Delapan belas

18 2 0
                                    

VOTE!!
Happy reading...

☁️☁️☁️

Saat hati telah berpaling sepenuhnya kepada dia yang selalu ragu untuk singgah, namun kenapa sebuah kata jaga terulang lagi?

Mezan berulang kali mengecek ponselnya, sampai-sampai teman nya gemas sendiri dengan tingkah laku mezan. Dua minggu sejak kejadian tentang WIFI itu, Nota berkata kalau diri nya ingin fokus dengan ujian nya dulu dan hal itu membuat mezan kesal dan bingung.

Apakah ini yang di nama kan pdkt terhalang ujian? Ah memikirkan saja membuat mezan kesal setengah mati.

“zan udah deh, ujian juga masih ada beberapa hari lagi kali, sabar bro” ucap Gilang yang di angguki Tania yang berada di samping gilang, dua manusia ini memang sangat sulit untuk di pisahkan.

“ujian lama amat siap nya dah, keburu dia lupa gue gimana?” ucap mezan melihat ponselnya dan melemparkannya asal.

“tinggal lo kejar lagi apa susah nya coba?” ucap geo yang kini tangannya penuh dengan gorengan sementara ari yang memegang cabai.

“anjir lo pada ngapa dah” ucap rian.

“tanda-tanda akhir zaman” ucap juna bergidik ngeri.

“lah ngapa anjir, ini biar mudah aja kali gue yang bertugas masukin gorengan sementara ari yang cabainya, lo pikir ini tugas yang mudah kagak woy” ucap geo sedikit jengkel.

“tangan lo pada ada dua, lupa lo?” ucap rian.

“lo makan pakai tangan kiri kah? Ga sopan banget” ucap ari dengan wajah julid nya.

“wah ngapa lo bawak-bawak kesopanan kalau makan kaki lo naik satu?” ucap rian tersulut emosi.

“lo ga tau apa? nikmat nya makan kaki naik satu? Wah ga tau dia nya kasih tau ge kasih tau” ucap ari yang kini ikut emosi.

BRAK!

Mezan memukul meja itu dengan keras membuat mereka yang tadi misu-misu terdiam. Melihat itu mezan menghela nafas nya kasar dan pergi meninggalkan teman-teman nya.

“lo sih” ucap rian saat melihat punggung mezan sudah menjauh.

“lo duluan bego” ucap gilang tak habis pikir dengan teman-teman nya ini yang tidak peka akan situasi yang sedang terjadi.

☁️☁️☁️

Mezan berjalan menuju lapangan indoor lalu mengambil bola voli, tanpa mengganti pakaiannya ia langsung merebahkan dirinya di pinggir lapangan menghadap tembok guna memantulkan kembali bola voli yang ia lempar.

“agrh…” lirih mezan saat bola voli yang ia lempar mengenai wajahnya.

“kak lo ga papa?” mendengar suara itu mezan langsung bangkit dari tempatnya guna mencari keberadaan sumber suara itu.

“tata?”

“lo ngapain main voli sambil rebahan sih kak, suka banget sama yang ga masuk akal” ucap nota dengan memperhatikan wajah mezan takut-takut ada luka.

“termasuk deketin lo yah?” ucap mezan terdengar serius.

“apa sih kak, kok bahas ke situ” ucap nota merasa tak enak.

“bercanda, ga usah sok ga enak gitu dong muka nya, muka gue yang kena bola voli kenapa muka lo yang jelek” ucap mezan menggoda.

“gue memang jelek kali kak” ucap nota dengan nada santai.

“lo ga cantik bukan berarti jelek ta, karena soal wajah bukan tentang kecantikkannya saja ada manis yang selalu di lupakan tetapi orang tak bosan untuk memandangnya, mereka menganggap bahwa yang mereka pandang-pandang tetapi tak membosankan itu kecantikkannya padahal tidak” ucap mezan bak puitis dari negri sebrang dan hal itu tentu membuat jantung nota berdetak dua kali lebih cepat.

“dan lo salah satu nya kak” ucap nota tanpa sadar.

“ta? Hahaha makasih lo, padahal gue mau bilang itu untuk lo” ucap mezan sedikit terkejut, ah itu hanya pengalihannya agar salting yang menjalar ke tubuhnya tak bergejolak lebih dalam lagi.

“ha? Emang gue bilang apa kak?” tanya nota yang sudah gugup setengah mati.

Mezan menahan semua kegemasan ini mati-matian, “lo bilang gue manis?”

“ha? Gu-gue keluar duluan yah kak” ucap nota terbata-bata lalu meninggalkan mezan yang kini sudah me-reog karenanya.

“aaa calon pacal aku ucul banget…” ucap mezan dengan menggulingkan tubuhnya lemas.

☁️☁️☁️

“ta lo abis dari mana sih, astaga kita nyariin lo tau ga” ucap vida sedikit kesal.

“gue? Gue abis..aaa kenapa gue tadi lewat situ sih” ucap nota meruntuhkan tubuhnya di salah satu tiang beton kelasnya itu.

“ha? Lo kenapa ta? Ada yang jahatin lo atau gimana?” tanya anggia.

“tau gitu gue ikut lo ke gudang ta, astaga lo di apain?” tanya tari yang baru saja balik dari toilet.

“kalian di suruh ke gudang? Ngapain?” tanya vida.

“ada barang yang harus di taruh di gudang dan di pertengahan jalan perut gue sakit jadi nota doang deh yang ke gudang, tau lo gini mending gue tahan aja tuh” jelas tari membuat anggia dan vida paham.

“ga, ga.. gue ga papa kok” ucap nota memperbaiki posisinya.

“serius? Tapi kenapa muka lo gitu?” ucap vida melihat muka nota yang merah.

“ha? Muka gue? Ah mungkin gue demam kali yah, ah iya demam-demam” ucap nota terbata-bata.

“masa sih” ucap anggia lalu mengecek suhu tubuh nota.

“lumayan anget sih” ucap anggia membuat tari dan vida ikut mengecek suhu tubuh nota.

“astaga ta lo beneran sakit?” ucap tari setelah menarik tangannya dari kening nota.

“ke UKS aja deh, lagian ujian hari ini udah selesai tinggal nunggu pulang kan?” ucap vida mengecek jam tangan nya di ikuti tari.

“sepuluh menit lagi pulang, lo istirahat aja di UKS” ucap tari setelah mengecek jam, “gia lo anter deh, sekalian lo tungguin, kan lo udah selesai ngerjain remedi sementara kami berdua belum” ucap tari yang di setujui vida.

“oke, lo pada buruan siapin tuh remedi deh biar ga panas kuping gue denger nama-nama kalian di panggil pas selesai ujian” ucap anggia yang kini sudah merangkul nota.

“iya-iya bawel, ta nanti gue sama tari nyusul yah” ucap vida meninggalkan anggia dan nota di ikuti tari.

Melihat kedua temannya menjauh, anggia melihat nota yang masih menyenderkan tubuhnya di tiang itu, “ta lo bisa jalan kan?” tanya anggia memastikan.

“ta?” panggil anggia karena nota tak kunjung bersuara apalagi tatapan nota kosong membuat anggia was-was.

“ta? Lo bisa jalan kan?” tanya anggia lagi dengan suara sedikit ia keraskan.

“ha? Jalan? Bisa-bisa” ucap nota lalu berjalan asal membuat anggia semangkin was-was.

“ta, ta belok kanan ta” teriak anggia menyusul nota yang salah jalan.

☁️☁️☁️

“lo kenapa sih astaga” ucap anggia tak mengerti dengan kondisi temannya ini.

“kak mezan gia, aaa gue malu banget…” ucap nota menutupi dirinya dengan selimut yang di sediakan di UKS.

“ha? Lo apain kak mezan emangnya?” tanya anggia penasaran.

“setelah gue inget-inget ternyata secara ga langsung gue muji dia manis giaa… aaa malu banget, tapi memang dia manis kan yah? Kenapa gue malu sama kenyataan bahwa dia manis coba? Tapi, tapi gue malu giaa…” ucap nota dengan berbagai mood nya.

“kenapa harus malu sih?” timbrung seseorang membuat jantung nota berhenti berdetak.

“kak-“

“jangan kek gitu ta, lo buat gue hampir diabetes”

☁️☁️☁️

Mereka Mezan dan NotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang