๑ 23.⁶ ๑

317 40 15
                                    

Debam pintu membuat Sasuke menengok ke kiri, menemukan abangnya tampak segar dalam balutan setelan tenis berwarna biru. "Abang mau ke mana?" katanya secara refleks, menyisakan desis di ujung lidahnya akibat sadar pertanyaannya terkesan basa-basi. Padahal dia sendiri pun tahu tujuan saudara laki-lakinya itu.

"Harusnya Abang yang tanya, Sas. Kamu rapi-rapi buat apa? Ada rencana keluar? Bukannya tadi hampir seharian hangout bareng Naruto. Masa iya jam sembilan begini mau pergi lagi? Mending kamu di rumah lah, mama juga enggak bakal kasih izin." Itachi menaikkan ranselnya ke pundak, memperlihatkan kerut pada dahinya berikut tatapan menginterogasi.

"Aku ikut ya, Bang?"

"Abang mau ke kampus, Sas. Enggak bisa singgah ke sana sini untuk antar kamu. Jangan sampai mama di kamar dengar, deh! Bisa kena omel kamu. Dikasih tahu kok bebal, tidur sana!"

"Siapa juga yang mau pergi? Maksudku ikut Abang ke kampus. Ini latihan terakhir 'kan? Aku kepingin menonton."

Itachi hela napasnya perlahan-lahan, tidak mengubah kernyit yang tadi memenuhi wajahnya. "Belum cukup kencan tadi siang? Dulu kamu hina-hina dia, mengamuk enggak jelas. Papa mama dimusuhi, kamu tuduh membela Naruto. Sekarang malah agresif—enggak bisa apa Sas ditunda cari perhatiannya? Besok 'kan kamu bebas datang ke pertandingan, jadi cheerleader Naruto sekalian. Dia tidak bakal keberatan, kok."

"Besok beda cerita. Pokoknya aku ikut, titik! Ma, aku pergi sama abang, YA?! Mau kasih semangat ke tim abang, Ma!"

"Latihan tenis di kampus, 'kan?!" Sahutan Mikoto praktis menarik senyum lebar di bibir Sasuke. "Pulangnya jangan sendirian, Sas! Pergi bareng abang, pulangnya juga begitu." Serta merta wanita baya ini keluar dari ruangannya yang memang hanya berjarak lima meter, di seberang kamar Sasuke.

Alhasil, Itachi terpaksa mengerang pasrah di situ. Dia mengayun langkah sedikit terburu-buru, menuruni anak tangga. "Kalau lama Abang tinggal, Sas!" serunya usai tiba di ujung anak tangga.

"Kamu mau ketemu Naruto 'kan?!" Baru selangkah Sasuke berjalan, ibunya sudah menodong dia. "Mama sarankan kamu cepat-cepat resmikan hubungan. Setelah pertandingan besok, gadis-gadis penggemar Naruto pasti bertambah banyak."

"Mama apaan, sih?! Enggak asyik ah, omongannya."

"Mama cuma bicara fakta, loh! Telat sedikit saja, bisa keduluan kamu."

"Sudah, ah! Aku enggak mau dengar lagi. Pergi, ya Ma!" Berujung, Sasuke dengan lantang menghentikan perkataan ibunya, daripada ocehan tersebut hanya akan merusak suasana hatinya yang saat ini sedang bagus.

-----

Uzumaki Naruto terus mengangkat raketnya tanpa lelah, membalas pukulan demi pukulan yang diberikan lawan mainnya pada latihan kali ini. Nyatanya, Karin ada di sana untuk mengisi posisi tersebut. Absennya Sakura Haruno dari sesi latihan sejak beberapa waktu lalu, tak ayal mengakibatkan persiapan taktik yang sudah mereka bangun dan sepakati pupus di tengah jalan. Gadis itu benar-benar tidak pernah terlihat di lapangan.

Tribune dipenuhi para mahasiswa pendukung tim Uzumaki. Deretan lebih ramai dibandingkan hari-hari sebelumnya, mengingat malam ini merupakan kesempatan peserta untuk mengerahkan segala upayanya di arena latihan.

"Sas, kamu paling belakang saja. Jangan sampai terjadi insiden ditimpuk bola untuk yang ke tiga kalinya," celetuk Itachi sebelum meninggalkan Sasuke di tribune bersama mahasiswa lainnya.

"Itu Karin 'kan?"

"Dia menggantikan Sakura." Itachi agak berteriak menjawab pertanyaan adiknya itu sambil dia melirik singkat dari balik punggungnya.

HOT GARAGEWhere stories live. Discover now