With---59: Patut Disematkan

10 2 0
                                    

“Ly, tahan emosimu dulu. Jangan gegabah, kalau ingin menanyai beliau,” cegah Brama. Kini, dia sudah berdiri di depan Angel dan tangan kanannya memegang wolker itu.

“Apa kamu bilang, Bram? Nggak pantas dia dihormati lagi! Perempuan tersebut perusak keluargaku, Bram!” bantah Angel. Akhirnya, dia lepas juga dari Brama yang menghalangi jalannya.

Deg!

Perkataan Angel memang patut disematkan pada perempuan bernama Cery Rarabi itu. Ya, dia adalah selingkuhan Arka. Brama mengetahuinya dengan tidak sengaja di saat Angel berdebat bersama papanya tempo hari. Akhirnya, Brama pun menyerah. Dia tak bisa mencengah Angel saat ini, bialah Angel meluapkan segala perasaannya kepada perempuan tersebut. Namun, tak disangka tiba-tiba Angel….

Byur!

Angel menuangkan jus jeruk ke baju Cery dengan sengaja meski hanya dengan satu tangannya, sedangkan yang satunya dia gunakan untuk memegang wolker. Tindakan itu terlihat sangat dramatis membuat Brama kaget. Dia masih berada di belakang tak jauh dari Angel.

“Ly!” teriak Brama. Kini, dia sudah berdiri di samping Angel.

Perlakuan Angel membuat Cery terkejut. Dengan baju setengah basah itu langsung saja dia berdiri dan menatap Angel tajam.

Plak!

Tanpa aba-aba Cery menampar pipi kanan Angel membuatnya jatuh bersimpuh di atas pasir, wolker miliknya tergeletak tak berdaya di depannya. Pipi Angel perih. Itu jelas! Namun, ketika Brama ingin menolongnya tangan kanan Angel mengisyaratkan agar dia tidak apa pun. Sedetik kemudian, tangan kanannya beralih meraba pipi yang sudah bersemu merah itu sambil tertawa sinis di sela-sela air matanya yang mulai menetes. Brama pun sebenarnya tidak tega pada Angel, tetapi dia hanya bisa menahannya karena Angel sudah ultimatum untuk tidak ikut campur. Brama juga geram, tidak ada orang yang bersimpati di sekelilingnya. Mereka malah merekam dengan sesekali berbisik-bisik. Entahlah, apa yang di dalam pikiran mereka. Mungkin hati nurani mereka sudah hilang.

“Tante--“ Kalimat Angel terpotong. Kini, dia mendongak menatap Cery dengan air mata yang berlinang. Tangan kanannya pun masih setia di pipi itu. “Kenapa Tante merespons Papa?”

Cery yang mendengar itu, dia tertawa sinis. Lantas, dia pun menghampiri Angel, menyingkirkan wolkernya dengan kasar dan berjongkok di depan Angel.

“Arka yang bodoh, Angel! Dia merasa aku cintai. Padahal tidak sama sekali,” ucap Cery dengan senyum mengejek sembari mengangkat dagu Angel.

Tangan itu dengan kasar Angel singkirkan dari dagunya. Mata hitamnya menatap  Cery tajam. Di baliknya ada perasaan benci yang ditunjukan kepada perempuan itu. “Apa yang Anda inginkan, Tante Cery Rarabi, dari Papa saya, Arka Mahendra?”

“Nggak ada, cuma iseng saja. Arka, sih, baper. Dia selalu menuruti kemauanku daripada Wanti Sahara, mamamu,” ucap Cery tanpa dosa. Dia tertawa mengejek lagi.

“Cukup Tante! Jauhin Papa!” geram Angel.

“Papamu yang selalu ingin bersamaku, Angel!” bantah Cery. “Dia bahkan selalu ke apartemenku ketika dia jenuh di rumah karena melihatmu yang cacat. Seharusnya kamu sadar diri, Angel. Jangan menyalahkan papamu terus! Tahu diri saja. Kamu sebenarnya yang salah, bukan Arka!” bentak Cery lalu dia berdiri.

Deg!

Dada Brama mendadak sakit mendengar perkataan Cery. Akhirnya, dia beralih berdiri di depan Cery. Pandangan matanya menatap Cery tajam.

“Kamu siapa? Mirip sekali mukamu dengan Arka waktu muda,” kata Cery heran.

“Saya pacarnya Angel, Tante,” jawab Brama santai. Kini,  kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku celana.

Sementara itu, Angel sudah berdiri dengan wolkernya. Sengaja dia biarkan Brama untuk berbicara karena dia percaya dengannya. Tadi Angel merangkak mendekati wolkernya, ketika Brama sudah berdiri membelakanginya.

Mendengar ucapan Brama, Cery terbahak-bahak lalu dia menatap mengejek lawan bicaranya itu. “Kamu bucin sama dia? Cacat begitu, apa keuntungannuya kamu pacari? Adanya kamu malu dan repot.”

“Saya nggak malu. Saya juga nggak repot, Tante,” sanggah Brama.

“Omong kosong kamu! Kamu terpaksa ‘kan?” bantah Cery.

Brama menggeleng lalu dia tertawa sinis seraya menatap dekat dan tajam perempuan bernama Cery itu. “Tante memang cantik. Pantas Om Arka tergila-gila dengan Anda. Namun, ….” 

Ucapan Brama menggantung. Tangan kanannya bergerak menyelipkan rambut Cery ke belakang daun telinga. Cery pun tersenyum sinis mendapati tingkah Brama. Kini, kedua tangannya pun kembali sepert semula; dia masukkan lagi ke saku celana.

“Namun, apa itu? Boleh lanjutkan perkataannya?” tantang Cery. Dia tidak menyangka cowok muda di depannya ini sangat berani. Jujur, dia terkejut dengan perlakun Brama kepadanya tadi.

******

Ketika Waktu BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang