13. Cinta dan Kekuatan

863 158 61
                                    

"Aery!" Danu memanggilku dari luar kelas. Aku menoleh ke arahnya.

"Ngapain lagi sih dia ke sini?" tanya Gerald, menatap tajam ke arah Danu. Seperti biasa, dia duduk di sampingku.

Danu berjalan masuk menuju mejaku, kemudian menarik kursi dan duduk berhadapan denganku. Ini masih pagi sekali, tidak seperti biasanya, Danu sudah tiba di sekolah. Padahal hampir setiap hari dia datang selalu berdekatan dengan jam masuk.

Aku menggenggam tangan Gerald, dia menoleh ke arahku, aku menggeleng, "sabar, jangan ribut di sini," kataku menenangkan.

Gerald menarik napas panjang, "oke," katanya kepadaku dan kemudian kembali menatap tajam Danu, "lo punya waktu 15 menit untuk berbicara," tambahnya.

"Ry, aku mau minta maaf sama kamu dan Gerald. Sekarang aku ikhlas kalo kamu lebih nyaman dengan Gerald, aku harap kamu nggak membenciku," ucap Danu dengan serius.

"Yakin ikhlas nih?" Gerald bertanya dengan nada sinis.

Aku mencubit lengan Gerald, dan berbisik, "jangan nyari masalah deh!"

Gerald tampak tidak senang tapi dia berusaha untuk tidak lagi berbicara.

"Iya kak, aku udah maafin kakak kok," ucapku kepada Danu sambil sedikit mengangguk.

"Aku harap persahabatan kita nggak terputus ya, Ry."

"Nggak ada sejarahnya, cowok yang pernah naksir sahabatnya, mereka tetap bisa bersahabat tanpa ada perasaan lebih dari salah satunya!" seru Gerald tampak kesal.

"Gerald!" ucapku, memberi isyarat supaya dia tidak lagi berbicara dengan ketus.

"Ya udah deh Ry, aku mau balik lagi ke kelas," pamit Danu sambil berdiri dan berbalik badan lalu berjalan meninggalkan kelas.

Aku menatap tajam Gerald, "puas lo? Udah bicara ketus sama orang yang berniat baik?"

"Gue nggak percaya sama niat baiknya," Gerald menggelengkan kepala.

"Jangan keterlaluan deh, Gerald!" seruku tak tahan, Gerald terus menerus menaruh curiga kepada Danu, "lo harus bisa bersikap dewasa mulai sekarang!"

"Jadi lo menganggap gue kayak anak kecil, gitu?"

"Iya!" kataku singkat.

Gerald terdiam dan menarik kursinya ke belakang, sekarang dia duduk di belakangku.

***
Walaupun Gerald dalam kondisi marah, tapi dia tidak beranjak pergi dari tempat duduknya bahkan sampai jam istirahat usai.

Saat jam pelajaran dimulai, aku ijin ke toilet. Aku berjalan seorang diri, sedikit mempercepat langkahku setelah keluar dari toilet karena merasa ada seseorang yang sedang mengikutiku dari belakang. Dan tiba-tiba, ada yang menarikku ke ruang aula. Di aula sangat sepi, orang itu membungkam mulutku dengan tangannya dan aku dapat melihat dengan jelas saat dia melepaskan tangannya dari mulutku. Dan itu...

"Renald!" seruku kaget, aku mulai merinding sekarang melihat tatapannya yang penuh dengan amarah, "mau ngapain lo bawa gue ke sini?" tanyaku.

"Menurut lo gue mau berbuat apa?" Renald menunjukan sepasang tali dan senyumannya sangat menakutkan.

"Minggir, gue mau balik!" aku berusaha melepaskan diri dari Renald, tapi dengan kuat pula tangan Renald menarikku ke pojok aula, tenagaku tidak sekuat Renald. Kini dia mulai mengikat tanganku. Ruang aula sangat besar, kalaupun aku berteriak, tidak akan terdengar dari luar.

"Renald, lo gila!" seruku masih berusaha melepaskan diri.

"Gue emang gila Ry, gue gila gara-gara cowok lo! Lo udah buat kesalahan besar dekat dengan Gerald!" Renald membentakku, matanya melotot.

True Love of an Introvert [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt