AGIT

249 22 1
                                    

Bibir Naya terbuka ingin mengatakan sesuatu diurungkan ketika saku celananya bergetar. Ada panggilan masuk.

"KAMU DIMANA HUH!"

Refleks telpon dijauhkan dari telinga Naya.

"Nda.."

"APA! Bunda nyuruh kamu beli gula didepan gang bukan dikota sebelah."

"Iya ini Naya mau pulang."

"Telat! Tamu nya udah pulang kamu yang jangan pulang."

"Bunda—" Belum sempat Naya membela diri telpon sudah dimatikan sepihak.

Tatapan sebal diarahkan pada ponselnya.

Naya menghela napas pelan lalu atensinya beralih pada mereka yang juga sedang menatap nya.

Ia bangkit. "Kalau begitu saya permisi dulu, udah dicari orang rumah."

"Mama!"

"Gak boleh pelgi!"

Si kembar menahan kedua tangan Naya sedangkan Alan menatapnya dengan lekat.

"Tuan tolong ini anaknya."

Masih dengan menatap Naya lekat entah mengapa ia tidak bisa mengalihkan pandanganya, alisnya terangkat. "Mereka bukan anak saya."

Kerutan tidak senang muncul. "Siapapun yang melihatnya pasti mengatakan ini anak anda tuan."

"Anda tidak bercermin?" Nada yang biasa terdengar datar menjadi sedikit julid.

"Dih." Naya berdecih kesal. "Gak liat saya masih SMA, umur baru kemaren 18 tahun. Ya kali udah punya anak segede gaban gini."

Alan terdiam membenarkan ucapan itu. Alis nya terangkat bingung, siapa anak ini?

"Plis deh kalo gak mau punya anak jangan buat dulu." Naya kembali mencibir. "Heran sama manusia."

Menghela napas, Alan kembali menguatkan hati untuk bersabar. Entah mengapa dirinya yang tempramen punya stok kesabaran sebanyak ini ketika berhadapan dengan gadis yang dia sendiri tidak tau siapa.

"Kau tidak mengenal ku?" Ia adalah salah satu orang penting di negara ini, banyak artikel-artikel kosong yang beredaran. Termasuk kisah percintaannya.

Naya memutar mata malas. "Situ sapa? CEO SMtown? Penting banget harus dikenal?"

Oke gadis ini termasuk introvet, suka mengurung diri dikamar, menghalu, dan cuek dengan dunia.

"Tuan? Halo .. jangan pura-pura melamun untuk melarikan diri dari masalah. Udah gede gak bisa tanggung jawab cih."

Sekali lagi Alan hanya menghela napas.

"Jadi?"

"Pake nanya lagi! Bawa pulang ni buntut lu." Naya sudah menurunkan kadar hormat.

"Dia bukan anak saya. Saya belum menikah."

Ekspresi Naya aneh. "Memang ya, selain Park Jisung yang lain pada bajingan. Hobi tebar benih sembarangan," cibirnya yang dibalas pelototan tak terima.

"Hey!"

"Apa lu." Naya melotot menantang.

Entah sudah keberapa Alan menghela napas. Pandanganya turun melihat anak kembar yang asik dunia nya sendiri.

"Rumah kalian dimana?" Mereka mengangkat pandangan.

"Ditinggal."

Naya menyemburkan tawa nya keras. Tidak menyangka jawaban polos itu yang keluar.

The Twin's Adventure Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ