With---18: Sampai Kapan?

48 14 144
                                    

Selesai dari membayar adminitrasi dan menebus resep obat dari Dokter Demian  untuk Angel, Hans langsung menuju ruang rawat, tetapi sebelum itu dia mampir terlebih dahulu ke parkiran mangambil boneka kelinci di jok motor Via buat Angel.

Sesampai di ruang rawat Angel, Hans tersenyum tipis kepada keponakannya tersebut  lalu beralih ke Via yang sedang berbincang. Beliau mengisyaratkan agar dia berpindah ke sofa. Via pun bergegas saja menyanggupi permintaan Hans.

“Ini buat kamu,” ucap Hans sembari memberikan boneka kelinci berwarna merah putih itu ke Angel. “Sampai kapan kamu mau bersandiwara dan main kucing-kucingan terus dengan orang tuamu? Bahkan obat ini pun diganti nama untuk disembunyikan dari mereka.”

Angel yang sudah menerima boneka tersebut menghela napas dengan memeluknya. Dia menatap Hans sendu.

“Jika Kak Hans sudah tahu, Kakak paham, kok, apa alasanku melakukan itu,” sanggah Angel.

Hans mendesah akan hal itu. “Sampai kapan?” tanya Hans.

Yang ditanyai pun hanya menggeleng lemah. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan Hans. Mendapat respons tersebut, tiba-tiba Hans langsung memeluk Angel.

“Maafkan aku, ya? Ternyata itu hal besar yang kamu sembunyikan dan membuatmu terguncang. Harusnya aku minta kamu ke sana sama aku saja pasti kamu nggak akan…”

Kata-kata Hans mengantung, dia mempererat pelukannya terhadap Angel. Air matanya luluh juga, rasa sakit di hatinya sudah tak terbendung lagi. Angel pun juga meresponsnya dengan hal yang sama, sedangkan Via, walau dia belum mengerti apa yang terjadi, dia menghampiri keduanya dan memeluk mereka secara bersamaan.

“Angel minta maaf karena bersikap aneh sama Kak Hans waktu itu. Angel nggak tahu harus apa, yang Angel pikirkan hanya tidak mau membuat orang yang sayang sama Angel khawatir.” Setelah berkata demikian, Angel melepas pelukan Hans begitu pula Via.

“Sekarang fokus dengan dirimu sendiri saja, ya? Papa dan mamamu itu urusan mereka, Flaya pun selamatkan dia, ya? Ada aku di sini,” pinta Hans.

Anggukan Angel adalah repons atas permintaan Hans.

“Aku juga, Kak. Baru ini, lho, Kak Angel sakit sampai rumah sakit,” sahut Via.

Beberapa menit usai Via berkata, Dokter Demian masuk ruangan Angel kembali. Beliau memperbolehkan Angel pulang. Namun, dia harus beristirahat sehari di rumah terlebih dahulu sebelum masuk sekolah lagi.

****

Tiba di rumah Angel, Wanti yang sudah berada di depan pintu membawakan wolkernya terkejut karena sang anak pulang dengan Hans dan Via. Setelah Angel diturunkan dari motor, dia langsung saja berjalan dengan wolker ke kamar lalu disusul Via.

Melihat tingkah Angel, Wanti menatap Hans bingung. Yang ditatap pun hanya merespons tersenyum dan berniat masuk ke dalam rumah. Namun, baru saja melangkahkan kakinya lengan Hans dicekal kuat oleh Wanti. Mengetahui hal itu, Hans mendengkus kesal.

“Ada apa, sih, Mbak?” tanya Hans menatap sang kakak.

“Ada apa dengan Angel? Lalu kenapa tangannya diperban seperti itu?” tanya balik Wanti.

Mendengar pertanyaan sang kakak. Hans tertawa sarkas lalu dia mengusap wajahnya, kemudian menatap kedua bola mata Wanti dengan lekat dan melepaskan cekalan tangan itu.

“Ternyata benar, ya? Kalau lukanya Angel terlihat di fisik baru ditanyain,” sanggah Hans.

“Maksudmu apa? Angel baik-baik saja. Kalau dia sudah sakit fisik berarti itu lelah dengan aktivitasnya,” balas Wanti.

Ketika Waktu BersamamuWhere stories live. Discover now