3. Pura pura

273 16 0
                                    

Happy reading.

"Karna ngga ada yang aku minati?" Sahut Dirga.

"Oh."

"Ngapain lo ke sini?" Tanya Juan.

"Ya gue mau tanya ini ke lo berdua." Jawab Jian.

"Tanya langsung ke inti, ngga usah kebanyakan basa basi." Sahut Juan.

Skak.

Jian terjungkal, terkejut, dan ter malu malu.g

"Lo adek nya siapa sih? Kok ngomong nya ngga sopan sama kakel." Sinis siswi kelas Jian.

"Gue adek nya kak Ruto sama kak Jewoo." Jawab Juan.

"Pantes.. adek nya mereka toh?"

"Emang kenapa? Kalah saing? Bilang tod!" Sahut Juan.

"Hahayyy, pal pale pal pale.." sahut Seseorang yang kini menghampiri mereka.

Siapa lagi kalo bukan??

Jewoo, Ruto, Asahi dan Jaehyuk.

Mereka kan jamkos, jadi bisa keliaran kemana aja.

Hahay..

"Beda kelas? Ngapain di bahas?" Sahut Asahi.

Jaehyuk yang mendengar itu langsung mendorong Asahi pelan.

"Apa? Ngga suka? Ngga usah di dengerin, tinggal dilewatin." Sahut Asahi lagi.

"Kak Asa kalo ngomong suka bener deh?" Gumam Dirga.

"Loh loh loh? Ga bahaya ta?" Sahut siswi itu yang bernama Karina.

"Mang eak?" Sahut Asahi.

"Eak eak in aja.." ujar Ruto.

"Bocil kemaren sore dah belagu."

"Lah? Situ yang udah tahun purba ngga laku!" Jawab Juan.

Terjadilah adu bacot dari adek kelas dan kakak kelas, dari kelas 10, 11 dan 12.

Tapi ya itu, yang adu bacot cuma orang tadi aja.

"Anjing nih bocah!" Ujar Karina.

"Gue bukan anjing, tapi manusia." Jawab Juan dan Asahi bersamaan.

"Gue punya nama, bukan bocah." Jawab Asahi.

"Idih..." Sinis Winter.

"Apeni?? Musim dingin kok ikut ikut an?" Tanya Ruto.

"Lebih baik hujan batu di negri sendiri, daripada hujan emas di negri orang. Kata opah." Ucap Juan.

"Bhahahaha. Udah gede tontonan nya upin ipin!" Ledek Karina.

"Mending kartun anak anak daripada tontonan nya Porno semua!" Sahut Jaehyuk.

"Hoy!!" Teriak Dirga.

Capek dia, dengerin semua bacotan dari Juan Asahi dan Jaehyuk.

Emang suka bener mereka kalo ngomong.

Dirga takut, karena daritadi ia ditatap tajam oleh kakak nya.

"Dirga." Panggil Jian.

"Kenapa?" Tanya Dirga menengok ke arah Jian.

Jian hanya diam, ia menarik kasar tangan Dirga. Dan menyeretnya untuk ke kamar mandi.

Setelah sampai di kamar mandi, Dirga di dorong dengan kuat sampai dirinya menyentuh tembok.

"Lo. Kemarin gue belum puas bikin lo sakit."

"Tubuh lo itu emang dasarnya lemah, di giniin doang udah ngeringis kesakitan."

"Sekarang. Untuk yang kemaren sama hari ini." Ucap Jian berakhir.

Ia mencari sebuah benda. Dan menemukan nya.

Ia mengambil benda tersebut, dan memukulkan nya tepat di kepala Dirga.

Ada kran besi yang tergeletak di situ, entah kenapa kran itu di lepas. Mungkin ingin di perbaiki, tapi naas. Udah ketahuan Jian, jadi nya dibuat mainan sama Dirga.

Dirga langsung meringis kesakitan lagi.

Darah segar keluar dari kepala bagian atas nya.

"K-kak? U-udah ya? Ini udah sakit..." Lirih Dirga.

"Ga. Mama gue ngga sampe kayak gitu. Bahkan mama gue lebih parah dari itu." Sahut Jian.

Bahas mama lagi? Udah setiap hari Dirga mendengar kalimat Jian dengan kata mama, mama, dan mama terus.

Bahkan mungkin, Jian akan menghabisi nyawa nya seperti apa yang ia lakukan terhadap mamanya.

"Gue ngga akan berhenti sebelum lo udah pingsan? Atau mati sekalipun!" Murka Jian.

***

To be continue.

Terima kasih telah membaca dan vote..

-519.

Kata Maaf | Doyoung TreasureDonde viven las historias. Descúbrelo ahora