⭐Bab 25⭐

43 7 0
                                    

Satu minggu berselang, udara cukup dingin di ibu kota

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Satu minggu berselang, udara cukup dingin di ibu kota. Sesekali angin berhembus menyadarkan semua orang jika musim dingin sebentar lagi tiba.

Aroma musim gugur pun perlahan memudar menyisakan daun-daun maple berguguran di jalanan. Berbagai macam kisah tentang kehidupan di bumi tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Bagi para pejuang, mereka berupaya sekuat tenaga guna menggapai kebaikan. Tidak ada yang salah dengan masa lalu, kadang kala keberadaannya memberikan pembelajaran berharga, walaupun terkadang menyisakan luka, tetapi terdapat hal baik di dalamnya.

Sama seperti yang dirasakan Hinata. Ia bisa mendapatkan hidayah dan merubah diri menjadi lebih baik, dari kekecewaan diterima.

Meskipun istiqamah itu tidak mudah, tetapi setiap saat Hinata berusaha untuk terus dan terus memperbaiki diri.

Tujuh hari ini ia juga sering mengunjungi rumah sakit tempat Naruto dirawat. Ia memberikan semangat baginya untuk bisa sembuh lebih cepat.

Dengan keberadaan wanita itu, tentu saja Naruto bahagia bukan main. Ia jadi lebih giat melakukan terapi guna menstabilkan lagi kakinya.

Berita tentang kecelakaan itu pun membuat geger orang-orang terdekat, termasuk Neji. Ia yang dulu sangat menentang hubungan sang adik bersama Naruto langsung terbang ke Negara Ginseng guna menjenguknya sekaligus mendapatkan penjelasan Hinata.

Ia melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri bagaimana kondisi pria yang pernah menyakiti sang adik.

Sangat disayangkan, Naruto mengalami kecelakaan cukup parah. Neji yang menyaksikan secara langsung seketika luluh dan merasa kasihan.

Ia pun memposting foto Naruto di akun media sosialnya dan mendapatkan berbagai macam komentar juga.

Hari ini langit dipenuhi awan kelabu, udara semakin dingin menusuk kulit. Beberapa orang hilir mudik di trotoar menuju tempat kerja.

Sejak sepuluh menit lalu, Hinata duduk di dekat jendela menyaksikan pemandangan sekitar. Tatapan matanya tertuju pada langit kelam pagi ini.

Neji yang masih ada di sana pun memasuki kamar adik pertamanya lalu menyodorkan segelas susu hangat.

"Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu memikirkan si baka kuning itu?" tanyanya to the point, lalu meneguk susu miliknya singkat.

"Apa yang Nii-san katakan? Aku hanya-"

"Jujur saja, Hinata. Kamu masih... ada rasakan padanya? Bohong kalau kamu mengatakan tidak," sambar Neji dan mendudukan diri di samping Hinata.

"Bertahun-tahun aku membesarkanmu dan Hanabi. Tanpa adanya orang tua, kita hidup saling mengandalkan satu sama lain. Jadi, aku tahu kebiasaanmu, Hinata."

"Bahkan, aku merasa seperti membesarkan seorang anak daripada adik. Namun... di sisi lain aku juga tidak merasakan pernah membesarkan kalian. Karena... kamu anak yang sangat mandiri dan baik hati, Hinata."

Dibalik PENGKHIANATANWhere stories live. Discover now