4

31.1K 334 3
                                    

Setelah mengetahui status Nessa sudah menikah dan memiliki suami dikota, Adimas sangat merasa patah hati. Dia mulai menjauh dari Nessa namun masih memperhatikannya dari jauh dan diam-diam.

Adimas sadar jika perasaannya ini tidaklah benar, tapi kenapa selama 30 tahun ie hidup dan disaat pertama kalinya hatinya memilih takdir tidak memihaknya? Banyak perempuan yang ia kenal, entah itu dari desa ini atau teman saat ia berkuliah, tapi belum pernah Adimas merasakan jatuh cinta, apalagi pada pandangan pertama. Beda halnya saat ia pertama kali melihat Nessa di samping rumahnya, ia merasa tertarik dan tak mau menunda waktu untuk mengetahui nama perempuan itu.

Anessa, saat Adimas menyebut namanya ia merasa senang dan ingin tersenyum, sejatuh cinta itu ia pada wanita bersuami itu.

Sore ini Adimas sedang memotong-motong kayu di belakang rumah, lalu tiba-tiba Nessa menghampirinya dengan membawa sekantung plastik.

"Aku beli mie ayam buat mas Adimas waktu pulang," ucapnya.

Adimas menghentikan kegiatannya, lalu meletakkan kapaknya dan menatap Anessa yang masih mengenakan seragam resminya.

Astaga, baru beberapa hari ia menghindari wanita itu tapi malah Anessa sendiri yang mendekatinya, bisa hancur pertahanan Adimas jika begini, apalagi ia melihat Anessa semakin cantik.

Adimas meraih sekantong kresek yang Anessa sodorkan. "Terima kasih," ucap Adimas lalu berbalik lagi agar Anessa segera pergi.

Nessa duduk di kursi panjang yang ada disana. "Aku beli bukan buat mas Adimas doang, tapi buat aku juga," ucapnya lalu melepas tas dari pundaknya.

Adimas melihat isi kantung kresek, memang berisi 2 porsi mie ayam.

"Kita makan bersama mas," ucap Nessa menjawab pertanyaan otak Adimas.

Adimas menghela napasnya, lalu masuk ke dalam rumah untuk mengambil mangkuk dan sendok.

Adimas memberikan semangkuk mie ayam pada Nessa, lalh duduk disampingnya.

Sebelum melahap mie ayam Nessa mengajukan pertanyaan pada Adimas. "Mas kenapa jauhin aku?" tanya Nessa.

Nessa menunggu jawaban Adimas, tapi laki-laki itu tak mengeluarkan suara apapun untuknya, dia hanya makan makanannya tanpa memedulikan Nessa disampingnya.

Kemudian setelah Adimas menghabiskan makanannya, dia menunggu Nessa menyelesaikannya juga.

"Saya mau jaga hati saya agar bisa dikontrol, saya harap kamu mengerti," jawab Adimas.

Nessa berdiri. "Kalo gitu stopp taruh makanan pas tengah malem di depan pintu, jangan kasih aku sendal cuma karena aku ga punya sendal jepit, jangan kasih aku selimut yang hangat juga mas."

"Kamu... tau?" tanya Adimas kaget.

"Mas Adimas... siapa lagi kalo bukan kamu mas? kamu kasih note itu dari bu RT atau pasien aku ga semudah itu ketipu."

"Kamu mau kita jauhan kan mas? kalo itu yang mau kamu mau, anggap aja kamu ga pernah punya tetangga disamping rumah, anggap rumah itu kosong seperti sebelumnya," ujar Nessa.

Anessa berjalan menjauhi Adimas, ia masuk ke dalam rumahnya.

Masuk ke dalam rumah Anessa merasa sakit hati, ia merasa menyesal mengucapkan perkataannya tadi.

Adimas adalah seseorang yang baik dan tulus, hanya sehari ia mengenal laki-laki itu tapi rasanya sudah sangat nyaman, tapi hubungan mereka juga hanya bertahan sehari sebelum saling menjauh seperti ini.

Nessa mengingat saat Adimas membawakannya ayam bakar dan memakannya bersama disini, saat itu mereka mengobrol banyak hingga tengah malam dan disaat itulah mulai ada rasa nyaman.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 17 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dokter Nessa dan Mas Adimas Where stories live. Discover now