With---48: Biang Rusuh

9 2 0
                                    

Sayup-sayup suara azan subuh terdengar. Rayyan pun membuka mata dan langsung bangkit saja. Namun, ketika dia menoleh dengan sesekali mengucek mata, Rayyan baru sadar kalau dia tidur di rumahnya Angel. Usai menghidupkan lampu, kedua tangan itu pun langsung saja meraih guling dan memukulkannya kepada tubuh sang adik.

“Woy, bangun! Subuh!” teriak Rayyan.

“Bentar, Mas. Lima menit lagi,” tawar Angel. Dia malah menutupi wajahnya dengan selimut.

“Lima menit apaan? Ini cewek kenapa susah bener, dah, dibangunin?” gerutu Rayyan masih sesekali memukul tubuh Angel dengan guling.

Akhirnya, Angel mengalah. Matanya pun sudah terbuka sempurna meski masih dengan berbaring menatap sang kakak. Dipandang seperti itu, Rayyan mendengkus kesal.

“Apa kamu lihat-lihat? Sadar kalau kakaknya tetap ganteng meski baru bangun tidur?” ucap Rayyan setelah meletakkan gulingnya kembali.

“Hidih! Pagi-pagi udah kepedean,” sanggah Angel. Akhirnya, dia sudah duduk. “Bener juga, kok, kamu tetap ganteng. Tapi bisa nggak, sih, Mas, kalau bangunin adiknya itu yang mesra? Kek,’Sayang bangun, gih! Sudah subuh’. Nggak teriak-teriak seperti tadi bawa guling lagi. Memang adikmu karung beras dipukul-pukul? Huuu! Biang rusuh,” ledek Angel sekaligus memprotes Rayyan.

Mendengarnya, Rayyan langsung terbahak-bahak. Dia tidak habis pikir, subuh-subuh begini sudah disuguhi tingkah Angel yang kocak. Melihat sang kakak terbahak-bahak, Angel berinisiatif memegang dahinya. Mungkin saja tubuh Rayyan salah suhu.

“Apa coba yang lucu, Mas?” tanya Angel bingung. Tangan kanannya pun masih dia tempelkan di jidat Rayyan.

Pertanyaan sang adik membuat Rayyan berhenti tertawa, dia melepas tangan Angel dari dahinya. Meski telah reda, tetapi dia masih sesekali tertawa.

“Punya adik kayak kamu, tuh, banguninnya memang wajib seperti tadi. Kalau mesra adanya kamu malah makin tidur. Salah sendiri tidur seperti pingsan. Harusnya itu, kalau dengar azan subuh bangun terus salat. Nggak lanjut tidur. Aku duluan, ya, wudunya? Kamu habis aku. Titik! Nggak ada penawaran!” ucap Rayyan menyibak selimut lalu bergegas untuk turun dari kasur. Namun, hal itu langsung dihentikan oleh Angel dengan memegang lengannya.

“Aku duluan, Mas! Yang dewasa ngalah,” sanggah Angel sesekali menarik lengan Rayyan.

“Kamu, dong!” bantah Rayyan.

“Kok, aku? Aku ‘kan adikmu,” protes Angel tak terima.

“Iyalah. Kamu dan aku. Yang duluan lahir kamu,” sanggah Rayyan lagi.

“Oke. Biar adil kita pingsut,” usul Angel.

“Nggak usah, keburu waktu subuhnya habis. Kalian, ya? Ribut saja. Kedengeran, noh, sampai dapur,” sambung Mama Wanti yang tiba-tiba sudah berdiri bersedakap dada di depan pintu. Kepala pun sesekali dia gelengkan karena heran dengan tingkah mereka berdua. “Kalian lupa, kalau toiletnya ada dua? Kenapa harus ribut coba?”

Mendengar hal itu Rayyan dan Angel hanya cengar-cengir saja, sesekali menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

“Sudah, Rayyan di toilet depan dan Angel di belakang sama Mama. Yok! Mama bantu,” ucap Wanti lalu masuk kamar untuk membantu Angel, sedangkan Rayyan dia sudah bergegas terlebih dahulu mengambil wudu.

*****

Akhirnya, drama tadi pun telah selesai. Kini, Rayyan dan Angel sudah rapi dengan seragam masing-masing mereka tinggal menata rambut saja. Angel pun dibantu oleh Mama Wanti untuk menyisir rambutnya sebelun Flaya selesai mandi, sedangkan Rayyan dia juga sibuk merapikan rambutnya di depan kaca lemari baju Angel.

Ketika Waktu BersamamuWhere stories live. Discover now