SAID

4 0 0
                                    

Hujan turun begitu deras, mengguyur jalanan, suara atap genteng yang jatuh saling beriringan
"Huuh untung saja sudah sampai" lirihnya

Sampai di depan pintu rumah ayaa tidak mendapatkan ayah dan ibunya didalam, sudah dipastikan mereka berdua belum pulang kerja, selalu saja seperti ituu.

Mempunyai kantor dan fasilitas yang sudah menjadi langganan bagi kaum investor atau menggunakan jasanya sebagai desaign bangunan dan interior rumah, gedung, mal dll. Sungguh pasti sudah sangat terkenal dikalangannya Johni Widiantoro ia dikenal sebagai desaigner bangunan yang sangat teliti dan telaten dalam pengerjaan. Orang yang menyewa jasanya pasti akan sangat diuntungkan karna sebanding dengan yang diinginkan.

Ta kalah hebat juga selain johni yang pandai dalam menggambar atau mendesaign bangunan, ia juga mempunyai istri yang juga pandai dalam kesenian menggambar dan mendesaign pakaian. Eistal Widiantoro ia merupakan pemilik butik DAISY yang terletak dipusatnya Bandung bahkan ia juga sudah memiliki beberapa cabang butik yang ia namai DAISYALL. Bukan tanpa alasan jika ia sering dipanggil untuk merancang gaun pernikahan dll, karna hasil rancangannya sudah dipastikan akan terlihat indah bahkan elegan yang tidak bosan jika dipandang terus.

Namun dengan kesibukannya mereka akan lupa dengan keluarga kecilnya, seakan dibutakan oleh pekerjaan dan senioritasnya yang naik daun tiap harinya.

Tak heran jika orangtuanya selalu disibukkan dengan pekerjaanya baik ayahnya yang sibuk dengan urusan kantor dan juga ibunya yang sekarang sibuk karena usaha butiknya dan cabang-cabang lainnya.

Serasa canggung dengan keadaan ia hanya mencekram kuat gagang pintu dan sesekali menahan emosinya. Ia butuh rumah tapi bukan rumah yang seperti ini, ia cape jika terus memendam semua kerinduan ini sendiri.
Sudah berapa tahun ia kehilangan kehangatan dan rasa rindunya terhadap kedua orangtuanya dan adik-adiknya, namun sekarang apa sekarang sudah 3bulan lebih ia kembali tapi malah seperti masuk kedalam lorong yang gelap dan dingin. Ia belum menemukan kehangatan itu semua .

"Yah bu kalian ngga mau buat kehangatan dirumah ini" tanyanya dengan menatap sekeliling ruangan

"Rumah ini terlalu dingin untuk dilihat bahkan ditinggali" lanjutnya

"Ngeluangin waktu sebentar emang ga bisa yaa atau pekerjaan kalian lebih penting dari kitaa" tanyanya lagi

"Cuman kaya gini kalian ga bisa wujud in.. susah buat kalian untuk ninggalin pekerjaan kalian" lagi diiringi suara bergetar
Setegar apapun ia bangun pada akhirnya ia akan jatuh juga karna yang ia impikan semua itu benar hanya mimpi dan mungkin tidak akan terwujud.

.

.

Ia juga belum melihat kedua adiiknya 'dimana mereka?' pikirnya ta mau ambil pusing lagi, ia pun langsung mengechek kedalam barang kali mereka didalam.

Keadaan dalam rumah sangat sepi ia juga tidak menemukan kedua adiknya, saat akan mengechek kamar adik bungsunya, ia mengurungkan niatnya karna penampilannya yang acak-acakan takut nanti adiknya khawatir atau malah memberikan rentetan pertanyaan. Maka dari itu ia memutuskan untuk berjalan ke kamarnya untuk membersihkan diri setelah rapi ia akan mengechek adik-adiknya. Selesai mandi ia langsung keluar dari kamar namun sebelum itu ia sempatkan kedapur untuk memasak mie instan untuk dimakan.

"Akhirnya selesai jugaa.." ucapnya yang sudah siap menyantap mie rebus yang panas ituu
Tidak ada pembantu rumah, sengaja memang eistal akan memasak saat sarapan pagi saja, sesekali makan malam bersama dirumah jika pulang lebih awal.

Adzan magrib berkumandang ia langsung ambil air wudhu dan melaksanakan shalatnya setelah selesai ia langsung kembali ke kamar saat akan kembali ia berhenti di kamar adik terakhirnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TRAUMA Where stories live. Discover now