Serendipity

913 82 6
                                    






Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






















"Maaf phi,..."

"Tapi aku sudah lelah menunggu, aku sudah tidak muda lagi."

"Sampai disini saja ya? Kita sudahi semuanya dengan baik-baik."

"Kita berakhir bukan karena aku memiliki hati yang lain, tapi karena kita sudah tidak bisa diperjuangkan lagi. Aku lelah menunggu."

"Iya aku akan menikah, maaf aku tidak bisa mengungmu. Terlalu sakit melihatmu di hari bahagiaku."

Zee membuka matanya, kepalanya berdenyut pusing, perkataan Mai, mantan pacarnya di akhir hubungan mereka terus berputar didalam otaknya.

Zee... tidak lagi memiliki perasaan apapun pada wanita itu. Lagi pula, walaupun hubungannya dengan Mai sudah berjalan selama bertahun-tahun, tapi bagaimana wanita itu meninggalkannya di posisi terendahnya dalam hidup terasa sangat berat di hati Zee.

Zee tidak dendam, dia mengerti kenapa dia bukan calon ideal yang patut dipertahankan. Saat itu dia tinggal di apartemen studio kumuh dan tidak mampu bertahan di satu pekerjaan dalam waktu yang lama.

Zee, bukan pacar yang ideal secara finansial. Tapi waktu itu, dia berfikir, setidaknya 7 tahun yang dia habiskan bersama Mai akan memiliki arti untuk mantan pacarnya itu, nyatanya tidak...
Zee, dengan mudah dilepaskan.

Dan Zee tidak memiliki alasan untuk mempertahankan lagi.

Zee melirik tiket pesawat yang baru dibelinya kemarin secara impulsif.

Dan tanpa basa basi langsung mempersiapkan dirinya untuk jadwal penerbangan yang hanya tinggal beberapa jam lagi itu.

Satu tangannya sibuk merogoh sakunya untuk mencari ponselnya, satu lagi sibuk menuangkan kopi kedalam mesin pembuat kopinya.

Beberapa bulan yang lalu, Zee tidak akan bisa menikmati kopi panas sambil melihat matahari terbit seperti saat ini, tenggelam dalam kemiskinan. Tapi beberapa minggu setelah Mai memutuskannya, surprisingly, Zee mendapatkan tawaran untuk menjadi fotografer eksklusif sebuah majalah ternama, dan komisi pertama yang didapatkannya membuat Zee mampu pindah ke apartemen yang lebih baik, dengan pemandangan yang tidak sekumuh sebelumnya, sisa uangnya juga bisa Zee belikan untuk beberapa keperluan yang sebelumnya tidak bisa terpenuhi saat dirinya terpuruk dalam kemiskinan.

Beberapa bulan kemudian, Zee tidak lagi perlu khawatir tentang keuangannya. Zee tidak kaya, tapi setidaknya Zee memiliki jadwal kerja yang fleksibel yang tidak membebaninya, dan Zee tidak perlu khawatir jika besok atau minggu depan dia masih bisa makan atau tidak.

Nada dering bergema sesaat di apartemen kosongnya sebelum suara yang terlewat ceria mengangkat telponnya. "Ya bos?"

"Kosongkan jadwal ku seminggu kedepan, aku akan berangkat ke koh samet pagi ini."
"Sure. Mencari inspirasi lainnya?"

ZeeNunew Oneshoot CollectionWhere stories live. Discover now