Chapter 9 : Kasus Pembunuhan

301 32 5
                                    

"Frey, Bangun Frey."

"Gimana nih, dia Gak bangun-bangun sedari tadi." Ucap Jennifer.

Willona Dan teman-temannya menemukan Freya Tidak sadarkan diri di hadapan sebuah Cermin di lorong Yang temaram. Padahal Willona merasa sudah melewati tempat itu, Tapi Tidak ada sedikitpun tanda-tanda Freya di sana. Baru setelah mereka berniat turun kebawah, melalui Lorong Yang sama, mereka melihat Freya Tergeletak di lantai.

"Kalian kok Bisa pisah, Sama dia?" Tanya Willona.

"Iya, Tadi tuh—freya mengusulkan Buat Berpencar Nyari Lukisan itu. Tapi Kita berdua Gak Nemu sama sekali. Barulah kita berniat Buat Nyari Freya." Ucap Jennifer.

"Iya, Benar." Timpal Rose.

Tidak Lama Freya mengerjap dan membuka matanya. "Kalian sedang apa?" Ucapnya, dan Sontak membuat Willona Dan Yang lainnya respect terkejut.

"Frey, Kamu gak papah kan?" Tanya Willona.

Freya menggeleng, "Aku Tidak papah, Penyakit epilepsi-ku sering kambuh akhir-akhir ini." Ucap Freya berbohong.

"Kamu Punya penyakit epilepsi?" Tanya Hanna.

"Iya, Aku pikir penyakit itu sudah hilang. Tapi belakangan ini penyakit itu kambuh lagi." Ucap Freya.

"Syukur deh, kalau kamu udah sadar. Kita khawatir banget tau." Ucap Willona.

"Bagaimana dengan lukisannya, Kalian menemukannya?" Tanya Freya. Mereka sontak menggeleng bersamaan.

"Sepertinya lukisan itu sudah di pindahkan ketempat Yang lain, deh." Ucap Rose.

Willona Melirik Arloji di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul dini hari. Itu berarti mereka sudah Cukup lama Berada di Lowell house. "Mau lanjut atau Tidak, nih?" Tanya Hanna.

"Aku ikut kalian." Ucap Freya. Dia sudah mendapatkan apa Yang dia inginkan. Freya Tidak keberatan jika harus menemani keempat Gadis penakut ini sebentar lagi.

"Kita lanjut di lain hari saja. Sekarang sudah hampir pagi. Orang tuaku sering mengomeliku belakangan ini." Ucap Jennifer.

"Aku setuju, Lagipula Keadaan Freya Juga Tidak terlalu baik." Ucap Willona.

"Tidak papah, Jika kalian Ingin lanjut. Aku baik-baik saja." Ucap Freya.

"Tidak, Kita Pulang sekarang. Tapi kamu Tidak 'Kapok' Kan Frey, jika lain kali, Kami mengajak kamu Hunting lagi?" Tanya Willona.

"Tidak, Aku menyukainya." Ucap Freya tersenyum Tipis. Setidaknya itu adalah Tanda terima kasih, karena Dia sudah mendapatkan Obyek ke tiga.

"Yaudah yuk, kita jangan lama-lama. Penjaga malam, Mungkin akan menemukan kita sebentar lagi." Ucap Hanna.

Kelima perempuan Tersebut beranjak meninggalkan Lorong Yang temaram dan pengap itu. Freya Yang berjalan paling belakang, menghentikan langkahnya—Dan menoleh ke belakang lagi. Dimana Seorang Wanita Berpakaian Putih dan Berambut berantakan berdiri menatap nanar padanya. Freya menyeringai meremehkan pada mahluk tersebut. Sosok perempuan tersebut berteriak nyaring, Dan hanya Freya saja Yang Bisa mendengarnya.

"JANGAN SATUKAN SEMUA OBYEK ITU!!!!" Sentaknya, dan kemudian menghilang. Freya mendengus kasar. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sesuatu Yang sangat berharga dan Berbahaya. Obyek ke Tiga. Freya menatap Nanar pada Obyek tersebut sebelum akhirnya memasukannya kembali kedalam sakunya.

***

"Dah, Frey!" Ucap Willona dan Yang lainnya. Freya melambaikan tangan pada Willona dan teman-temannya, Ketika Mobil mereka melaju meninggalkan Halaman Apartemen The Castle.

"Good evening, Miss Freya." Ucap Jeffrey. Petugas keamanan Yang Bertugas Pada siff malam.

"Good evening, Mr Jeffrey." Balas Freya singkat, sebelum akhirnya dia berlalu meninggalkan Pria Yang jauh lebih Tua dari dirinya tersebut.

Sejujurnya semenjak Jeffrey melihat Freya Untuk pertama kalinya, Pria itu sudah jatuh hati pada pandangan pertama. Menurutnya, Freya memiliki kepribadian yang dominan berbeda dengan Gadis Lain yang pernah di temuinya. Freya Juga termasuk Gadis Yang memiliki wajah Yang Otentik. Namun, Pria itu sadar diri, dan hanya mengagumi tanpa bisa mengatakannya.

Jeffrey memutuskan Untuk kembali ke Ruang kerjanya. Tempat dimana dia beristirahat ketika selesai berkeliling di sekitar apartemen. Untuk seorang Pria, Ruang kerja Jeffrey Cukup Rapi. Namun, terdapat Potongan donat Yang mungkin dia lupa Untuk membersihkannya.

Untuk menguraikan kebosanan-nya, Pria itu memutar Siaran Yang Biasa menemani di kala Senggang. Sambil bersenandung tentang Gadis Yang  dikaguminya, Jeffrey duduk menumpangkan kaki pada Meja. Menyambar Sisa donat Yang lupa dia makan, sambil menonton Sebuah siaran Langsung tentang pembunuhan Yang terjadi belakangan ini.

"Korban ketiga dalam Bulan ini. Masyarakat diharapkan Untuk Tidak keluar pada malam Hari. Korban kebanyakan adalah Gadis remaja. Polisi masih belum menemukan motif ataupun Ciri-ciri dari pelaku"

Jeffrey menonton siaran tersebut dengan Khidmat. Sebelum akhirnya dia beranjak Mencuci tangannya. Melewati Tembok Yang penuh dengan Foto Freya Yang pria itu ambil secara diam-diam. Setidaknya Hal itu Bisa mengurangi sedikit Rasa Rindunya.

***

Freya membuka lemari tempat dia menyimpan Kotak Hitam. Menaruh Obyek ketiga di tempatnya, Lalu memasukannya kembali ketempat semula. Tidak lama terdengar dering Telpon Dari atas nakasnya.

Fiony.

Sudah lama sekali Freya tidak mengobrol dengan Orang yang pernah menjadi sahabat satu perjuangannya tersebut. Freya mengubah Intonasi Bicara dan ekspresinya, Menjadi Freya si Gadis Koleris dengan senyuman Karamel Yang menawan.

"Hallo?"

"Nurdana!!!" Ucapnya Dari seberang sana. Freya sampai harus sedikit menjauhkan telinganya, akibat teriakan Fiony Yang Bisa saja memecahkan Gendang telinganya.

"Ayam, berisik tau." Ucapnya.

"Kenapa Gak pernah nelpon, Kamu Gak kangen sama aku."

"Soal itu—"

Freya menghabiskan waktunya Cukup lama Untuk mengobrol dengan Fiony. Untuk mengusir kebosanan Saat Berbincang-bincang, Freya sekalian Menyalakan Televisi, dan melihat Berita apa Yang terjadi akhir-akhir ini. Obrolannya dengan Funny teralihkan, Ketika di salah satu siaran televisi New York, Sedang menayangkan tentang kejadian pembunuhan Yang baru saja terjadi. Freya kemudian mengingat Pria Yang memakai kostum Badut sebelumnya.
Mulai mengaitkannya dengan kejadian pembunuhan Yang terjadi.

Freya pernah membaca ataupun melihat Tentang Para Psikopat Yang dominan selalu Memakai Kostum badut ketika mereka beraksi. Freya Tidak ingin menyimpulkan dengan Cepat, Tapi dugaannya mengatakan kalau Pembunuhan yang terjadi, pasti ada sangkut Pautnya dengan Pria asing yang dia lihat.

"Hallo, Nurdana! Kamu masih di sana kan?" Suara Dari Fiony menyadarkan Freya dari lamunannya. Dia baru Sadar, kalau sedari tadi Dia sedang mengobrol dengan Fiony.

"Tidak papah." Ucapnya singkat, sebelum kembali melanjutkan Obrolan mereka, sampai Freya mengantuk dan memutuskan Untuk Tidur.

FREYA : Holders Of Lost Object ( BOOK 1 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang