-: ✧ :- 02 ・.

58 11 1
                                    

"Eva, balik ngampus, kita jadi ke pasar, kan?" tanya Levy.

Eva mengalihkan pandangannya, "Hah? Ke pasar ngapain?" tanyanya, pura-pura lupa.

"Eh?! Masa lupa, sih?! Kita kan mau beli alat-alat buat praktikum nanti! [Name] aja yang pikun inget! Masa kamu lupa?" Levy mencak-mencak(?).

[Name] yang sedaritadi menyimak sambil menyeruput es teh nya protes sebal seketika, "Kenapa namaku dibawa-bawa sih?" sambil memasang raut cemberut.

Eva menepuk-nepuk punggung [Name] bermaksud menenangkannya, "Iya, iya becanda. Aku inget, kok."

"Habisnya, kata pasar ngingetin aku ke ibu-ibu yang nyebelin itu." lanjut Eva sambil bertopang dagu.

"Trauma mendalam, ya..." batin Levy dan [Name] sweat drop.

"Emang yang perlu dibeli apa aja?" tanya [Name], kembali menyeruput es teh kesukaannya.

"Aku tau, tapi semua di catatan ku. Levy tau gak?" Eva menjawab [Name] lalu bertanya pada Levy.

"Hmm... Kita harus beli sepatu putih bahan karet, dua serbet, beberapa pipet tetes (beli di toko kimia), batang pengaduk, sudip (bisa dibikin sendiri pakai plastik rontgen), kotak plastik bergagang buat nyimpen alat-alatnya, dan lain-lain." jelas Levy.

"Banyak sih, ya..." respon Eva.

"Iya. Banyak." setuju [Name] sambil mengangguk kecil.

"Belum lagi yang dibeli barengan sekelas, kayak handscoon dan masker..." Levy menambahkan.

"Uwaw. Say goodbye to money aja lah ini mah." [Name] tersenyum masam.

"... Bye, money." ucap Eva, setengah datar.

"Aku boleh ikut ke pasar juga nggak?" Radith tiba-tiba muncul di belakang Levy dan [Name].

"HUWAAA RADITH!!" kaget Eva dan Levy yang kaget dan refleks bergeser menjauh. Bahkan Eva pun menarik [Name] yang nampak kehilangan nyawanya untuk ikut bergeser.

Sedangkan Radith yang telah membuat kaget hanya menangis lesu karena tidak diajak belanja oleh teman-temannya.

"[Name], gapapa?" tanya Eva, karena tadi [Name] hampir terjungkal kalau saja Eva tidak langsung memeganginya dan menariknya bergeser.

"Gapapa, cuma sedikit jantungan." jawab [Name] yang tersenyum paksa.

"Orang ini apa ngga bisa muncul secara normal?" batin Levy yang masih kaget sekaligus speechless.

"Kenapa nggak bareng sama anak cowo aja?" tanya Eva pada Radith yang beranjak duduk diantara [Name] dan Levy.

Radith pun menceritakan kalau dia sudah ditinggal belanja oleh ketiga teman biru nya itu.

"Tapi selain mereka bertiga, masih ada satu cowo lagi kan, di kelas kita." kata Eva.

"Oh iya. Putra ya, kalo gak salah." tambah [Name].

"Iya, si Putra." Eva membenarkan.

"Masalahnya aku belum akrab dengan dia, Va. Kalo tiba-tiba ngajak jalan, rasanya canggung." ucap Radith.

"Wew, cowo juga mikir gitu, ya... Ku kira lebih supel."

Radith hanya tertawa canggung menanggapinya.

"Lagian, ambisius sepertinya... Eh- maksudku yang terkesan rajin sepertinya, pasti sudah belanja mendahului si trio." ucap Levy.

Radith merasa ada harapan seketika,

"Nah! Betul itu! Makanya aku ikut kalian aja ya! Oh! Oh! Anggap aja aku sebagai bodyguard kalian!! Terus, kan aku juga bisa bantu jagain [Name] biar nggak tiba-tiba ilang!"

GLASS (We Are Pharmacist x Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang