PART 03 | 🦋

352 10 1
                                    

Xander Hospital Center.

Justin terduduk diam sendiri dalam mobil yang terparkir rapih di parkiran khusus rumah sakit Xander. Menyilangkan kaki dan menatap lurus jauh kedepan. Tak berselang lama Fabio datang menghampirinya dan memberikan setumpuk berkas kepada Justin. Terlihat identitas seorang wanita yang tertera dalam berkas-berkas yang diberikan Fabio tersebut.

"Alona Wilson." Gumam Justin pelan.

"Terlihat cantik dan manis." Saut Fabio dan dibalas dengan tatapan tajam oleh Justin.

"Dia baru lulus satu tahun lalu?" Justin menaikan sebelah alisnya lalu menoleh pada Fabio.

"Sepertinya." Kata Fabio. "Dia seumur denganmu, bahkan tanggal dan tahun lahirnya pun sama." Fabio memberitahu.

Justin mengangguk dan terus membaca dengan teliti. Baginya tanggal dan tahun lahir yang sama hanya kebetulan semata dan bukan informasi penting untuknya. "Beri saja dia uang tutup mulut, aku yakin dia tak cukup kompeten." Kata Justin lalu menutup berkas tersebut.

Diam dan tak membantah ucapan Justin, Fabio segera keluar mobil dan mengambil sekoper uang dari dalam bagasi, kemudian membawanya masuk ke dalam bangunan mewah nan megah tersebut.

"Sial. Ini rumah sakit atau mall." Umpat Fabio karena tak kunjung menemukan ruangan yang akan ia tuju. "Hei, dimana ruangan Alona Wilson." Tanyanya pada staff rumah sakit.

"Tuan Fabio." Sapa sopan pada Fabio.

Fabio mengangkat tangan menghentikan ucapan sang staff. "Dimana ruangan Alona Wilson." Tanyanya ulang.

"Mari saya antar, tuan." Kata sang staff.

Fabio berjalan beriringan dengan seorang staff. Berjalan jauh kedepan. Jauh didepan sana terletak sebuah ruangan yang cukup luas bernuansa putih. Tertera nama Alona Wilson dan gelarnya diatas pintu dengan dilapisi sebuah papan akrilik.

"Disebelah sini, Sir Fabio."

"Terima kasih." Ucap Fabio.

Tanpa mengetuk, Fabio membuka pintu dan melihat Alona yang tampak sibuk dengan setumpuk berkas-berkas pasien dimeja. Alona tak sadar akan kehadiran Fabio. Ia berdeham cukup kuat dan membuat Alona menoleh kearahnya dan segera memberhentikan aktivitasnya.

"Selamat pagi, tuan Justin." Alona memaksakan senyumnya. "Kau telat dua jam dipertemuan pertama ini." Alona melihat jam tangannya.

"Fabio Xander."

"Pardon?" Alona mengeryitkan dahi tanda tak mengerti ucapan Fabio.

"Aku Fabio Xander." Ulang Fabio. "Dan ini uang untukmu."

Alona semakin tak mengerti kemana arah pembicaraan ini, dia berusaha mencerna dengan baik namun dia tetap tak mengerti. "Maaf tuan, pasien ku bernama Justin bukan Fabio, jadi silahkan keluar dan buat daftar pasien baru." Kata Alona sambil mengarahkan Fabio keluar dengan matanya

"Berapa yang kau butuhkan? 100 ribu dolar cukup?" Tanya Fabio.

"Aku tak tahu apa masalahmu, tapi kurasa kau sedikit tidak sopan, tuan." Alona menatap Fabio dengan tatapan kesal yang kentara namun tetap berusaha sopan.

"Justin tak bisa hadir hari ini." Fabio membuka koper dan memperlihatkannya pada Alona. "Dia memberikan uang ini sebagai uang tutup mulut, kau hanya perlu berbohong tentang jadwalnya."

"Dengar." Alona menjeda ucapannya dan mengunci pandangannya pada Fabio. "Kau tak perlu memberikan uang pada ku karena ini sudah menjadi pekerjaan ku. Jadi silakan ambil ini dan aku akan tetap mengatur ulang jadwal kunjungan tuan Justin." Tegasnya.

FORBIDDEN DESIRE [SELESAI] ✔️Where stories live. Discover now