47. Romantisasi

124K 8.7K 2.3K
                                    

Mari melestarikan vote dan komen di setiap bab cerita ini sebagai bentuk apresiasi kalian pada penulis.

Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya.

Hal yang paling menyesakkan setelah kejadian bertemu dengan pedofil di TMPK itu adalah bayang-bayang wajahnya melekat di otak Lahya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hal yang paling menyesakkan setelah kejadian bertemu dengan pedofil di TMPK itu adalah bayang-bayang wajahnya melekat di otak Lahya. Menganggungnya sepanjang hari, menghambat aktifitasnya yang seharusnya produktif, jadi tidak produktif.

Meski itu hanya bayang-bayang atau bahkan dianggap sepele oleh orang, tapi itu menyakitkan bagi Lahya. Harus bersosialisasi dengan teman-temannya, tapi otaknya kemana-kemana. Kemana-mana disini maksudnya berputar dipikiran yang menyakitkan itu. Lelah? Tentu saja.

Saat mencoba melawan, justru panic attack Lahya yang datang menyerang. Seperti sekarang, ia harus mendekam di salah satu bilik toilet untuk menenangkan dirinya. Tangannya gemetar, dadanya sesak, bibirnya pucat, rasanya mual, kepalanya pusing, jantungnya berdebar cepat, dan takut yang berlebihan memenuhi dadanya.

Sudah sekian kalinya ia selalu izin ke toilet saat panic attacknya kambuh saat di sekolah. Sudah hampir 15 menit ia menangis di dalam toilet. Ia selalu ingin berteriak saat panic attacknya kambuh. Rasanya tidak enak dan sakit.

Dalam hatinya tidak berhenti beristigfar dan berdoa memohon agar panic attacknya segera berhenti. Ia ingin kembali ke kelas untuk belajar. Sekarang sudah persiapan untuk ujian. Sisa dua minggu lagi Lahya ujian nasional. Ia tidak ingin nilai kelulusannya nanti rendah. Lahya ingin berkuliah di kampus impiannya, jadi butuh nilai tinggi untuk bisa masuk ke sana.

Lahya menyandarkan tubuhnya yang mulai tenang. Detak jantungnya juga kembali normal, meski kepalanya masih pusing dan sedikit mual. Ia menarik nafas berulang kali sebelum keluar bilik toilet.

Lahya menatap layar ponselnya. Ia membaca pesan whatsapp dari suaminya yang belum ia balas seharian ini. Bukan Lahya tidak ingin membalasnya. Pegang ponsel untuk buka whatsapp saja baru ia lakukan, setelah seharian sibuk di perpustakaan sebelum lanjut kelas sore

Saat panic attacknya kambuh ia selalu ingin menghubungi Alif, tapi tidak pernah ia lakukan. Ia tidak ingin Alif tidak fokus saat bertugas. Ia juga sudah banyak merepotkan Alif. Ia sadar, bukan hanya dirinya yang selalu ingin diperhatikan dan dimanja. Alif pun sama, makanya Lahya harus bisa mengimbanginya.

"Kamu ditoilet ngapain, Ya? Lama banget sumpah," celetuk Titin saat Lahya masuk kelas kembali.

"Mules aku," jawab Lahya bohong.

"Sering banget mules, gak pernah periksa ke dokter? Heran aku, kamu masa mulesnya tiap hari."

Lahya mengedikkan bahunya tidak tahu. "Tuh, Miss Pretty perhatiin. Jangan sampai kena omelannya," ucap Lahya memperingati.

Saat Titin akan berbalik menghadap depan lagi, tapi malah memekik kaget. "Lahya kamu mimisan!"

Semua siswa dalam kelas menoleh ke arah Lahya. Lahya yang memang merasakan ada cairan hangat keluar hari hidung langsung mengecek dengan jari tangannya. Benar, Lahya mimisan.

ALIFWhere stories live. Discover now