Puncak ketakutan

185 21 2
                                    

"Aku baik-baik saja. Sungguh aku tidak apa-apa."

Splat

"Aku tidak takut. Aku tidak takut."

Splat

"Aku pasti bisa melewatinya.

Splat

"Aku tidak sepenakut itu. Aku pasti bisa. Karena aku punya keberanian."

Tak

Tangannya gemetar. Tubuhnya mulai gentar. Meringkuk memeluk kedua lutut, bibirnya terus menggumamkan kata penenang. Meskipun semua percuma, karena dadanya bergemuruh bak gendang perang.

"Naru, kau tidak apa?"

Naruto melirik ke arah Sasuke yang menatapnya cemas. Membuatnya menyembunyikan wajah di antara perpotongan tangan.

Sasuke menghela nafas sabar. Ia menggeser duduknya, untuk duduk di samping teman pirangnya. Merangkul pundak bergetar itu, sambil membisikan beberapa kalimat menyenangkan.

"Jika kau tidak mau, tidak usah ikut."

"..."

"Aku akan bilang kepada Utakata-san."

"Jangan!" Naruto menahan lengan Sasuke. Mencegah pemuda itu untuk keluar dari tenda mereka. "Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk ikut semua kegiatan perkemahan."

"Kenapa kau menjanjikan sesuatu yang tidak membuatmu senang?"

Sasuke merasa kasihan. Menatap Naruto yang sangat ketakutan. Sebenarnya ia pun bingung. Tentang apa yang membuat pemuda itu bertahan? Apa karena dorongan dari teman-teman? Apa karena itu Naruto memaksakan keberanian? Sasuke bahkan tidak bisa berbuat banyak hal.

"Aku akan keluar."

"Kemana?"

"Menikmati alam," ucapnya datar.

Saat itu, Sasuke keluar tenda dengan tatapan kesedihan yang disembunyikannya.

Sinar matahari menari dengan senangnya. Berada di pucuk tertinggi menunjukkan kuasa. Memaksa orang-orang berlindung di dalam tenda semua. Bercengkrama bersama orang terkasih mereka. Namun tidak bagi Sasuke yang sibuk dengan isi kepala. Menatap pepohonan, pemuda itu menyenderkan tubuh ke pagar pembatas tanah.

Bruk

"Sasuke!"

Naruto menubruk sisi belakang Sasuke. Membuat perut pemuda dingin itu terkatuk pagar pembatas.

"Sedang apa?" tanya Naruto sumringah. "Eh, kenapa kau meringis?"

"T-tidak." Sasuke menggeleng. Membalikkan badan, ia mencoba menatap Naruto tenang. "Kenapa kau senyum-senyum? Suasana hatimu sudah membaik?"

Pemuda pirang itu hanya cengengesan saja. Membuat Sasuke menyunggingkan senyum juga. Ia senang, saat Naruto tampak bahagia.

"Oh iya, tadi aku diberi tau bahwa penjelajahan nanti malam bisa dilakukan dua orang."

"Benarkah?"

Sasuke mengangguk. "Itu bagus, bukan? Kau bisa mengajak Lee ataupun Fuu untuk penjelajahan."

"Eh, memang kau sudah memiliki pasangan?"

"Kalau aku sendiri saja."

"Bagaimana bisa begitu!" Naruto tampak kesal. "Kita akan melakukannya bersama."

"Tapi, aku pikir kau akan lebih berani jika bersama mereka."

"Pemikiran seperti apa itu?" Naruto menyerngit.

BFF [SasuNaru]Место, где живут истории. Откройте их для себя