3

32.8K 348 4
                                    

Nessa bangun jam setengah 7 pagi, ia membuka pintu rumah lalu bernapas merasakan udara pagi yang segar, sudah lama rasanya ia sangat menikmati udara bersih seperti sekarang ini.

Nessa berjalan ke belakang rumahnya untuk segera mandi karena letak kamar mandi di belakang rumah, ia tak mau telat dihari pertamanya kerja di puskesmas desa ini.

Setelah membersihkan diri, Nessa keluar dari kamar mandi dengan handuk saja, ia segera berlari karena takut dilihat sesorang tapi saat itu tanpa disangka Adimas ada di depan pintu rumahnya.

"Mas Adimas ngapain berdiri di depan pintu?" tanya Nessa.

Adimas memalingkan wajahnya melihat Nessa yang hanya memakai handuk untuk menutupi tubuhnya. "Aku bawain sarapan buat mbak," jawabnya.

Nessa tersenyum canggung karena penampilannya. "Makasih ya mas, aku jadi ga enak ngerepotin mas Adimas terus."

"Ga ngerepotin aku ko, aku juga mau ajak mbak Nessa barengan berangkatnya pake motor, kebetulan aku ada kerjaan di sawah nanti deket puskesmas."

"Aku mau coba jalan kaki aja mas, biar lebih sehat," ujar Nessa.

"Ya udah mbak dimakan ya sarapannya, aky permisi," ucap Adimas masih melihat ke arah lain karena tak mau melihat Nessa yang hanya pakai handuk.

Adimas pulang ke rumahny yang disebelah, lalu Anessa pun segera masuk juga ke dalam rumah.

"Aduh malu banget pake handukan gini, tapi untungnya Mas Adimas ngehargain aku, dia terus liat ke samping tanpa ngelirik tubuh aku sedikitpun."

Nessa masuk ke dalam kamarnya untuk memakai pakaian, lalu setelahnya ia memakan makanan dari Adimas tadi.

"Udah ganteng, baik, pinter masak pula, bener-bener suami idaman, meskipun ekonominya kurang tapi keliatannya dia pekerja keras, tapi kenapa mas Adimas masih singgle ya? apa perempuan-perempuan disini maunya sama yang berduit aja ya?"

Nessa melahap lagi makanannya sambil berfikir. "Tapi ga salah juga liat materi, uang emang penting banget sih buat hidup. Kasian banget Mas Adimas, dia tinggal dirumah kayu yang kecil itu demi cari uang buat keluarganya sampe pisah rumah."

"Tapi dia baik banget kasih aku makanan mulu, pasti uang buat keperluannya sendiri jadi kurang gara-gara aku," ujar Nessa lalu meminum air setelah menghabiskan sarapannya.

Nessa melihat jam tangannya yang sudah menunjukan setengah 8. "Waktunya berangkat," ucapnya lalu mengambil tote bagnya dan pergi keluar.

Nessa berjalan menuju puskesmas, ia melihat sekeliling, hanya ada beberapa rumah di area ini, selebihnya sawah dan kebun warga.

Nessa mendengar suara kaki dari belakangnya, iapun menengok melihat siapa yang ada di belakangnya.

"Mas Adimas?"

"Motor aku tiba-tiba rusak, kita jalan kaki bareng ya Ness," ucap Adimas lalu berjalan disamping Nessa.

"Iya mas. Mas aku suka banget suasana di kampung ini loh, udaranya nyegerin banget," ucap Nessa pada Adimas.

"Syukurlah kalo kamu cocok sama lingkungan disini."

"Mas mata percarian warga disini tuh rata-rata apa ya?"

"Kebanyakan sih petani, aku sendiri juga petani," ujar Adimas.

"Mas Adimas juga kerja dipeternakan kan? sama apalagi? ngumpulin kayu juga? mas Adimas pekerja keras banget ya orangnya."

"Ya begitulah mbak," ucap Adimas sambil tersenyum.

Sudah dekat dengan puskesmas mereka bertemu dengan ibu-ibu yang sedang berbelanja sayuran.

Dokter Nessa dan Mas Adimas Where stories live. Discover now