With---21: Mama Bucin

45 15 122
                                    

Akhirnya, seminggu sudah berlalu. Pagi ini adalah hari di mana Angel mengikuti olimpiade ke SMAN Darma Raya. Seperti biasa setelah Angel memakai kedua sepatunya, dia segera beranjak ke ruang makan untuk sarapan. Namun, baru saja dia ingin menggendong tasnya, sang mama datang ke dalam kamar dengan membawa paper bag. Melihat hal itu Angel duduk kembali.

“Itu apa, Ma? Tumben,” tanya Angel.

“Buatmu dan Brama,” jawab Wanti, lantas duduk berayun di samping Angel.

“Apaan? Bukan buat suap Angel ‘kan? Biar nggak mendiamkan Mama? Sebenarnya Angel hanya butuh waktu sendiri. Ngapain coba, ngadu ke Brama?” gerutu Angel.

Mendengar hal tersebut Wanti tertawa lalu beliau menggeleng. “Mama tahu,” jawab Wanti.

“Lalu?” tanya Angel.

“Biar dekat saja dengan Brama. Ini hoodie biru buat Brama, yang warna merahnya buat kamu,” jawab Wanti.

Setelah berkata demikian, Angel membuka paper bag itu lalu mengambil kedua hoodie tersebut. Saat memandangnya, Angel tertawa karena kedua benda itu modelnya sama dan yang membedakan hanya warna saja.

“Ini ceritanya Mama bikin aku sama Brama kembaran gitu?” tanya Angel menggelengkan kepala, sesekali tertawa karena keheranan.

“Iya. Karena kalian berdua itu menggemaskan,” sahut Wanti.

Sahutan sang mama membuat Angel menepuk jidat. Dia tak habis pikir, mamanya sebegitunya terharap Brama, padahal dia yang jatuh cinta. Angel pun tidak kepikiran malah, akan hal tersebut.

“Oke. Terus Angel disuruh ngapain?” tanya Angel.

Helaan napas adalah respons dari pertanyaan sang anak, kemudian beliau mencubit gemas pipi kanan Angel. Baru ketika sang empunya pipi mengaduh, dia melepaskannya.

“Ya, dikasih Brama, dong, yang biru,” ucap Wanti.

Melihat reaksi sang mama, Angel hanya cengar-cengir dia memang sengaja menggoda Wanti. 

“Iya, iya. Angel kasih,” ujar Angel.

Jawaban Angel membuat Wanti memeluk anaknya gemas, “Terima kasih. Anak Mama.”

Angel pun lalu melepas pelukannya. “Sama-sama, Ma. Ma, maafin Angel, ya?” pinta Angel.

“Minta maaf untuk?” tanya Wanti.

“Mendiamkan Mama. Angel telat ngomong sama Mama kalau lagi sakit,” jawab Angel.

Mendengar hal itu Wanti tersenyum lalu mengusap rambut Angel lembut. “Tak apa, Sayang. Kamu sudah dewasa tidak sepenuhnya juga Mama tahu soal kamu. Kamu berhak punya rahasia yang penting tidak merugikan dirimu sendiri,” ucap Wanti.

“Terima kasih, Ma.”

“Untuk Papa biarkan saja, Nak. Yang penting kita bertiga. Oh, ya, ada yang Mama bisa bantu sebelum sarapan?” tanya Wanti.

“Tidak, Ma,” sanggah Angel.

“Ya, sudah. Gih! Sarapan terus berangkat bareng Papa,” ajak Wanti. Akhirnya, mereka keluar kamar bersama menuju ruang makan.

*****

Lima belas menit telah usai. Angel pun telah memberikan hoodie itu kepada Brama di sekolah. Kini, dia sudah berada di SMAN Drama Raya, tepatnya dalam ruang kelas sebelum menuju ruang olimpiade. Angel memanfaatkan waktu sebelum acara dimulai. Dia membaca buku sosiologi untuk semakin memperdalam materi. Posisi duduk Angel berayun menghadap ke samping. Namun, tiba-tiba ada yang mengambil bukunya dan meletakkan di atas meja.

Ketika Waktu BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang