With---14: Dalam Diam

44 13 37
                                    

Rayyan masih mendekap tubuh Angel. Setelah beberapa saat, dia melepasnya karena Angel sudah tenang. Angel tersenyum kepada kakaknya tersebut.

“Terima kasih, ya, Mas,” ucap Angel dengan posisi yang sama.

“Maafin aku, ya?” balas Rayyan. Dia beralih duduk bersila di atas brankar, begitu pula Angel. Dia juga ingin menyusul Rayyan. Namun, tiba-tiba kakinya kaku dan sulit untuk digerakan. Paham akan hal itu, Rayyan tersenyum.

“Nggak usah dipaksain, Ngel. Istirahat dahulu,” ucap Rayyan.

Ucapan Rayyan hanya direspons dengan anggukkan kepala oleh Angel lalu dia berbaring kembali.

“Mas Rayyan nggak salah. Ngapain minta maaf?” tanya Angel.

“Maaf. Aku lalai menjagamu, Ngel,” jawab Rayyan.

“Mas, nggak lalai, kok. Hanya aku yang salah,” sanggah Angel. “Mungkin, sudah saatnya aku ceritakan sama Mas Rayyan.”

Deg!

Mendengar hal itu entah mengapa jantung Rayyan berdegub. Dia harus siap dengan apa yang bakal dia dengarkan nanti.

“Iya. Ceritakan saja,” ucap Rayyan.

“Waktu itu aku berobat di pengobatan alternatif. Selesai dipijat, aku diminta untuk keluar tanpa busana, tapi masih pakai dalaman. Aku malu waktu itu, tetapi aku nurut saja. Katanya demi kesembuhanku, Mas. Toh, waktu itu aku cuma sama Kakek dan Kakek hanya ingin aku sembuh," ucap Angel.

Mendengar hal itu, Rayyan mulai sesak dadanya. Namun, dia sesekali menghela napas untuk meredam.

“Lalu?” kata Rayyan meminta Angel melanjutkan.

****

Tepat pukul sepuluh pagi Angel dan kakeknya telah sampai di rumah seorang nenek yang bisa mengobati berbagai penyakit, tak terkecuali kecacatan yang seperti Angel alami. Setelah menunggu satu jam nama Angel dipanggil. Dia dan kakeknya pun masuk dalam sebuah ruangan. Di situ duduklah seorang nenek tunanetra bersama laki-laki. Laki-laki itu kemudian memberikan segelas jus wortel kepada nenek tersebut lalu  membisikkan sesuatu padanya. Akhirnya, nenek itu memanggil nama Angel untuk mendekatinya.

“Namamu Angelika Mentari ‘kan?” tanya nenek itu. Angel hanya tersenyum lalu mengiakan.

“Kamu belum bisa jalan ‘kan? Sini, aku pijat! Namun, dibuka dahulu, ya, semua bajunya,” pinta nenek itu.

Permintaan sang nenek membuat laki-laki tersebut keluar ruangan. Awalnya, Angel ragu-ragu untuk melaksanakan perintah sang nenek. Namun, kakeknya berucap  dengan penuh penekanan. “Ini untuk kesembuhan Angel.”  Alhasil, dia pun menurut. Usai membuka semua kain penutup tubuhnya dan menyisakan baju dalamannya saja, Angel, kemudian dipijat.

Lantas untuk beberapa menit lamanya pemijatan tersebut selesai dan sang nenek pun meminta untuk Angel berjalan keluar ruangan tanpa menggunakan busana. Angel sebelum itu sempat berontak. Namun, lagi-lagi dia menurut dengan kemauan sang nenek tersebut karena penekanan kakeknya tadi.

Angel sudah di luar ruangan sambil dituntun wira-wiri seperti permintaan nenek itu. Angel malu akan hal tersebut, apalagi melihat pantulan tubuhnya di cermin lemari tepat di depan dia dituntun kakeknya. Namun, saat Angel melewati kerumunan orang yang mengantre, dia melihat seorang cowok diam-diam merekam dirinya dengan tersenyum puas dan sesekali tertawa.

Deg!

Perlakuan itu membuat Angel merinding dan langsung menangis dalam diam di sana sembari melanjutkan kemauan sang kakek. Akhirnya, hal itu selesai dan Angel ingin segera pulang. 

Sesampainya  di rumah kakek neneknya, tiba-tiba dia langsung takut dengan Hans. Hans bahkan cuma ingin memegangnya saja Angel tidak mau. Dia sudah takut akan hal tersebut. Namun, dia tak menceritakannya. Angel hanya beralibi dia sedang capek. Sejak dia pulang dari rumah kakek neneknya, sikap Angel selama di sekolah sangat berubah terhadap Rayyan. Dipegang saja Angel tidak mau, padahal Rayyan adalah kakaknya. Pikiran Angel saat itu menyamaratakan semua cowok, sama seperti cowok yang merekam tubuhnya.  Jahat!

****

“Usai kejadian tersebut aku merasa takut sama cowok. Semua cowok jahat, Mas. Termasuk kamu. Maafin aku, Mas,” ucap Angel dia mulai sesenggukan.

Rayyan pun menggeleng untuk meresponsnya.

“Mereka yang ingin kamu sembuh nggak tahu jika kamu setakut ini, Ngel. Mereka nggak salah, hanya cowok itu yang sangat jahat,” jawab Rayyan.

“Angel yang salah, Mas. Angel nggak mau berontak, takut menyakiti mereka,” sanggah Angel tangisnya makin menjadi.

“Nggak, Ngel. Kamu hanya ingin menghargai usaha orang yang sayang denganmu,” sanggah Rayyan.

Sanggahan Rayyan membuat Angel semakin menangis bahkan lebih dari yang tadi. Rayyan pun membiarkan saja tanpa dia memeluknya lagi. Rayyan tahu, adiknya butuh ruang untuk mengontrol perasaannya sendiri.

Di sisi lain, Dokter Demian dan Bu Kenanga menguping di balik pintu ruang rawat. Dokter Demian tahu sekarang, mengapa Angel setakut itu. Pelecehan seksual memang dibedakan menjadi dua, yaitu verbal dan fisik. Verbal dengan perkataan, misal disiul saat berjalan sendiri dan dikata-kata dengan kalimat kotor yang mengandung hal yang senonoh atau porno, sedangkan fiisik adalah tindakan secara paksa seperti direkam tadi. Lain lagi, kalau tanpa paksaan. Itu bukan pelecehan namanya, karena saling mau. Secara verbal pun begitu. Si korban dipaksa mendengar perkataan itu hingga dampaknya menimbulkan ketakutan bahkan trauma berjangka panjang.

“Terus, bagaimana caranya Angel biar bisa berdamai, Dok?” tanya Bu Kenanga khawatir.

“Angel yang bisa menentukannya, Bu, dan kita hanya dapat membantu saja,” jawab Dokter Demian.

*****

Akhirnya, setelah Angel tenang. Dokter Demian dan Bu Kenanga masuk, Angel pun terkejut akan hal itu. Dia yang sedang mengelap air matanya dengan tisu tersenyum kepada Bu Kenanga lalu beralih ke Dokter Demian. Mendapat hal tersebut, Dokter Demian membalas dengan tersenyum juga.

“Hai. Namamu Angelika Mentari ‘kan? Tenang, saya dokter sungguhan, kok. Kuliah saya sama dengan Bu Kenanga,” ucap Dokter Demian to the point.

“Iya, Dokter Dem. Saya percaya. Bu Kenanga yang menyakinkan saya,” jawab Angel.

Lengkungan manis di bibir Dokter Demian pun tercipta. Akhirnya, Angel percaya dengannya. Lantas, beliau melangkahkan kaki agar dia bisa berdiri lebih dekat lagi di samping brankar Angel.

Mengetahui hal tersebut, Bu Kenanga memberi isyarat kepada Rayyan untuk pindah ke sofa yang tak jauh dari situ bersamanya menunggu dokter dan pasien itu di sana. Keduanya memberikan mereka ruang agar saling mengenal terlebih dahulu. Bu Kenanga yakin, karakter Dokter Demian yang lembut, tegas, dan penyayang mampu meluluhkan ketidakpercayaan Angel dengan dokter karena peristiwa penipuan kala itu.

******

Ketika Waktu BersamamuWhere stories live. Discover now