

This shit isn't fair, never was and never will be.

"Take down Bloody Revenge kamu sekarang atau—"

"Hatchim!" Days menutup mulutnya, ia tidak bisa menahan bersinnya lagi.

Joya hanya bisa menghela napas panjang sambil mengumpati Rima dalam hati, tega sekali wanita ini membahas masalah ini saat fisik Days jelas-jelas sedang tidak baik-baik saja. Tadinya Joya ingin meminta izin untuk Days agar gadis itu bisa pulang lebih cepat, tapi dengan tega Rima melarang keras dan malah mengajaknya untuk mengadakan rapat private—karena hanya Harsa, Angkasa, Laura, Rima, Days, dan Joya yang menjadi anggota rapatnya—lagi-lagi dengan pembahasan masalah Bloody Revenge itu.

Harsa terlihat tidak terima, "kok begitu, bu? Kan sudah jelas sekali kalau ..." Harsa beralih menatap ke arah Laura, "maaf, Laura yang menjiplak karya Days," kata Harsa dengan nada sesopan mungkin.

"Hatchim!" Seluruh mata di ruangan itu sontak menatap Days yang bersin-bersin sedari tadi.

"Maaf, kak. Tapi saya gak ngejiplak sama sekal—"

"Oh, terus Days yang ngejiplak punya lo, gitu? Tapi dia duluan yang publish novel itu sebelum lo?" tanya Joya kesal, ia sudah muak dengan permasalahan—yang seharusnya bisa diselesaikan dengan singkat—yang cukup berbelit-belit ini.

Days tidak bisa membela dirinya, mau sedih atau marah juga ia tidak sempat, hidungnya terlalu gatal untuk melakukan itu semua.

"Joya, kamu bisa tenang dulu," kata Rima berusaha tersenyum.

Kalau saja Joya bukan salah satu orang yang mengharumkan nama Umbrella Publisher, sudah lama Rima mengeluarkan wanita itu dari sini. Joya terlalu—

"Gimana bisa tenang, bu? Sudah jelas-jelas Laura yang menjiplak karya Days, kenapa malah jadi Days yang disuruh take down novelnya?"

"Kak, maaf. Aku gak ngejiplak, ya." Laura berusaha membela dirinya sendiri, "judulnya saja yang sama, tapi kan nama tokohnya beda," lanjutnya.

"Hatchim!" Days lagi-lagi bersin dengan pelan, lalu gadis itu masih sempat-sempatnya menopang dagu sambil menatap Laura dengan tatapan polosnya, "eh tapi, kak ... kok alurnya bisa mirip gitu, ya?"

Joya menjentikkan jarinya semangat, "exactly! Dan itu bukan penilaian dari penulis, ya. Itu penilaian dari readers, jadi lebih baik lo ngaku aja."

Sedari tadi Angkasa hanya diam, laki-laki itu terlihat merasa bersalah tetapi di sisi lain ia tidak mau berbicara tentang fakta yang ia ketahui.

Laura menghela napas panjang, "tapi, kak. Gimana caranya aku bisa ngejiplak karya Daysee kalau aku aja belum pernah baca karya dia sama sekali?"

Rima menggeleng, "lagipula tulisan Laura lebih bagus dari punya kamu, Days. Segera take down saja sebelum kamu yang saya keluarkan dari sini."

Mata Harsa, Joya, Days, dan Angkasa sontak membulat mendengar keputusan—entah ancaman—dari Rima.

Rasanya kepala Days semakin pusing karena hal ini, apa ia take down saja novel itu agar masalah selesai? Days menarik napas panjang, dengan berat hati ia harus mengatakan hal ini.

"Baik ... novel Bloody Revenge akan say—"

"Bu, mungkin tulisan Laura lebih bagus. Tapi apa gunanya kemampuan menulis dengan baik jika penulisnya mencuri ide orang lain?" Angkasa akhirnya bersuara.

Faults in ValentineWhere stories live. Discover now