With---34: Sangat Detail

12 5 30
                                    

Sementara itu, Rayyan sedang menunggu Saras mengambil handphone-nya yang ketinggalan di dalam rumah. Dia berdiri di depan mobilnya tepat di halaman dengan sesekali mengecek jam tangannya.

Beberapa menit kemudian, Saras datang dia pun tersenyum kepada Rayyan. Mendapati hal itu, Rayyan membalasnya tertawa sembari mengacak rambutnya gemas.

“Sudah nggak ada yang tertinggal lagi?” tanya Rayyan tersenyum seraya merapikan rambut Saras yang sedikit berantakan karena ulahnya.

“Sudah. Ayo!” ajak Saras tersenyum.

“Oke. Maaf, ya, hanya aku ajak ke taman kota,” jawab Rayyan.

“Tak apa. Toh, taman kota juga bagus. Apalagi malam ini cuaca cerah dan banyak bintang. Pasti romantis asal sama kamu.”  

Mendengarnya, Rayyan terkekeh. “Ada-ada saja kamu. Yok! Masuk mobil sendiri. Nggak aku bukain, ya. Aku bukan cowok-cowok di drama Korea.”

Saras hanya mengiakan lalu tertawa, kemudian dia pun menuju mobil dan masuk, begitu pula Rayyan. Setelah sudah memakai sabuk pengaman, Rayyan menyetir mobil melaju meninggalkan rumah Saras.

Sesampainya di taman kota, Rayyan memarkirkan mobil, lantas mereka pun keluar dan langsung menuju kursi panjang. Kursi itu tepat menghadap langit yang berwarna hitam dengan banyak taburan bintang ditemani sang purnama yang menawan.

Saras telah asyik menikmati pemandangan tersebut. Dia sesekali tertawa kecil. Angin malam pun juga menggerakan rambut Saras secara perlahan. Rayyan yang duduk di sampingnya tersenyum melihat sosok cewek yang kini sedang bersamanya.

“Cantik,” gumam Rayyan, dia masih memandangi wajah Saras.

Saras langsung menoleh ke Rayyan ketika dia mendengarnya lalu senyuman itu terbit begitu saja.

“Terima kasih. Cantik, dong, aku ‘kan cewek,” sanggah Saras lalu dia mengadah memandang langit lagi.

“Iya, cewek memang semuanya cantik. Namun, kamu yang paling cantik, Ras,” ucap Rayyan.

“Masa? Kamu juga,” balas Saras.

“Juga apa?”

“Juga cantik,” ucap Saras lalu tertawa.

Tawanya Saras menular ke Rayyan, dia pun menggelengkan kepala heran. “Ada-ada saja tingkahnya.”

Saras masih tertawa dengan ekspresi Rayyan yang terheran-heran kepadanya. Setelah tawa mereka reda, Rayyan memandang Saras lagi.

“Kenapa, Ray?” tanya Saras yang langsung peka dengan pandangan Rayyan.

Pertanyaan itu hanya dibalas gelengan kepala oleh Rayyan. Dia pun menghembuskan napas. Gerak-gerik Rayyan membuat Saras yakin sang adiklah yang membuat dia resah.

“Ada apa dengan Angel?” tanya Saras.

“Kamu tahu?”

“Aku paham sifatmu, Ray. Ada apa? Mau tidur di bangkuanku sambil cerita? Bisa saja menjadi obat keresahanmu.” Saras pun menepuk-nepuk pangkuannya seraya tersenyum.

Rayyan tersenyum lalu dia merebahkan badannya dan meletakkan kepala itu di atas pangkuan Saras. Setelah Rayyan nyaman, tangan kanan Saras berinisiatif mengelus rambutnya dengan lembut.

“Nah, sudah nyaman ‘kan?” tanya Saras.

“Sudah. Asal ada kamu semuanya terasa nyaman, Ras.”

Tawa Saras terdengar kembali. Pasalnya, Rayyan memang benar-benar tidak pantas menggombal.

“Nggak usah sok menggombal. Receh,” ledek Saras, kemudian mencubit hidung Rayyan gemas. Mendapat cubitan tersebut, sang empunya hidung pun memberontak dan tertawa lalu Saras melepaskannya juga.

Ketika Waktu BersamamuNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ