Jam 11 malam.
Renner belum berkabar juga. Sabila sudah mengiriminya pesan berkali-kali hari ini, tapi belum ada yang dibalas. Ketidaktahuan ini membuatnya gila.
Sabila memejamkan mata, berusaha tidur, tapi dirinya tak kunjung tenang.
Jam 12.30 pagi, akhirnya HPnya bergetar. Sebuah pesan dari Renner.
Renner Polisi
Sori baru ngabarin. Sibuk maksimal. Ini masih kerja dari kantor kok, belum ke lapangan. Mungkin baru besok. Kamu baik-baik, ya.Tak menunggu lama, Sabila langsung membalasnya. Meski Sabila tahu, yang dimaksud "lapangan" belum tentu misi yang mengharuskan Renner menggunakan senjata, tapi karena ia sama sekali tidak tahu mengenai misinya, otomatis kekhawatirannya mendalam.
Dokter Sabila RS Medika
Oke. Besok telfon kalo bisa, sebelum ke lapangan. Jam berapapun. Aku shift pagi.Balasan Renner juga tak kalah cepat, meskipun singkat.
Renner Polisi
Nggak janji, tapi diusahakan. Sabila, tidur, udah malem.⏳⏳⏳
Selama seharian, tim Renner memang kalang kabut mencari informasi tentang Tama. Mereka harus mencari jejak orang yang paling pintar menghilangkan jejak. Paul dan Danil langsung ditugaskan untuk mencari info lewat intel-intel lapangan. Iqbal harus menganalisa semua data yang berkaitan dengan Phyton dan orang-orang terdekat Tama selama menyamar. Syarla diberi tugas mencari clue dari hasil sadapan Falcon kemarin, serta memeriksa CCTV di sekitar kantor Falcon dan Phyton. Sementara Renner harus memeriksa semua informasi misi penyamaran Tama dari Pak Dennis, dalam sebuah disk keras yang menyimpan data 2 tahun terakhir.
Kepala Renner mau meledak rasanya. Di jam 5 sore, sit-rep yang ia berikan ke Pak Dewa baru sekedar estimasi keberadaan Phyton dan Tama. Karena memang Tama sudah tidak muncul di radar sejak dua hari lalu. Kabar terakhir, mereka sedang membereskan urusan dengan para pelanggan sejak Candy Pop hilang dari pasaran. Ini terjadi di area pusat Jakarta. Tentu Pak Dewa tak puas dengan informasi ini, begitu pun Renner. Mereka terus mencari.
Di jam 12 malam, hanya ada informasi baru dari data-data laporan Tama. Mengenai bisnis-bisnis yang dipegang Tama dan bukti-bukti yang ia kumpulkan selama ini. Alat sadap Syarla yang dipasang di Falcon sudah non-aktif sejak dua hari lalu. Tak banyak yang mereka bisa selidiki.
Sekarang jam 5 pagi, Paul dan Danil akhirnya kembali ke Bintang. Mereka membawa informasi baru dari lapangan. Gudang dan kantor Falcon sudah non-aktif, ini wajar karena memang mereka sedang dicari polisi. Kabarnya mereka membuat kantor baru di dekat pelabuhan, sebuah perusahaan logistik yang menangani pengiriman bahan pokok antar pulau. Tapi menurut informasi, bisnis ini legal.
"Kayaknya kita break dulu deh, 15 menit. Gua udah stuck banget sama info-info ini." sahut Renner. Ia kemudian mengkode Danil dan Paul untuk merokok bersama di balkon.
"Lo nggak apa-apa, Ren?" tanya Danil sambil membakar rokoknya.
"Selain mau gila karena misi ini?" jawab Renner, setengah tertawa, setengah sarkas.
"Ya enggak. Gua nggak kebayang aja jadi lo. Si Tama nakut-nakutin Sabila, eh bos gua minta gua nyelametin dia." balas Danil.
"Sabila nggak takut tau, Nil. Yang gua liat, Renner lebih khawatir daripada Sabilanya sendiri." timpal Paul yang disertai anggukan Danil.
Renner menghembuskan asap rokoknya, "Iya, untung Sabila santai ngadepinnya. Tapi itu karena dia nggak tau Tama bisa ngapain aja. Gimana gua nggak khawatir soal Tama? Dia bisa ngilang dari radar kita. Cuma gue jadi tambah semangat sih mau nyari si bangsat Tama ini. Pengen banget gua tanya maksud lo apa sih??"
YOU ARE READING
Two Worlds Colliding [Terbit]
ActionRenner dan Sabila, dua orang dengan profesi berbeda yang menguras tenaga- seorang AKP dan dokter emergensi, bertemu dalam sebuah keadaan yang membuat mereka jatuh cinta...atau tidak? 🍣