Misteri Kedatangan Lucas

247 72 1
                                    

Bab 2: Kejutan di Balik Pintu Kantor Darren

Pada suatu pagi yang terik, ketegangan di kantor Darren menyala seperti bara api. Darren Edgar, sang manajer berbakat dan ambisius di supermarket Nazeera, seolah menjadi badai yang mengguncang lautan. Karyawan-karyawan di sekitarnya  merasakan getaran kehadirannya

Nazeera Althea, dengan rambut cokelat panjang yang terurai indah dan sorot mata cokelat yang penuh keceriaan, duduk di meja kerjanya. Dokumen-dokumen di depannya, seperti lautan kertas yang bergelombang, mencoba menarik perhatiannya, tapi dia hanya bisa memikirkan pertemuan dengan Lucas.

Namun, yang paling mencolok adalah suara langkah kaki Lucas yang mendekat. Langkahnya menggetarkan lantai. Nazeera merasakan getaran itu melalui sol sepatunya.

"Pak Darren, saya punya beberapa hal yang harus kita bicarakan," kata Lucas tanpa basa-basi.

Saat Lucas berbicara, suaranya mengalir seperti sungai. Nazeera mendengar setiap nada, membayangkan wajah Lucas. Bau parfumnya, seperti bunga pagi, mengisi ruangan.

Darren Edgar, manajer yang berusia tiga puluh tahun, duduk di meja belakangnya. Wajahnya yang tegas dan matanya yang tajam menambah ketegangan di ruangan. Kesan profesional dan penuh percaya diri terpancar dari setiap gerakannya. Dia tampak seperti seorang pemimpin yang kuat, bijaksana, dan adil.

Lelaki itu lahir dan dibesarkan di pinggiran Jakarta, adalah pemimpin alami sejak kecil. Setelah meraih gelar dalam administrasi bisnis, dia cepat naik ke posisi manajerial. Dia dikenal karena etos kerjanya yang kuat, dedikasi terhadap timnya, dan keputusan bisnis yang cerdas. Dia adalah pemimpin yang dihormati dan disegani.

"Apa maksudmu, Lucas? Ini bukan waktu yang tepat untuk gangguan."

Lucas menatap Nazeera dengan tatapan penuh dendam. "Ini berkaitan dengan Nazeera. Dia tahu persis apa yang saya bicarakan."

Nazeera menahan napasnya, mencoba untuk tidak menunjukkan rasa takutnya. Dia berharap Pak Darren akan menanggapinya dengan bijaksana. Dalam dunia ini, harapannya setinggi gunung Everest, dan ketegangannya sebanding dengan buah pisang yang bertumpuk.

Lelaki beralis tebal menatap Lucas dengan serius. "Jika ini ada hubungannya dengan urusan pribadi, saya sarankan Anda menyelesaikannya di luar kantor. Ini tempat kerja, dan kami tidak ingin ada gangguan yang tidak perlu di sini."

Lucas menggertakkan giginya, kesal dengan respons Darren. "Oh, saya memastikan ini terkait dengan pekerjaan, Darren. Nazeera adalah bawahannya, bukan?"

Darren, matahari di wajahnya, menatap Nazeera dengan ketegangan. Seperti gunung yang menantang langit, dia menunggu penjelasan dari bawahannya

***

Nazeera menelan ludahnya, mencari kata-kata yang tepat. "Pak Darren, saya tidak tahu apa yang dia bicarakan. Ini benar-benar tidak terkait dengan pekerjaan."

Namun, Lelaki berhidung pesek tidak puas dengan jawaban itu. Dia menunjuk langsung ke arah Nazeera. "Dia memutuskan saya karena saya meminta uang darinya. Dia merasa dia bisa menyingkirkan saya begitu saja."

Darren menatap Nazeera dengan pandangan yang mempertanyakan. "Apakah ini benar, Nazeera?"

Nazeera menggeleng cepat. "Pak Darren, itu tidak benar. Lucas adalah mantan pasangan saya, dan masalah pribadi kami tidak seharusnya menjadi pembicaraan di tempat kerja."

Darren mengangguk, memberi isyarat bahwa dia mengerti situasi ini. "Lucas, saya sarankan Anda untuk menyelesaikan masalah pribadi Anda dengan Nazeera di luar kantor. Saya tidak ingin melihat gangguan semacam ini terulang lagi di sini."

Lucas menggeram, tapi akhirnya mengangguk dengan enggan. "Baiklah, Darren. Saya akan bicara dengan Nazeera di luar kantor."

Nazeera keluar dari kantor Darren dan bernapas lega saat langkahnya melintasi ambang pintu. Di udara terbuka koridor, dia merasa sedikit tenang setelah pertemuan tegang dengan Lucas.

Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]Where stories live. Discover now