PART 15 | 🦋

571 12 0
                                    

Justin menaruh kedua tangannya di atas kepala Alona, menyatukan helai rambut dan menjambak pelan, memaksa wanita itu memperdalam hisapan pada kejantanannya. Kuluman Alona yang begitu amatiran justru membuat Justin semakin terbuai dalam permainan bibir wanita itu.

"Mmhhh, Al ...." Desah Justin dengan mata terpejam.

Alona terus memaju-mundurkan kepalanya, mengikuti gerakan yang diarahkan oleh Justin, sesekali menghisap kencang pada pangkal kejantanan yang kemerahan itu.

"Hisap. Hisap yang dalam, Al. Eunghhh."

"Pegal." Gumam Alona tak jelas, Justin yang mendengar langsung tertawa ditengah desahannya.

"Sabar ya, sebentar lagi." Ucapnya sambil mengelus rambut Alona dengan lembut.

Alona semakin memasukan kejantanan Justin hingga ia tersedak. Saat Alona ingin menjauhkan kepalanya untuk melepaskan kuluman, pria itu justru menahan kepala Alona dan mengerakan pinggulnya lebih cepat. Dan tak lama pria itu menembakan seluruh benihnya kedalam bibir Alona.

Alona berlari kedalam kamar mandi, diikuti dengan Justin yang membawa segelas air mineral untuknya.

"Muntahkan." Kata Justin sambil memberikan air dan memijat tengkuk Alona.

Alona menerima gelas lalu dikumurnya kemudian dimuntahkannya lagi.

"Enak?" Kata Justin cengengesan.

Alona menggeleng. "Yuck, tak enak. Amis."

Justin merapihkan rambut Alona yang sedikit berantakan. Pria itu terus tersenyum saat melihat wajah Alona yang terlihat seperti menahan mual. Ia dekap Alona dengan erat kemudian memberikan kecupan dalam di dahi wanita itu.

"Hei! Kau belum pakai baju. Nanti burung mu bangun lagi, aku juga yang disalahkan."

Pria itu terkekeh kemudian menggenggam tangan Alona keluar dari kamar mandi. Ia lepas sejenak genggamannya untuk memakai bokser kemudian kembali menarik tangan Alona untuk berbaring bersama di ranjang.

"Tak merajuk lagi, hm?"

Justin menggeleng. "Terima kasih."

"Dasar cabul! Tadi saja merajuk." Alona memutar matanya.

"Tapi aku belum puas, aku ingin susu ku sekarang."

Alona melotot tajam.

"Berikan aku susu atau tidak aku merajuk."

"Gila."

"Susu. Aku mau menyusu." Justin menyeruak masuk kedalam ceruk leher Alona.

Alona mendengus kesal. "Setidaknya berikan aku makan dulu. Aku lapar."

"Lapar? Tadikan sudah minum susu kental amis." Justin menyeringai. "Mau tambah?"

Tatapan Alona menajam. "Hah, Pria gila."

Justin meledakan tawanya. "Baiklah. Mau apa nona?"

"Aku mau fettucine."

"Tunggu sebentar." Kata Justin sambil mengambil ponselnya diatas nakas.

Alona menggeleng dan menahan tangan Justin. "Masak saja."

"Ada bahan nya?"

Alona mengangguk. "Kau yang masak? Apa bisa?" Tanya Alona ragu.

"Kau meremehkan ku? Kalau masakan ku enak aku minta jatah susu ku, bagaimana?"

"Hah, mimpi saja terus."

"Aku janji kau tak akan lelah. Aku yang bekerja kali ini."

"Tidak. Terima kasih."

"Benar tak ingin?"

"Justin aku lapar, cepat buatkan." Rengeknya.

"Baiklah, baik. Tunggu sebentar." Kata Justin, pria itu segera turun dari ranjang dan keluar dari kamar.

Sedangkan Alona kembali bergelung dibawah selimut. Ia memejamkan mata sambil tersenyum geli kala mengingat kembali perbuatannya tadi. Entah dapat keberanian darimana sehingga ia mau melakukan hal gila semacam tadi.

"Hah, sebentar lagi aku akan gila." Kata Alona sambil menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Tak berapa lama Justin datang dengan dua mangkuk fettucine. Ia duduk dipinggir ranjang, samping Alona.

"Al, bangun." Kata Justin pelan.

Alona mengeluarkan kepalanya dari selimut. "Sudah selesai?"

"Makanlah."

Alona mengangguk dan menerima fettucine. Wangi dan sangat menggiurkan. Alona melipat tangannya untuk berdoa.

"Tak berdoa?" Tanya Alona saat melihat Justin langsung makan.

Justin menggeleng.

"Makanan mu tak menjadi berkat nanti. Cepat." Alona menarik tangan Justin, melipatnya. "Tutup mata mu." Wanita itu membimbing Justin untuk berdoa.

"Amin." Kata Alona. "Aminnn." Ucap Alona lebih keras karena Justin belum juga membuka matanya.

"Hei! Kenapa terus menutup mata."

Justin terkekeh. "Aku tak tau."

"Dasar atheis."

Keduanya kembali diam dan fokus dengan makanan masing-masing, hingga terdengar dering ponsel Justin. Pria itu berdiri dan meletakan makanannya diatas nakas lalu mengambil ponselnya.

Fabio ternyata.

Justin keluar kamar dan menerima panggilan diluar. Namun, tak berapa lama pria itu selesai dan kembali ke dalam kamar dengan tergesa-gesa.

"Kenapa?"

"Ada rapat mendadak." Kata Justin. "Selesai rapat aku datang." Pria mengecup dahi Alona dalam.

Alona mengangguk lesu.

Justin yang melihat wajah lesu Alona langsung terduduk. "Apa ku batalkan saja?"

Alona menggeleng. "Jangan, cepat berangkat."

"Tak masalah, fabio bisa menggantikannya." Justin mengusap lembut rambut Alona.

"Tidak, tidak. Aku tak apa ditinggal, pergilah nanti telat."

"Yasudah. Aku janji akan datang secepatnya. Jangan pergi kemanapun sebelum aku sampai, mengerti?"

"Ya. Hati-hati."

Justin mengecup bibir Alona, melumatnya sebentar lalu melepaskannya dengan berat hati.

~○°🦋🦋🦋°○~

TO BE CONTINUE

Jangan lupa vote dan commentnya ya, karena setiap support yang kalian beri sangat berharga 💛

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FORBIDDEN DESIRE [SELESAI] ✔️Where stories live. Discover now