Chapter LIII : Sebuah Kebahagian

59 7 0
                                    

"Bahagia itu adanya di dalam diri kamu sendiri, mau berlian ratusan karat pun ada di hadapanmu, kalau kamu tidak menciptakannya di dalam dirimu, berlian itu tidak akan memiliki harga apa-apa."

"Inget! Bahagia itu diciptakan bukan ditunggu."

🥀

15 April 2024

Seperti yang direncanakan, hari ini Adya sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah, dia sekarang tengah memasang wig yang modelnya persis seperti rambutnya dulu.

Air matanya luruh melihat tampilannya di pantulan cermin yang di berikan oleh suster, tapi dia langsung mengusap kasar pipinya yang basah. Semangat, Adya! Lo pasti bisa bertahan! Batinnya menyemangati dirinya sendiri.

Dia lantas menatap handphonenya yang tidak terdapat satu pun notifikasi.

Keningnya berkerut bingung. "Xavier kemana?" Monolognya menatap pintu kamar inapnya penuh harap.

Ceklek

Pintu terbuka, menampakkan Leon dan seorang suster perempuan. "Gak ada yang jemput?" Tanyanya sambil melepaskan infus yang ada di tangan Adya.

Dengusan dari Adya terdengar. "Gak tau, lupa kali," dengusnya.

Padahal hari ini mereka berjanji ingin pergi ke pantai, tapi kenapa tidak ada satupun orang yang menjemputnya.

Leon terkekeh. "Gue sebenarnya pengen sih nganter lo, tapi lo tau sendiri—"

"Hm," dehemnya memotong penjelasan Leon yang menurutnya tidak penting, bilang saja langsung kalau Leon tidak bisa mengantarkanya.

Melihat wajah kesal adik sepupunya, Leon hanya bisa tersenyum tipis, dia mengusap kepala Adya yang sudah di lapisi rambut palsu. "Muka lo jelek kalau gitu," ledek Leon.

Raut wajah Adya seketika semakin mendatar, dia menatap tajam Leon. "Berisik, lo pada gak guna. Gue pulang dulu," pamitnya dengan gerutuan yang menemani.

Untung mobil Adya masih di sini, jadi dia bisa pulang tanpa harus menunggu siapapun.

Baru saja menutup pintu mobil, sebuah telpon grup sudah masuk memenuhi layar.

"Adya, udah pulang?" Tanya orang di sebrang sana membuat Adya rasanya ingin melempar hp di tangannya dengan kencang.

Dia berdehem menjawab Xavier. "Sorry ya, Ad. Kita lagi sibuk, ada masalah. Jadi . . ."

"Jadi?"

"Em . . ."

"Janjinya di cancel dulu, minggu depan ajalah." Sahut Avan sebelum Kenan melanjutkan ucapannya.

"Gue sama Ryan, Arion juga ada urusan hari ini, Ad. Maaf, ya?" Timpal Viola.

Sekarang Adya benar-benar kesal!

"Seenaknya lo pada ubah janjinya? Ya udah, gak usah sekalian." Amuk Adya langsung memutuskan sambungan panggilan dengan wajah memerah marah.

Adya segera melajukan mobilnya meninggalkan kawasan RS Kasih Bunda, sekarang Adya hanya ingin pulang saja, dia kesal.

Selama seminggu ini Adya tidak pulang, Alex tidak mencarinya. Alex memang tidak peduli, dan juga dia di bantu Brisia, Nino dan Ririn untuk menutupi tentang penyakitnya.

Toh Alex tidak pernah peduli dengan Adya, dia jelas masih ingat dulu ketika dia baru saja keluar dari rumah sakit karena drop akibat tumor otak, Alex dengan teganya mencaci makinya padahal ketika itu usia masih 9 tahun.

Who is she? [TAMAT]Where stories live. Discover now