With---46: Seperti Papa

5 2 0
                                    

Tak disangka, dari kejauhan Rayyan menyaksikan adegan itu. Awalnya, dia ingin menghampiri. Namun, ketika mendengar tawa Angel yang lepas bersama Brama, niat itu Rayyan urungkan. Senyuman manis tersebut mengembang lalu menghembuskan napas pelan. Tawa Angel yang langka, sekarang telah terbit lagi dengan Brama. Rayyan pun tidak pernah melihat tawa tersebut, ketika Angel bersama Danu. Hanya Brama-lah yang mendapatkannya bahkan bersama Rayyan saja, dia hanya mendapatkan tawa ketulusan dari sang adik.

“Ternyata sama kamu, Bram? Kamu sudah lebih memahami Angel daripada aku. Terima kasih, ya. Aku harap, kamu juga akan mengerti perasaan adikku karena saat dia pertama kali jatuh cinta denganmu. Angel sudah sangat mengerti dan memahami perasaanmu. Tawa itu, hanya kamu yang dapat, Bram. Hanya kamu yang mampu meringankan sejenak beban berat di hidupnya,” gumam Rayyan sendiri. Tak terasa air matanya luluh. “Aku sangat bahagia, Ngel, melihat kamu seperti ini.” Rayyan tersenyum dengan sesekali menghapus air matanya. 

Dirasa dia cukup memperhatikan sang adik, Rayyan beralih duduk di kursi berbahan empuk yang berbentuk oval lalu dia mengeluarkan handphone-nya untuk memotret Brama dan Angel. Setelah itu, dia memasukkan hanphone-nya ke dalam saku jaket lantas Rayyan turun dan berangkat latihan bela diri.

******

Brama dan Angel pun masih berdansa di bawah langit yang sudah berwarna jingga itu, senyuman Angel sesekali mengembang manis di hadapan Brama. Yang mendapatkannya hanya sesekali tertawa kecil.

“Kalau capek bilang, ya?” pinta Brama. “Aku akan berhenti.”

“Belum, kok, Bram. Tapi aku boleh minta sesuatu?” tanya Angel.

“Apa, Ly?” tanya Brama. Dia memandang Angel lembut.

“Aku boleh memelukmu? Namun, dengan posisi begini?” pinta Angel.

“Boleh, peluk saja. Letakkan kepalamu di bahuku biar kamu nyaman,” jawab Brama.

Tanpa menjawab penawaran Brama, Angel langsung saja memeluk Brama dengan meletakkan kepalanya di bahu Brama pada posisi ternyaman. Brama pun juga tidak menghentikan pergerakannya. Dipeluk Angel seperti ini membuat Brama nyaman dan hangat, dia pun tidak pengerti mengapa perasaan hingga hatinya menjadi damai jika bersama Angel. Lantas, Brama juga membalas pelukan Angel. Kedua mata hitamnya sesekali terpejam merasakan kenyamanan itu, kepala pun juga dia letakkan di bahu Angel.

“Bram?” panggil Angel berbisik.

“Hmm,” jawab Brama. Dia memperdalam pelukannya.

“Sebenarnya, dansa ini bukan hanya aku mimpikan bersama cowok yang aku percaya lebih dari Kak Hans dan Mas Rayyan,” ucap Angel.

“Terus, sama siapa lagi, Ly?” tanya Brama penasaran. Matanya pun masih terpejam menikmati kenyamanan yang diberikan Angel.

“Papa, Bram,” jawab Angel dengan posisi yang sama, dia pun juga sesekali memejamkan mata dan menghela napas pelan. “Aku memelukmu seperti ini. Rasanya kayak memeluk Papa. Pelukan ini sangat aku inginkan dari kecil, Bram, dan kamu yang mewujudkannya. Terima kasih, ya.” 

“Wajahku ‘kan mirip papamu. Anggap aku papamu. Hanya memelukmu saja, aku sanggup, kok, setiap saat dengan senang hati malah,” jawab Brama, dia tertawa kecil.

Mendengar perkataan Brama Angel terkekeh. “Iya, kamu yang nggak pa-pa. Aku yang apa-apa sering kamu peluk.”

“Terus gimana, dong? Meluk kamu nyaman banget soalnya. Apalagi kalau sambil berdiri begini. Energi positif dalam diriku bertambah. Damai rasanya, Ly,” balas Brama.

******

Ketika Waktu BersamamuWhere stories live. Discover now