PROLOG

129 17 2
                                    

Aroma anyir dari darah yang keluar melalui tumpukan mayat begitu menusuk indera penciuman.
Para penyihir yang telah kehilangan kekuatannya, tak dapat melawan pejuang yang bergabung demi meredakan amukan sang dewi.

Malam itu sekelompok orang berlari dengan cepat, menggenggam pedang panjang dan obor yang dapat melahap apapun disekitarnya hingga hangus.
"Bunuh semuanya tanpa tersisa!"

Seorang lelaki bertubuh besar menghampiri dengan ekspresi panik diwajahnya.
sebuah kapak besar yang diletakkan dibahunya, membuat darah yang melekat dikapak itu bercucuran disepanjang langkahnya.
"Elias telah melarikan diri!" Serunya.

"Kau bodoh?. Membereskan satu orang saja bahkan kau tidak mampu!"
Tatapan kejam dari seorang Pria membuat para pengikutnya bergidik ngeri.

"Dia menggunakan Sihirnya?".

"Benar tuan, jemarinya mengeluarkan sinar bewarna putih, sehingga aku menutup mataku yang menjadi silau, seketika itu tepat dihadapanku muncul sebuah jalan buntu".
Jelas lelaki itu dengan gemetaran, sangat tidak cocok dengan tampangnya yang bengis serta tubuh bagai raksasa.

"Bukankah para penyihir kehilangan kekuatannya?".
Ucap seorang prajurit perang yang sedang berada dalam posisi jongkok, ia tampak bersantai.

"Sudah berapa kali ku bilang untuk memotong tangannya?".
Timpal Pria itu lagi, ekspresi wajahnya masih tampak kejam.

"Maaf tuan, kami tidak bisa melawan kekuatan sihir Elias". Lirihnya sembari menundukkan pandangannya.

"Mungkinkah dia telah berhasil?".

Sosok yang melihat para pengikutnya tidak terluka itu merupakan bukti, bahwa penyihir terakhir yang mereka buru tidak berniat melawan. Namun kebencian para bangsawan terhadap para penyihir sebegitu dalam, karena otoritas kerajaan menurun semenjak Elias yang merupakan pemimpin menara sihir melakukan eksperimen untuk menjadi abadi, yang membuat sang dewi murka hingga menyebabkan bencana kekeringan dimana-mana.
Rakyat yang menderita melakukan pemberontakkan terhadap Raja, sehingga mereka bersatu untuk memusnahkan para penyihir.

"Hidup sang dewi hujan!".
Orasi besar-besaran di sepanjang jalan, membuat rakyat yang hidup dalam keputusasaan, kini mendapat satu titik harapan.

"Kita menang!".
Suara teriakan yang seakan membawa kehidupan baru, disambut dengan suka cita diseluruh penjuru negeri.

Seratus tahun setelah pembantaian para penyihir, kerajaan yang mendapat kutukan itu kini kembali menjadi tentram, pesta panen yang bahkan telah dilupakan, kini di selenggarakan tiap tahun.

Elias sang penyihir abadi tak pernah keluar dari hutan pinus yang menjadi tempat persembunyiannya, suatu ketika tanpa sengaja seorang lelaki paruh baya melihatnya dengan penampilan kuno.

Sehingga membuat para penduduk sekitar hutan itu percaya, hutan pinus yang tak jauh dari pemukiman mereka memiliki penunggu yang biasa disebut hantu.
Karenanya, tidak ada satupun yang berani menginjakkan kakinya disana.


____________________________________

Hallo semua, bagaimana kabar kalian?
Semoga baik-baik saja ya 😊

Menyambut Ramadhan ada cerita baru lho.

Yuk dibaca, karena gak kalah seru dari cerita sebelumnya 😁

Dan cerita ini akan aku unggah di Wattpad Sampai Tamat 🤗

Jangan lupa di follow akunku pecintasenjamu untuk mendapatkan notif terbaru, dan sebagai apresiasi selalu vote dan komentar di setiap Babnya ya 😊

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jangan lupa di follow akunku pecintasenjamu untuk mendapatkan notif terbaru, dan sebagai apresiasi selalu vote dan komentar di setiap Babnya ya 😊

Dan Untuk cerita Duke, Kita Lihat  Saja Nanti!
akan aku up dalam waktu dekat, ditunggu ya 😉

Elias (HIATUS)Where stories live. Discover now