Harmoni Dalam Keheningan

52 44 0
                                    

Bab 36: Reaksi Darren Cemburu Nazeera dekat dengan Sahabatnya

Di malam yang berkilauan, Nazeera menikmati kesendirian di rumahnya. Cahaya kota yang redup bermain-main dengan bayangan di dinding, menciptakan lukisan alam yang megah tentang pegunungan. Panggilan "Nathan" di ponselnya membangkitkan senyum hangat di wajahnya.

Nathan Ernesta Geandra, yang sering disapa Nathan, adalah sahabat Nazeera dan juga Ameera sejak sekolah. Selain itu, Nathan dan Ameera pernah menjalani hubungan kekasih, tetapi hubungan itu kandas di tengah jalan karena Nathan ingin mengejar cita-citanya sebagai dokter. Alasan putus mereka lainnya adalah karena Nathan tiba-tiba menyukai Nazeera. Nathan kemudian menemukan dirinya tertarik pada Nazeera, terpesona oleh kecerdasannya, kehangatan, dan caranya bersikap terbuka terhadap hidup.

Momen krusial bagi Nathan adalah ketika mereka berdua berbagi pengalaman pahit ketika orang tua Nathan bercerai. Nazeera memberikan dukungan yang tak tergantikan, dan Nathan mulai melihatnya dalam cahaya yang berbeda - tidak hanya sebagai teman, tetapi sebagai seseorang yang ia cintai secara mendalam. Nathan mengenal Brian dan Darren semenjak dia kecil.

Nazeera: Halo, Nathan! Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak berbicara.

Nathan: Hai, Nazeera! Aku baik-baik saja. Kamu sendiri? Bagaimana keadaanmu?

Nazeera tersenyum lebar, suaranya penuh dengan kehangatan. "Aku juga baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

Nathan merasa senang melihat respons hangat Nazeera. "Aku baik-baik saja, Naz. Oh iya, bagaimana kabar Ameera? Sudah lama aku tidak bertemu dengannya."

Gadis berambut sebahu sedikit ikal mengangguk sambil tersenyum. "Ameera baik-baik saja. Dia sekarang kuliah di Universitas Indonesia jurusan psikologi. Tapi, Nathan, aku tidak kuliah. Aku memilih bekerja di sebuah supermarket di Jakarta."

Nathan mengernyitkan dahi dengan penuh pertimbangan, mencoba memahami situasi Nazeera. "Menarik! Ternyata kamu memilih jalur yang berbeda. Oh ya, apakah kamu kenal Darren? Dia sahabat masa kecilku."Nazeera: Darren? Tentu saja! Dia manajerku di supermarket.

Lelaki berambut hitam comma hair mengangguk mengerti sambil tersenyum, ekspresinya penuh dengan kehangatan dan antusiasme.

Nathan: Bisa random gitu ya ketemu sahabatku, haha. Darren selalu ceria dan ramah sejak dulu, ya?

Nazeera tertawa kecil, suaranya penuh dengan keceriaan. "Iya, Darren memang orang yang sangat menyenangkan. Dia selalu bisa membuat suasana menjadi lebih cerah di mana pun dia berada."

Nathan merespons dengan senyuman hangat. "Aku senang mendengarnya. Darren memang memiliki energi yang positif."

Nazeera mengangguk setuju. "Iya, dia juga sangat baik sebagai atasan. Aku belajar banyak darinya tentang manajemen dan kepemimpinan."

Nathan mengangguk mengerti, ekspresinya tetap ramah. "Itu bagus sekali. Pasti sangat membantu untuk pengembangan karirmu di sana."

Nazeera tersenyum mengangguk. "Ya, aku sangat bersyukur bisa belajar dari Darren."

Nathan tersenyum lembut, merasa hangat dengan suasana percakapan yang menyenangkan ini. "Darren pasti bangga bisa memilikimu sebagai bagian timnya."

Setelah percakapan itu, Nathan bergabung dengan teman-teman lamanya, Darren dan Brian, Diiringi oleh aroma kopi yang menggoda dan canda tawa yang mengalun merdu, mereka menghabiskan malam di kedai kopi kecil di sudut jalan yang sepi.

Di meja kayu tua itu, mereka terlibat dalam obrolan nostalgia. Dalam cahaya lampu yang hangat, Nathan mengungkapkan perasaannya kepada Nazeera, lebih dari sekadar persahabatan, membuat Darren dan Brian terkejut.

Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]Where stories live. Discover now