Renner Angkasa
Lah? Udah tugas lagi? Bukannya surat dari Sabila masih minggu depan?Pratama Samudera
Ya elah. Kayak nggak tau gue aja. Perkara ngambil surat dari RS Medika doang.Renner Angkasa
Yaudah ati-ati, bro. Kabarin kalo butuh bantuan.Pratama Samudera
Thanks. Titip makasih buat Sabila.Renner hanya menggelengkan kepalanya. Sam tidak butuh Sabila untuk mengirimkan hasil tes kesehatannya, dia pasti dengan mudah nge-hack sistem RS Medika dan mengambilnya sendiri. Sam memang tidak bisa diprediksi. Padahal dia sendiri yang bilang kapok, tapi sekarang sudah kembali lagi ke dunia itu. Mungkin karena pekerjaan undercover memberinya sedikit kehidupan. Renner cuma berharap teman barunya itu keluar hidup-hidup dari misi apapun yang dia ambil.
⏳⏳⏳
Hari-hari berikutnya, Renner dan Sabila beradaptasi terhadap status baru mereka. Memang tidak banyak yang berubah, karena pun sebelum berpacaran mereka cukup sering bertemu ketika mereka tidak ada jadwal. Seperti saat ini, di mana Renner menjemput Sabila untuk sarapan.
"Akhirnya sarapan bareng lagi." ucap Renner sambil mengemudi.
"Iya, ya, waktu itu kan kamu dipanggil tengah-tengah makan." sahut Sabila.
Renner menoleh, "Kamu nggak ngambek kan...?"
Sabila tertawa, "Ya enggaklah. Dikira anak SD."
"Ooh. Ya kirain." balas Renner. "Kalo gitu, aku mau ijin pergi lagi."
"Hari ini?" tanya Sabila.
"Enggak, mulai besok. Sama Bareskrim, ke Lombok. Ada kasus sengketa lahan." jelasnya.
Sabila mengangguk-angguk, setengah terdistraksi melihat gerobak bubur yang kian dekat.
"Ih. Nggak peduli ya, aku mau pergi? Tukang bubur lebih menarik?" tanya Renner.
Sabila menghela napas, "Tenyata kamu yang kayak anak SD. Aku abis shift 12 jam, laper banget pengen makan. Dan aku peduli banget lah, tapi emang kamu minta ijin beneran? Kalo aku nggak ijinin, kamu nggak pergi?"
"Hehe, ya nggak gitu. Namanya kerjaan." jawab Renner. "Yaudah ayok makan bubur dua mangkok." Lalu ia memarkirkan mobilnya, membuka seatbelt Sabila, dan turun dari mobil.
Dari parkiran mobil menuju meja, Renner menggenggam tangan Sabila, yang kemudian diprotes oleh sang gadis, "Apaan sih, Ren. Kayak anak SMA aja pegangan. Orang cuma lima langkah kesana."
"Tadi SD, sekarang SMA. Jadi kapan sih lulusnya?" dengus Renner. Sabila tergelak, ia kemudian memukul Renner pelan, "Ada-ada aja sih. Lagian masih pagi."
"Oh. Jadi kalo malem, boleh...?" tanya Renner lagi. Kali ini Sabila menyentil mulutnya sembari duduk, "Kalo ini, mulut anak nggak berpendidikan." ujarnya. Renner yang gantian tertawa, ia baru menyadari bahwa Sabila tidak suka physical affection, tapi lebih suka physical attack.
⏳⏳⏳
Beberapa minggu setelahnya, Tim Shadow berkumpul di Bintang dari pagi hari. Renner bilang kalau Pak Dewa lagi-lagi akan memberikan briefing langsung hari ini.
"Kok jadi sering banget ya beliau briefing langsung? Perasaan gua gaenak." ucap Paul.
"Antara dia makin percaya sama kita, atau kita makin disposable.*" ujar Danil.
"Heh- jangan ngomong gitu, kalo kita disposable, Pak Dewa udah bubarin kita dari dulu." sahut Renner.
Akhirnya Pak Dewa datang. Tanpa basa-basi, beliau memulai briefing-nya. Pak Dewa duduk di ruang rapat dengan suasana yang serius. Di hadapannya, layar proyektor memperlihatkan gambar seorang perempuan muda yang baru saja ditunjuk menjadi saksi kunci dalam kasus perakitan bom oleh kejaksaan.
YOU ARE READING
Two Worlds Colliding [Terbit]
ActionRenner dan Sabila, dua orang dengan profesi berbeda yang menguras tenaga- seorang AKP dan dokter emergensi, bertemu dalam sebuah keadaan yang membuat mereka jatuh cinta...atau tidak? 🍣