3

2.5K 349 288
                                    

happy reading

⏳️⌛️⏳️

Matahari sudah mulai kembali ke tempat persembunyiannya kala Hazel putuskan untuk langkahkan kakinya keluar dari area kampus yang mulai sepi.

Tangannya terangkat untuk memijit pelipisnya perlahan guna hilangkan rasa pening yang melandanya setelah ia kembali dari tempat administrasi untuk meminta keringanan waktu atas pembayaran biaya kuliahnya dan ia harus menelan kepahitan sebab permintaannya ditolak.

"Gue pusing banget, Tuhan," keluhnya sambil tetap langkahkan kakinya.

Ia harus mencari pekerjaan tambahan, mulai bulan depan ia harus mulai mencicil hutang ibunya untuk kembali dapati rumahnya. Belum lagi uang sewa rumahnya sekarang, biaya kehidupan sehari-hari, serta biaya kuliah.

"Fuck," umpatnya kala dirinya terkena cipratan genangan air dari mobil berwarna ungu yang baru saja lewat.

Hazel tundukkan kepalanya, tangannya bergerak untuk mengusap bagian-bagian pakaiannya yang terkena cipratan. Decakan kesal tak terhenti keluar hingga akhirnya ia dengar suara milik pembawa kendaraan itu.

"Eh sorry, sorry banget, gue ga expect kalau bakal ada genangan disitu," ucap Sion sambil keluarkan sebuah sapu tangannya dari dalam tas yang ia sandang.

"Lo kalau bawa mobil yang bener dong! Lagian ini masih di area kampus, ngapain sih lo ngebut begitu?" protes Hazel yang merasa kesal.

Mungkin efek kurang tidur atau karena problematika yang menimpanya terlalu banyak membuat diri Hazel merasa lebih sensitif. Biasanya ia akan merasa baik-baik saja ketika hal sepele seperti ini menimpanya.

"Maaf ya, maaf banget. Huhu, gue tadi buru-buru jadi rada ngebut. Gue beliin baju baru deh ya sebagai gantinya, lo mau kan?" ucap pria itu penuh sesal.

"Gausah."

Hazel mengutuk dirinya yang kini terlalu berlebihan sebab kini intonasi ucapannya terdengar sangat menyebalkan. Dengan cepat ia dongakkan kepalanya, tatap siapa pelaku yang telah buat bajunya kotor.

"Oh my god."

Sion terkesiap, mulutnya menganga lebar yang dengan segera ditutup oleh tangan dengan si empunya. Hazel mendelik, menatap tajam pemilik mata rubah itu.

"Kenapa lo?" ketus Hazel yang dibalas oleh gelengan kepala.

"Eh maaf, gue kaget aja liat mata lo. Is it real? atau lo pake contact lens?" tanya Sion penasaran sebab ini baru pertama kalinya ia melihat seseorang bermata biru.

"Asli, bukan contact lens. Lain kali lo bawa mobil yang bener."

Sion tersadar dari kekagumannya terhadap manik pria dihadapannya lalu anggukkan kepalanya cepat.

"Iya, maaf ya sekali lagi. Gue ga enak nih jadinya, lo pake hoodie gue yang di mobil aja gimana? Sekalian gue anterin lo deh," Sion mencoba untuk bernegosiasi sebab ia merasa sangat bersalah melihat pakaian kotor Hazel.

"Please, jangan bikin gue makin merasa bersalah ya," bujuk Sion sambil membulatkan matanya.

Hazel menghela nafas pelan lalu anggukkan kepalanya yang membuat Sion bersorak kecil senang. Pria itu lalu menarik tangan Hazel dan membawanya untuk masuki Tesla nya.

Hazel menahan kagum didalam hatinya kala telah menduduki dirinya di mobil kepemilikan Sion. Interiornya yang indah serta kursi yang empuk buat Hazel jadi paham kenapa orang-orang yang mempunyai uang yang lebih ingin memiliki mobil ini.

Powerless | SungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang