With---49: Benar Adanya

6 2 0
                                    

Sementara itu, Krisna, Brama dan Ake saling berdiri di halaman sekolah. Lebih tepatnya, di pinggir kolam ikan yang ada di sana. Ake sekarang manatap Brama yang mengakui jika dia mencintai Angel, tetapi Brama belum mengungkapkannya. Dia juga, mempertegas pada Ake, jika dirinya sudah tidak akan mengejarnya lagi dan mempersilakan Krisna menjadi pemenangnya.

“Kita selesai, Ake. Aku berhenti mengejarmu,” ucap Brama.

Mendengar hal itu, Ake tertawa sinis.

“Aku tahu. Kamu mencoba mencintai Angel karena rasa bersalahmu ‘kan, Bram? Dia cacat, Bram. Apa yang kamu harapkan dari dia? Terus, kamu juga, Kris. Jangan-jangan kalian mau bersaing untuk mendapatkan Angel. Nggak tahu, sih, di pikiran kalian itu ada apanya. Orang cacat, kok, didamba-damba? Adanya, kalian sendiri yang kena rugi.”

“Mulutnya bisa dijaga nggak, Ke?” sahut Krisna.

“Kenapa? Kamu nggak terima? Ini kenyataannya, Kris. Sadar nggak, sih, kalian ini dimanfaatin sama Angel!” sanggah Ake.

“Justru kamu yang memanfaatkan kita, Ke!” bantah Brama dan Krisna bersamaan.

“Maaf, Kris. Izinkan aku terlebih dahulu berbicara dengan Ake,” izin Brama kepada Krisna.

“Baik. Silakan, Bram,” jawab Krisna.

“Ake, aku memang sangat mencintaimu sampai aku rela bersaing dengan Krisna untuk mendapatkanmu. Namun, lambat laun aku sadar. Kamu memanfaatkan rasa cintaku dengan cara kamu tidak memilih satu di antara kita, bahkan kamu terus memberi harapan pada kita. Cukup, Ke! Aku capek,” ucap Brama.

“Oke. Terus, kamu berlari ke Angel atau dia hanya kamu gunakan buat pelampiasan saja karena tidak berhasil mendapatkan aku, Bram?” tanya Ake dengan sombong.

“Tidak. Sudah aku katakan. Aku mencintainya, Ke!” jawab Brama tegas.

“Oke. Buktikan sekarang! Aku mau lihat,” ucap Ake menantang.

Deg!

Perkataan Brama membuat Krisna terkejut. Dia tidak yakin akan hal itu. Bukan karena Krisna cemburu, tetapi dia khawatir Angel akan disakiti olehnya.

“Baik. Tapi biarkan Krisna berbicara denganmu dahulu,” jawab Brama.

“Omonganku sama dengan ucapanmu kepada Ake, Bram. Namun, ada satu hal yang harus kamu tahu, Ke, dan itu akan tetap sama dari kita kecil sampai sekarang,” kata Krisna.

“Apa, Kris?” tanya Ake.

“Kamu tetap sahabatku, Ke. Maaf, aku sempat ingin mengubahnya dan ternyata tindakanku sangat salah, Ke,” ujar Krisna.  

“Kamu tidak akan menjauhiku ‘kan, Kris? Kamu nggak akan memilih cewek mura---“

“Murahan? Angel tidak murahan Ake. Stop! Julukin Angel seperti itu. Kalian sama-sama sahabatku begitu pula Nalia. Bisa nggak, sih, tidak menjatuhkan satu sama lain? Atau, aku harus pilih salah satu di antara kalian untuk menjadi sahabatku? Kalau gitu, aku pilih Angel. Itu mau kamu, Ke? Oke. Kita lupain saja semua masa kecil kita. Aku berusaha menghargai kamu dan Nalia, tapi aku sendiri yang capek karena tingkah kalian. Bila itu mau kamu, aku turuti! Aku sewajarnya saja sekarang dengan kalian. Kita teman, bukan sahabat lagi,” kata Krisna tegas memotong perkataan Ake.

“Bukan itu maksudku, Kris,” sanggah Ake.

“Sudah, Ke! Ini keputusanku dan kamu yang minta. Aku pamit. Kita selasai!” kata Krisna lalu melenggang pergi.

Mendengar itu semua Brama menghela napas, dia menatap Ake lekat.

“Kuharap kamu mengerti, Ke,” kata Brama.

“Jangan menyuruhku untuk mengerti, Bram. Cukup! Buktikan sekarang, kalau kamu mencintai Angel!” ucap Ake.

“Oke. Kamu mau bukti apa, Ke?” tanya Brama.

“Bawa dan peluk Angel di depanku yang baru datang bersama Rayyan itu,” pinta Ake.

“Baik. Aku ke sana,” jawab Brama.

Deg!

Ake tak percaya, Brama berjalan mantap menghampiri Angel. Mendadak hatinya berdenyut, sebab pelan-pelan Ake sadar. Apa yang dikatakan Brama dan Krisna padanya tadi sangatlah benar.

*****

Ketika Waktu BersamamuUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum