CHAPTER 25. Terjebak overthingking

40 0 0
                                    

Malam sudah mulai semakin larut, Bulan yang masih rebahan di tenda beranjak keluar. Perutnya tiba-tiba berbunyi, berseru meminta sebuah mie kuah yang dicampur irisan cabai serta telor ceplok setengah matang.

Tak banyak anak-anak camping yang masih terjaga, sebagian sudah memasuki tenda untuk beristirahat. Hanya tenda milik kelompok Bulan yang masih kosong dari tenda anak perempuan lainnya.

Teman-temannya masih sibuk nongkrong di depan api unggun sambil bersenandung ria dengan diiringi suara petikan gitar yang dimainkan oleh Alfiyan.

"Mau kemana lo lan?"  tanya Agnes ketika melihat Bulan yang melenggang pergi dari tenda.

"Masak mie, laper. Lo pada mau? biar sekalian gue bikinin"

"Mau dongg!!!"  saut Alfiyan. Semuanya serempak ikut mengiyakan.

"Oke"  Bulan pergi menuju area dapur.

Hanya dengan menggunakan perabot seadanya, Bulan masih bisa memasak makanannya dengan sempurna. Walau hanya sekedar mie instan, tapi dengan berbagai toping lainnya yang instan serasa tak lagi sederhana.

Selang beberapa menit, Bulan kembali dan ikut duduk diantara kerumunan para teman-temannya. Mereka tak henti memuji masakan Bulan yang benar-benar enak. Gadis cantik yang pandai memasak, pria mana yang akan menyia-nyiakannya.

Bintang, cowok itu datang ke tempat perkemahan mereka tengah malam seperti ini. Dengan berpakaian yang masih mengenakan seragam kantor, Bintang langsung meluncur ke Bogor tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu. Sengaja hadir untuk memastikan keadaan Bulan, gadis itu menganga mendapatkan sosok Bintang yang melenggang mendekat kearahnya.

"Ngapain?"  tanya Bulan sedikit ketus.

Dalam hati, Bulan sebenarnya merasa sangat senang. Raut wajah tampan yang selalu ia rindukan kini akhirnya muncul dihadapannya.

Marah dan rasa kesalnya kemarin, hari ini sirna ditelan kerinduan yang mendalam. Dan kata orang, obat rindunya itu adalah pertemuan.

Sempat diselimuti rasa overthingking yang berlebih, Bulan kembali menepiskan keraguan yang sempat merasuki dirinya. Kini perasaannya kepada Bintang kembali yakin akan effortnya yang saat ini sengaja datang setelah selesai bekerja hanya untuk bertemu dengannya.

"Udah dong marahnya, nanti cantiknya ilang"   sedikit terpengaruh akan kalimatnya itu, Bulan akhirnya tersenyum kecil yang ternyata hal itu diperhatikan  oleh Bintang.

"Nah gitu dong senyum, kan makin cantik. Aku mau peluk boleh? walaupun cape pulang kerja langsung otw Bogor. Tapi demi melepas rindu sama kamu nyebrangin lautan juga aku sanggup kok" 

"Kesambet apaan sih ni anak, tiba-tiba manis banget omongannya"   batin Bulan setelah melihat sikap manja laki-lakinya itu.

"Ekhheeemmm. Dunia serasa milik berdua, yang lain cuma ngekos"   celoteh Alfiyan membuat Bintang menyadari kehadiran para curutnya itu.

"Ganggu aja Lo!"  sewot Bintang seraya menjitak kepala rekannya.

Rasanya sudah lumayan lama setelah Bintang disibukkan dengan urusan kantornya, jarak hubungan dengan para sahabatnya pun ikut melonggar.

"Sini! Aku suapin mie mau? Kamu pasti belum makan ya, pulang ngantor langsung otw kesini"  ujar Bulan membalas lembut penuturan Bintang tadi.

Gadis itu menyodorkan sendoknya, menyuapi Bintang dengan telaten hingga adegan mereka saat ini menjadi pusat perhatian para sahabatnya.

"Kalian tumben akur, pake kata aku kamu lagi. Kesambet apa sih?"  cibir Agnes.

"Kesambet rindu emang gitu sih biasanya"  gadis polos bernama Viola itu ikut menimpal obrolan.

Bintang untuk Bulan ✨🌙Donde viven las historias. Descúbrelo ahora