Chapter 23.

1.7K 125 1
                                    

Sinar matahari mulai memasuki kamar menembus tirai tipis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sinar matahari mulai memasuki kamar menembus tirai tipis. Mengusik mata yang sedang terpejam, membuat lelaki dominan berkulit putih itu terbangun.

Ia ingin menggeliat, tapi sesaat kemudian ia sadar bahwa ada seorang lelaki manis yang sedang tidur memeluk dirinya.

Kun tersenyum kecil.

Perlahan ia mengelus pipi keponakannya yang tadi malam ia berikan kenikmatan duniawi.

"Apakah aku boleh mencintaimu?" monolognya.

Pandangannya terlempar pada jam dinding. Sudah pukul 7 pagi, ia harus segera beres-beres dan ke kantor.

Terpaksa ia melepaskan pelukan Yangyang secara perlahan, agar si manis tidak terbangun.

"eungg..."

Yangyang menggeliat. Sepertinya tidurnya terganggu.

Ah, ternyata tidak. Dia lanjut tidur lagi.

Kun menghela nafas lega, ia segera pergi ke kamar mandi dan bersiap-siap.

Menyadari sang dominan tidak lagi ada di sampingnya, si manis membuka mata. Mengadarkan pandangannya.

"Paman?"

Yangyang duduk, mengucek matanya. Ia ingin turun, tapi sesaat kemudian ia sadar bahwa tubuhnya telanjang.

Mendadak wajahnya memerah, mengingat aktifitas yang ia dan pamannya lakukan tadi malam. Terasa begitu nikmat, ia menyukainya.

Kun juga bilang bahwa dirinya juga mencintai Yangyang.

Cinta Yangyang tidak bertepuk sebelah tangan, hebat!

Tapi, si manis memegang perutnya lalu tersadar

Ia segera memakai hotpants nya yang tercecer di lantai, lalu memeriksa tas hingga kopernya.

Hingga Kun selesai mandi, dan keluar dari kamar mandi. Melihat Yangyang grasak grusuk, Kun pun heran.

"Mencari apa, sayang?"

Si manis menghentikan aktifitasnya dan menatap Kun.

"Paman, aku lupa obatku" ucapnya dengan wajah panik.

"Obat dari rumah sakit? Semua di kantong obatmu"

"Bukan, paman"

"Lalu?"

"Obat anti hamil"

Kun tersentak. Ia lalu ingat bahwa tadi malam ia keluar di dalam Yangyang. Lelaki manis itu pasti takut.

Kun perlahan berjalan mendekat, dengan tangan dinginnya yang baru selesai mandi, ia memegang bahu Yangyang.

"Kau tidak perlu meminum obat itu, Yangie"

"Tapi, paman—"

"percaya padaku. Tidak perlu lagi"

Kun mendaratkan ciuman di bibir pink Yangyang. Setelah kejadian tadi malam, percayalah, Kun akan jadi lebih berani dan lancang lagi.

(✔) RUMAH [Kunyang] | ENDWhere stories live. Discover now