05. Jawaban Yang Datang Dengan Sendirinya

171 30 6
                                    

----

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

----

"Apa yang kita tanam, itulah yang kita panen, jika yang kita tanam baik, maka kita akan memanen kebaikan, begitu pula sebaliknya, jika yang kita tanam adalah sesuatu yang buruk, maka kita juga akan memanen keburukan." - Jean Shankara.

----

Dua bulan telah berlalu tanpa adanya perubahan di antara Hema dan Nicho, mereka masih saling berjauhan bak orang asing yang baru berkenalan.

Pagi ini, Hema sedang menyiapkan sarapan untuknya dan sang adik. Kali ini bukan lagi Nasi goreng dengan telur mata sapi sebagai toping, melainkan sebuah Kare Ayam favorit adiknya.

"Dek, sarapannya udah siap!" teriak Hema dari arah dapur.

Tak lama kemudian, Nicho keluar dari kamarnya dengan menggunakan seragam olahraga, lalu remaja 18 tahun itu segera pergi menuju ke meja makan untuk memulai sarapan.

Dilihatnya menu yang telah tertata rapi di atas meja, ketika dirasanya cocok dengan seleranya, ia pun segera mendudukkan diri di salah satu kursi yang ada di sana.

Hema tersenyum senang ketika melihat itu, adiknya suka dengan menu yang ia buat hari ini, namun yang membuat Hema merasa kurang adalah.. Tak ada senyuman yang terlukis di bibir adiknya.

Ia telah menetapkan niat baru semenjak pulang dari makam kedua orang tuanya 2 bulan yang lalu, yaitu mengembalikan senyuman Nicho yang telah lama pudar dan kini sudah sepenuhnya menghilang.

Sudah banyak usaha yang telah Hema lakukan, namun waktu selama 2 bulan itu pun tak cukup untuk membuat Nicho kembali mengulas sebuah senyuman.

Apakah Hema akan menyerah? Tentu saja tidak, ia tak pernah mengenal kata menyerah.

"Makan yang banyak, ya? Hari ini kamu ada mapel olahraga 'kan?" tanya Hema, kemudian ia ikut mendudukkan diri di kursi yang berada tepat di seberang Nicho.

Nicho hanya diam sembari terus menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dengan tenang, ia sama sekali tak menghiraukan keberadaan kakaknya di sana.

Nicho begitu menikmati sarapannya kali ini, jujur saja, masakan kakaknya itu memang selalu enak, bahkan nasi goreng yang sering pemuda itu hidangkan setiap hari juga memiliki rasa yang enak, hanya saja Nicho bosan jika dipaksa untuk memakan satu menu yang sama setiap harinya.

Sedari dulu Hema memang sudah sering membantu ibu mereka untuk menyiapkan sarapan dan sebagainya, tak heran jika rasa masakan yang dibuatnya tak pernah gagal.

Nicho tiba-tiba merindukan masa-masa itu, di mana kedua orang tuanya masih hidup dan hubungannya dengan Hema masih baik-baik saja, bahkan mereka bisa dibilang sangat dekat.

[✔] ONE IN A BILLIONWhere stories live. Discover now